Kamis, 03 November 2016

MAKALAH jenis evaluasi program BK "GOAL ATTEINMENT"

"TERIMAKASIH KELOMPOK TAUFIK ARDIANTO"

BAB I
PENDAHUUAN
A.      Latar belakang
Evaluasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, terlebih lagi dalam bidang pendidikan. Evaluasi adalah suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai, membantu menentukan keputusan.
Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang evaluasi. Menurut Tailor dalam bukunya Mulyasa (2006: 255), evaluasi berfokus pada upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada hasil belajar. Hasil belajar tersebut biasanya diukur dengan tes. Tujuan evaluasi secara umum adalah untuk mendapatkan informasi tentang suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan akuntabilitas dari kegiatan maupun program yang dilaksanakan.
Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Dalam makalah ini, penulis mengemukakan tentang model evaluasi goal attainment (model evaluasi pencapaian tujuan).
B.      Rumusan masalah
1.      Apa pengertian dari evaluasi?
2.      Apa tujuan diadakannya evaluasi?
3.      Apa fungsi dari evaluasi?
4.      Apa pemahaman model evaluasi goal atainment?
C.      Manfaat
1.      Untuk mengetahui pengertianevaluasi
2.      Untuk mengetahuai tujuan diadakannya evaluasi
3.      Untuk mengetahui fungsi evaluasi
4.      Untuk memehami model evaluasi  goal attainment.



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi bukan lagi merupakan suatu kata yang asing dalam kehidupan masa sekarang, apalagi bagi orang yang terlibat dalam dunia pendidikan. Aktivitas evaluasi ini sudah dilaksanakan manusia sejak zaman dahulu, sejak manusia mulai berfikir. Istilah evaluasi sekarang sudah mempunyai padanan kata dalam Bahasa Indonesia, yaitu penilaian. Kenyataannya, sekarang ini banyak orang yang melakukan kegiatan evaluasi, tetapi tidak memmpunyai pemahaman yang utuh terhadap istilah evaluasi tersebut. Hal ini tentunya akan menimbulkan masalah dalam proses penddikan pada umumnya, dan proses pembelajaran pada khususnya. Karena aktivitas evaluasi ini tidak memenuhi syarat evaluasi sebagai suatu konsep pendidikan, konsekuensinya banyak pelaksanaan aktivitas evaluasi yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah psikometri yang ada. Sebagai komponen kurikulum, sebagai rencana dan sebagai kegiatan, peran evaluasi sangat menentukan. Evaluasi bukan saja dapat memberikan informasi mengenai tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa, tetapi juga dapat memberikan informasi mengenai komponen kurikulum lainnya. Artinya, melalui kegiatan evaluasi, komponen-komponen kurikulum lainnya dapat dikaji dan diketahui hubungannya dalam sistem kurikulum. Dalam pelaksanaan pendidikan, banyak keputusan yang harus dibuat oleh seorang guru, antara lain yang menyangkut proses pembelajaran, hasil belajar, seleksi bimbingan dan sebagainya.
Secara khusus ada beberapa pengertian mengenai evaluasi yang telah dikemukakan oleh para pakar, sebagai berikut:
1.      Edwin Wandt dan Gerald W. Brown (1997) mengemukakan: istilah evaluasi menunukan pada suatu pengertian, yaitu suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
2.      Ten Brink dan Terry D (1994) mengemukakan: evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi dan menggunakannya sebagai bahan untuk pertimbangan dalam membuat keputusan.


3.      Suharsimi Arikunto (2004) mengemukakan: evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
Sedangkan menurut Depdikbud (1994) mengemukakan “Penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa.” Kata “menyeluruh” mengendung arti bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Selanjutnya, Gronlund mengartikan “ penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk enentukan sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Keputusan yang dimaksud adalah keputusan tentang peserta didik, seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas dan kelulusan.
Proses dan hasil evaluasi sangat dipengaruhi oleh beragam pengamatan, latar belakang dan pengalaman praktis evaluator itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan Gilbert Sax (1980:18) bahwa “Evaluation is a process through which a value judgement or decicion is made from a variety of observations and from the background and training of the evaluator”. Dari beberapa rumusan tentang evaluasi ini, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Berdasarkan pengertian ini, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut, yaitu:
1.      Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Membahas tentang evaluasi berarti mempelajari bagaimana proses pemberian pertimbangan mengenai kualitas sesuatu. Gambaran kualitas yang dimaksud merupakan konsekuensi logis dari proses evaluasi yang dilakukan. Proses tersebut dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, dalam arti terencana, sesuai dengan prosedur dan prinsip serta dilakukan secara terus menerus.
2.      Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti. Pemberian nilai dan arti ini dalam bahasa yang dipergunakan Scriven (1967) adalah informatif dan sumatif. Jika informatif dan sumatif merupakan fungsi evaluasi, maka nilai dan arti adalah hasil kegiatan yang dilakukan oleh evaluasi.
3.      Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement) yang pada dasarnya merupakan konsep dasar evaluasi. Melalui pertimbangan ini ditentukan nilai dan arti/makna (worth and merit) dari sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan, suatu kegiatan bukanlah termasuk kategori kegiatan evaluasi.
4.      Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berasal dari apa yang dievaluasi itu sendiri (internal), tetapi bisa juga berasal dari luar apa yang dievaluasi (eksternal), baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Jika yang dievaluasi itu adalah proses pembelajaran, maka kriteria yang dimaksud bisa saja dikembangkan dari karateristik proses pembelajaran itu sendiri, tetapi dapat pula dikembangkan kriteria umum tentang proses pembelajaran. Kriteria ini penting dibuat oleh evaluator dengan pertimbangan (a) Hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (b) Evaluator lebih percaya diri (c) Menghindari adanya unsur subjektivitas (d) Memungkinkan hasil evaluasi akan sama sekalipun dilakukan pada waktu dan orang yang berbeda (e) Memberikan kemudahan pada evaluator dalam melakukan penafsiran hasil evaluasi.
B.      Tujuan Evaluasi
Perlu diketahui bahwa evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, anatara lain dalam kegiatan Bimbingan dan Penyuluhan, supervisi, seleksi, dan pembelajaran. Setiap bidang atau kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. Dalam kegiatan bimbingan, tujuan evaluasi adalah untuk mempoleh informasi secara menyeluruh mengenai peserta didik, sehingga daapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dalam kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan keadaan suatu situasi pendidikan atau pembelajaran, sehingga dapat diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah. Dalam kegiatan seleksi tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pegetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai peserta didik untuk jenis pekerjaan, jabatan atau pendidikan tertentu.
Menurut Kellough dan Kellough dalam Swearingen (2006) tujuan penilaian adalah untuk membantu belajar peserta didik, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik, menilai efektifitas strategi pembelajaran, menilai dan meningkatkan efektifitas program kurikulum, menilai dan meningkatkan efektifitas pembelajaran, menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan, komunikasi dan melibatkan orangtua peserta didik.
Sementara itu, Chittenden (1994) mengemukakan tujuan penilaian (Assesment purpose) adalah “Keeping track,checking up, finding out, and summing up”.
1.      Keeping Track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu guru harus mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu melalui berbagai jenis dan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
2.      Checking Up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.dengan kata lain guru perlu melakukan penilaian untuk mengetahui bagian mana dari materi yang sudah dikuasai peserta didik dan bagian mana dari materi yang belum dikuasai.
3.      Finding Out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekuangan, kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.
4.      Summing Up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang berkepentingan.
C.      Fungsi Evaluasi
Menurut Scriven (1967), fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan. Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan menganai kebaikan dari sistem secara keseluruhan, dan fungsi ini dapat dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap selesai.
Dalam UU No.20/2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 22 dijelaskan bahwa “Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.” Salah satu komponen akreditasi adalah pembelajaran. Artinya, fungsi akreditasi dapat dilaksanakan jika hasil evaluasi pembelajaran digunakan sebagai dasar akreditasi lembaga pendidikan.
Fungsi penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut.
1.      Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebgai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remidial bagi peserta didik.
2.      Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan atau hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas, da penentuan lulus tidaknya peserta didik.
3.      Fungsi Diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang (psikologis,fisik,dan lingkungan) peserta didik  yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebaga dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
4.      Fungsi Penempatan, yaitu untuk menempatkan peserta didik dalam situasi pembelajaran yang tepat (misalnya dalam penentuan program sepesialisai) sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.
D.     Model Evaluasi Goal Atteiment
Model evaluasi yang pertama dan termasuk populer di bidang pendidikan yaitu model Tyler. Model ini secara konsep menekankan adanya proses evaluasi secara langsung didasarkan atas tujuan instruksional yang telah ditetepkan bersamaan dengan persiapan mengajar, ketika seorang guru berinteraksi dengan para siswanya menjadi sasaran pokok dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil menurut para pendukung model Tyler, apabila para siswa yang mengelami proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Tyler pengertian evaluasi perlu ditekankan pada pemerolehan gambaran mengenai efektivitas system pendidikan yang mempengaruhi pecapaian tujuan pendidikan/pembelajaran.Untuk itu, maka evaluasi diarahkan untuk memeriksa sejauh mana perubahan-perubahan tingkah laku yang diinginkan itu telah terjadi pada peserta didik. Model evaluasi dibangun atas dua pemikiran. Pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku awal peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil). Dasar pemikiran yang kedua ini menunjukan bahwa seorang evaluator harus dapat menentukan perubahan tingkah laku apa yang terjadi setelah peserta didik mengikuti pengalaman belajar tertentu, dan menegaskan bahwa perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh pembelajaran.
Evaluasi harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus menerus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara berkelanjutan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tidak hanya terbatas pada segi pengetahuan (kognitif) saja, melainkan juga mencakup dimensi keterampilan dan nilai atau sikap.
Ada tiga langkah pokok yang dilakukan dalam model evaluasi ini, antara lain:
1.      Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dievaluasi.
2.      Menentukan situasi dimana peserta didik memperoleh kesempatan untuk menunjukan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan.
3.      Menentukan alat evaluasi yang akan dipergunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik.
Tyler mengembangkan langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan sebuah evaluasi. Langkah-langkah tersebut meliputi:
1.      Menentukan tujuan seluas-luasnya atau sasaran-sasaran.
2.      Mengklasifikasikan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran.
3.      Menegaskan sasaran dalam bentuk perilaku
4.      Menemukan situasi-situasi dalam pencapaian tujuan yang dapat dilihat.
5.      Mengembangkan atau memilih teknik pengukuran
6.      Mengumpulkan hasil data.
7.      Membandingkan hasil data dengan perilaku berdasarkan tujuan.
Goodlad (1979) mencatat bahwa Tyler menggambarkan enam kategori dari tujuan pendidikan di Amerika yang meliputi:
1.      Tambahan informasi.
2.      Perkembangan dari kebiasaan kerja dan kemampuan belajar.
3.      Perkembangan cara berfikir yang efektif
4.      Internalisasi sikap, minat, apresiasi, dan sensitivitas social.
5.      Pemeliharaan kesehatan fisik.
6.      Perkembangan filosofi hidup.
Dalam Handbook Education Variables membagi perkembangan siswa tingkat dasar dan siswa tingkat dua dalam tujuh kategori, meliputi:
1.      Kecerdasan
2.      Emosi
3.      Fisik dan Rekreasi
4.      Estetis dan Kebudayaan
5.      Moral
6.      Kejuruan
7.      Social
Pendekatan berorientasi tujuan telah mendominasi pikiran dan perkembangan dari evaluasi sejak tahun 1930 di USA dan wilayah lain. Bloom dan Krathwohl memengaruhi perbaikan pendekatn evaluasi berorientasi tujuan dengan penelitian mereka tentang taksonomi tujuan pendidikan yang memiliki tiga ranah, meliputi ranah kognitif, afektif dan konatif.
Kelebihan Model Evaluasi Goal Attainment
Model evaluasi Goal Attainment merupakan model evaluasi yang sederhana. Penekanan evaluasi hanya pada aspek hasil saja membuat evaluasi lebih mudah dipahami, diikuti dan diimplementasikan. Model evaluasi ini sudah disimulasikan selama bertahun-tahun sehingga menghasilkan tindakan dan instrument yang sudah diperhalus. Leteratur evaluasi berorientasi tujuan banyak, serta diisi dengan ide kreatif untuk mengaplikasikan pendekatan ini.
Kelemahan Model Evaluasi Goal Attainment
1.      Mengabaikan aspek perencanaan dan proses pada proses pembelajaran.
2.      Ketidaksesuaian antara tingkat tujuan dan pelaksanaannya





BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Evaluasi (penlaian) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.
Adapun tujuan dari evaluasi antara lain:
1.      Keeping Track
2.      Checking Up
3.      Finding Out
4.      Summing Up
Fungsi evaluasi antara lain:
1.      Fungsi formatif
2.      Fungsi sumatif
3.      Fungsi Diagnostik
4.      Fungsi Penempatan
Model evaluasi goal attainment
Ada dua dasar pemikiran dari evaluasi model goal attainment. Pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku awal peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil). Dasar pemikiran yang kedua ini menunjukan bahwa seorang evaluator harus dapat menentukan perubahan tingkah laku apa yang terjadi setelah peserta didik mengikuti pengalaman belajar tertentu, dan menegaskan bahwa perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh pembelajaran.
Kelebihan dari evaluasi ini adalah model evaluasi yang sederhana. Penekanan evaluasi hanya pada aspek hasil saja membuat evaluasi lebih mudah dipahami, diikuti dan diimplementasikan. Model evaluasi ini sudah disimulasikan selama bertahun-tahun sehingga menghasilkan tindakan dan instrument yang sudah diperhalus. Disamping adanya kelebihan juga terdapat kelemahan pada model evaluasi ini antara lain:
1.      Mengabaikan aspek perencanaan dan proses pada proses pembelajaran.
2.      Ketidaksesuaian antara tingkat tujuan dan pelaksanaannya
B.      Saran
Sebagai seorang calon pendidik, hendaknya kita dapat memperdalam pengetahuan kta tentang evaluasi. Karena dengan pemahaman kita akan hal tersebut kita bisa melaksanakan kegiatan evaluasi dengan benar dan tepat sasaran.



Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi & Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: PT Remaja Rodakarya Offset.
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar