"TERIMAKASIH KELOMPOK TAUFIK ARDIANTO"
BAB
I
PENDAHUUAN
A.
Latar belakang
Evaluasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan masyarakat, terlebih lagi dalam bidang pendidikan. Evaluasi
adalah suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai, membantu menentukan
keputusan.
Banyak para ahli yang
mendefinisikan tentang evaluasi. Menurut Tailor dalam bukunya Mulyasa (2006: 255), evaluasi berfokus pada upaya untuk menentukan
tingkat perubahan yang terjadi pada hasil belajar. Hasil belajar tersebut
biasanya diukur dengan tes. Tujuan evaluasi secara umum adalah untuk
mendapatkan informasi tentang suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
memperbaiki dan meningkatkan akuntabilitas dari kegiatan maupun program yang dilaksanakan.
Dalam melakukan
evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi
merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya
model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau
instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat
mencapai hasil yang diharapkan. Dalam makalah ini, penulis mengemukakan tentang
model evaluasi goal attainment (model
evaluasi pencapaian tujuan).
B. Rumusan
masalah
1. Apa
pengertian dari evaluasi?
2. Apa
tujuan diadakannya evaluasi?
3. Apa
fungsi dari evaluasi?
4. Apa
pemahaman model evaluasi goal atainment?
C. Manfaat
1. Untuk
mengetahui pengertianevaluasi
2. Untuk
mengetahuai tujuan diadakannya evaluasi
3. Untuk
mengetahui fungsi evaluasi
4. Untuk
memehami model evaluasi goal attainment.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi bukan lagi merupakan suatu kata yang asing
dalam kehidupan masa sekarang, apalagi bagi orang yang terlibat dalam dunia
pendidikan. Aktivitas evaluasi ini sudah dilaksanakan manusia sejak zaman
dahulu, sejak manusia mulai berfikir. Istilah evaluasi sekarang sudah mempunyai
padanan kata dalam Bahasa Indonesia, yaitu penilaian. Kenyataannya, sekarang
ini banyak orang yang melakukan kegiatan evaluasi, tetapi tidak memmpunyai
pemahaman yang utuh terhadap istilah evaluasi tersebut. Hal ini tentunya akan
menimbulkan masalah dalam proses penddikan pada umumnya, dan proses
pembelajaran pada khususnya. Karena aktivitas evaluasi ini tidak memenuhi
syarat evaluasi sebagai suatu konsep pendidikan, konsekuensinya banyak
pelaksanaan aktivitas evaluasi yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
psikometri yang ada. Sebagai komponen kurikulum, sebagai rencana dan sebagai
kegiatan, peran evaluasi sangat menentukan. Evaluasi bukan saja dapat
memberikan informasi mengenai tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa,
tetapi juga dapat memberikan informasi mengenai komponen kurikulum lainnya.
Artinya, melalui kegiatan evaluasi, komponen-komponen kurikulum lainnya dapat
dikaji dan diketahui hubungannya dalam sistem kurikulum. Dalam pelaksanaan
pendidikan, banyak keputusan yang harus dibuat oleh seorang guru, antara lain
yang menyangkut proses pembelajaran, hasil belajar, seleksi bimbingan dan
sebagainya.
Secara
khusus ada beberapa pengertian mengenai evaluasi yang telah dikemukakan oleh
para pakar, sebagai berikut:
1. Edwin
Wandt dan Gerald W. Brown (1997) mengemukakan: istilah evaluasi menunukan pada
suatu pengertian, yaitu suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu.
2. Ten
Brink dan Terry D (1994) mengemukakan: evaluasi adalah proses mengumpulkan
informasi dan menggunakannya sebagai bahan untuk pertimbangan dalam membuat
keputusan.
3. Suharsimi
Arikunto (2004) mengemukakan: evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga
tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari
informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi,
prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan
Sedangkan
menurut Depdikbud (1994) mengemukakan “Penilaian adalah suatu kegiatan untuk
memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang
proses dan hasil yang telah dicapai siswa.” Kata “menyeluruh” mengendung arti
bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang
tertentu saja, tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai.
Selanjutnya, Gronlund mengartikan “ penilaian adalah suatu proses yang
sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk
enentukan sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan
tertentu. Keputusan yang dimaksud adalah keputusan tentang peserta didik,
seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas dan
kelulusan.
Proses dan hasil evaluasi sangat
dipengaruhi oleh beragam pengamatan, latar belakang dan pengalaman praktis
evaluator itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan Gilbert Sax (1980:18) bahwa “Evaluation is a process through which a
value judgement or decicion is made from a variety of observations and from the
background and training of the evaluator”. Dari beberapa rumusan tentang
evaluasi ini, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan
arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka
pembuatan keputusan. Berdasarkan pengertian ini, ada beberapa hal yang perlu
dijelaskan lebih lanjut, yaitu:
1. Evaluasi
adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai
atau arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu
adalah evaluasi. Membahas tentang evaluasi berarti mempelajari bagaimana proses
pemberian pertimbangan mengenai kualitas sesuatu. Gambaran kualitas yang
dimaksud merupakan konsekuensi logis dari proses evaluasi yang dilakukan.
Proses tersebut dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, dalam arti terencana,
sesuai dengan prosedur dan prinsip serta dilakukan secara terus menerus.
2. Tujuan
evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang berkenaan
dengan nilai dan arti. Pemberian nilai dan arti ini dalam bahasa yang
dipergunakan Scriven (1967) adalah informatif dan sumatif. Jika informatif dan
sumatif merupakan fungsi evaluasi, maka nilai dan arti adalah hasil kegiatan
yang dilakukan oleh evaluasi.
3. Dalam
proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement) yang pada dasarnya
merupakan konsep dasar evaluasi. Melalui pertimbangan ini ditentukan nilai dan
arti/makna (worth and merit) dari sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa
pemberian pertimbangan, suatu kegiatan bukanlah termasuk kategori kegiatan
evaluasi.
4. Pemberian
pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dapat berasal dari apa yang dievaluasi itu sendiri
(internal), tetapi bisa juga berasal dari luar apa yang dievaluasi (eksternal),
baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Jika yang dievaluasi itu
adalah proses pembelajaran, maka kriteria yang dimaksud bisa saja dikembangkan
dari karateristik proses pembelajaran itu sendiri, tetapi dapat pula
dikembangkan kriteria umum tentang proses pembelajaran. Kriteria ini penting dibuat
oleh evaluator dengan pertimbangan (a) Hasil evaluasi dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah (b) Evaluator lebih percaya diri (c)
Menghindari adanya unsur subjektivitas (d) Memungkinkan hasil evaluasi akan
sama sekalipun dilakukan pada waktu dan orang yang berbeda (e) Memberikan
kemudahan pada evaluator dalam melakukan penafsiran hasil evaluasi.
B. Tujuan
Evaluasi
Perlu
diketahui bahwa evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan,
anatara lain dalam kegiatan Bimbingan dan Penyuluhan, supervisi, seleksi, dan
pembelajaran. Setiap bidang atau kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang
berbeda. Dalam kegiatan bimbingan, tujuan evaluasi adalah untuk mempoleh
informasi secara menyeluruh mengenai peserta didik, sehingga daapat diberikan
bimbingan dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dalam kegiatan supervisi, tujuan
evaluasi adalah untuk menentukan keadaan suatu situasi pendidikan atau
pembelajaran, sehingga dapat diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan disekolah. Dalam kegiatan seleksi tujuan evaluasi
adalah untuk mengetahui tingkat pegetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai
peserta didik untuk jenis pekerjaan, jabatan atau pendidikan tertentu.
Menurut
Kellough dan Kellough dalam Swearingen (2006) tujuan penilaian adalah untuk
membantu belajar peserta didik, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta
didik, menilai efektifitas strategi pembelajaran, menilai dan meningkatkan
efektifitas program kurikulum, menilai dan meningkatkan efektifitas
pembelajaran, menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan,
komunikasi dan melibatkan orangtua peserta didik.
Sementara
itu, Chittenden (1994) mengemukakan tujuan penilaian (Assesment purpose) adalah “Keeping
track,checking up, finding out, and summing up”.
1. Keeping
Track, yaitu untuk menelusuri dan
melacak proses belajar peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu guru harus mengumpulkan data dan
informasi dalam kurun waktu tertentu melalui berbagai jenis dan teknik penilaian
untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
2. Checking Up,
yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses
pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran.dengan kata lain guru perlu melakukan penilaian untuk mengetahui
bagian mana dari materi yang sudah dikuasai peserta didik dan bagian mana dari
materi yang belum dikuasai.
3. Finding Out,
yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekuangan, kesalahan atau
kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga guru dapat dengan
cepat mencari alternatif solusinya.
4. Summing
Up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat digunakan guru
untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang berkepentingan.
C. Fungsi
Evaluasi
Menurut Scriven (1967), fungsi evaluasi dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif
dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan
untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang
sedang dikembangkan. Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan
menganai kebaikan dari sistem secara keseluruhan, dan fungsi ini dapat
dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap selesai.
Dalam UU No.20/2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 22 dijelaskan bahwa
“Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.” Salah satu komponen akreditasi
adalah pembelajaran. Artinya, fungsi akreditasi dapat dilaksanakan jika hasil
evaluasi pembelajaran digunakan sebagai dasar akreditasi lembaga pendidikan.
Fungsi
penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut.
1. Fungsi
formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebgai
dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remidial
bagi peserta didik.
2. Fungsi
sumatif, yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan atau hasil belajar
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan
laporan kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas, da penentuan lulus
tidaknya peserta didik.
3. Fungsi
Diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang (psikologis,fisik,dan
lingkungan) peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebaga dasar dalam memecahkan
kesulitan-kesulitan tersebut.
4. Fungsi
Penempatan, yaitu untuk menempatkan peserta didik dalam situasi pembelajaran
yang tepat (misalnya dalam penentuan program sepesialisai) sesuai dengan
tingkat kemampuan peserta didik.
D. Model
Evaluasi Goal Atteiment
Model evaluasi yang pertama dan termasuk populer di bidang
pendidikan yaitu model Tyler. Model ini secara konsep menekankan adanya proses
evaluasi secara langsung didasarkan atas tujuan instruksional yang telah
ditetepkan bersamaan dengan persiapan mengajar, ketika seorang guru
berinteraksi dengan para siswanya menjadi sasaran pokok dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil menurut para pendukung
model Tyler, apabila para siswa yang mengelami proses pembelajaran dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Tyler pengertian evaluasi perlu
ditekankan pada pemerolehan gambaran mengenai efektivitas system pendidikan
yang mempengaruhi pecapaian tujuan pendidikan/pembelajaran.Untuk itu, maka
evaluasi diarahkan untuk memeriksa sejauh mana perubahan-perubahan tingkah laku
yang diinginkan itu telah terjadi pada peserta didik. Model evaluasi
dibangun atas dua pemikiran. Pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku awal
peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta
didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan
kegiatan pembelajaran (hasil). Dasar pemikiran yang kedua ini menunjukan bahwa
seorang evaluator harus dapat menentukan perubahan tingkah laku apa yang
terjadi setelah peserta didik mengikuti pengalaman belajar tertentu, dan
menegaskan bahwa perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan
oleh pembelajaran.
Evaluasi harus dilaksanakan secara
berkesinambungan dan terus menerus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai secara berkelanjutan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
tidak hanya terbatas pada segi pengetahuan (kognitif) saja, melainkan juga mencakup dimensi keterampilan dan nilai atau sikap.
Ada tiga langkah
pokok yang dilakukan dalam model evaluasi ini, antara lain:
1.
Menentukan tujuan pembelajaran yang
akan dievaluasi.
2.
Menentukan situasi dimana peserta
didik memperoleh kesempatan untuk menunjukan tingkah laku yang berhubungan
dengan tujuan.
3.
Menentukan alat evaluasi yang akan
dipergunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik.
Tyler mengembangkan langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan sebuah
evaluasi. Langkah-langkah tersebut meliputi:
1.
Menentukan tujuan
seluas-luasnya atau sasaran-sasaran.
2.
Mengklasifikasikan
tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran.
3.
Menegaskan sasaran dalam
bentuk perilaku
4.
Menemukan situasi-situasi
dalam pencapaian tujuan yang dapat dilihat.
5.
Mengembangkan atau memilih
teknik pengukuran
6.
Mengumpulkan hasil data.
7.
Membandingkan hasil data dengan
perilaku berdasarkan tujuan.
Goodlad (1979) mencatat bahwa Tyler menggambarkan enam kategori dari tujuan
pendidikan di Amerika yang meliputi:
1.
Tambahan informasi.
2.
Perkembangan dari kebiasaan
kerja dan kemampuan belajar.
3.
Perkembangan cara berfikir yang
efektif
4.
Internalisasi sikap, minat,
apresiasi, dan sensitivitas social.
5.
Pemeliharaan kesehatan fisik.
6.
Perkembangan filosofi hidup.
Dalam Handbook Education Variables membagi perkembangan siswa
tingkat dasar dan siswa tingkat dua dalam tujuh kategori, meliputi:
1.
Kecerdasan
2.
Emosi
3.
Fisik dan Rekreasi
4.
Estetis dan Kebudayaan
5.
Moral
6.
Kejuruan
7.
Social
Pendekatan berorientasi tujuan telah mendominasi pikiran dan perkembangan
dari evaluasi sejak tahun 1930 di USA dan wilayah lain. Bloom dan Krathwohl
memengaruhi perbaikan pendekatn evaluasi berorientasi tujuan dengan penelitian
mereka tentang taksonomi tujuan pendidikan yang memiliki tiga ranah, meliputi
ranah kognitif, afektif dan konatif.
Kelebihan Model Evaluasi Goal Attainment
Model evaluasi Goal Attainment merupakan model evaluasi yang
sederhana. Penekanan evaluasi hanya pada aspek hasil saja
membuat evaluasi lebih mudah dipahami, diikuti dan diimplementasikan. Model evaluasi ini sudah disimulasikan selama bertahun-tahun sehingga
menghasilkan tindakan dan instrument yang sudah diperhalus. Leteratur evaluasi berorientasi tujuan banyak, serta diisi dengan ide
kreatif untuk mengaplikasikan pendekatan ini.
Kelemahan Model
Evaluasi Goal Attainment
1.
Mengabaikan aspek perencanaan
dan proses pada proses pembelajaran.
2.
Ketidaksesuaian antara tingkat
tujuan dan pelaksanaannya
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Evaluasi (penlaian)
adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk
mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar dalam rangka membuat
keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.
Adapun tujuan dari evaluasi antara
lain:
1. Keeping
Track
2. Checking Up
3.
Finding
Out
4.
Summing
Up
Fungsi evaluasi
antara lain:
1. Fungsi
formatif
2. Fungsi
sumatif
3. Fungsi
Diagnostik
4.
Fungsi Penempatan
Model evaluasi goal attainment
Ada dua dasar
pemikiran dari evaluasi model goal
attainment. Pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku awal peserta
didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan
pembelajaran (hasil). Dasar pemikiran yang kedua ini menunjukan bahwa seorang
evaluator harus dapat menentukan perubahan tingkah laku apa yang terjadi
setelah peserta didik mengikuti pengalaman belajar tertentu, dan menegaskan
bahwa perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh
pembelajaran.
Kelebihan dari
evaluasi ini adalah model evaluasi yang sederhana. Penekanan evaluasi hanya pada aspek hasil saja membuat evaluasi lebih mudah
dipahami, diikuti dan diimplementasikan. Model
evaluasi ini sudah disimulasikan selama bertahun-tahun sehingga menghasilkan
tindakan dan instrument yang sudah diperhalus. Disamping
adanya kelebihan juga terdapat kelemahan pada model evaluasi ini antara lain:
1.
Mengabaikan aspek perencanaan
dan proses pada proses pembelajaran.
2.
Ketidaksesuaian antara tingkat
tujuan dan pelaksanaannya
B.
Saran
Sebagai seorang
calon pendidik, hendaknya kita dapat memperdalam pengetahuan kta tentang
evaluasi. Karena dengan pemahaman kita akan hal tersebut kita bisa melaksanakan
kegiatan evaluasi dengan benar dan tepat sasaran.
Daftar Pustaka
Arikunto,
Suharsimi & Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arifin,
Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran
Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: PT Remaja Rodakarya Offset.
Sukardi.
2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar