"Terimakasih Kelompok Nugroho
Seno Adi BK UMMgl"
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam
atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dari Kelompok 13 dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya, sebagai salah satu tugas untuk mengikuti Proses Perkuliahan
Psikologi Kepribadian. Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui
tentang Biografi Sigmund Freud dan kepribadian manusia menurut teori Sigmund
Freud. Dengan memahami teori ini diharapkan kita dapat berperilaku yang baik
dan benar sesuai dengan teori ini.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh
karena itu diucapkan terimakasih kepada :
1.
Sugiyadi, M.Pd,
Kons, dan Nofi Nuryuhenita, S.Pd, M.Psi sebagai dosen pengampu yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat mengkaji secara mandiri tentang teori
kepribadian Sigmund Freud
2.
Sesama anggota
kelompok yang telah bersama-sama mencari dan mengkaji materi sehingga tersusun
makalah ini, dan
3.
Semua pihak yang
tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengkaji kepribadian
manusia sehingga kita menjadi orang yang berkepribadian baik dan benar terhadap
sesama manusia. Saran dan masukan untuk perbaikan makalah ini kami terima
dengan senang hati dan sukses untuk kita semua.
Magelang, 12 Februari 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul ................................................................................ i
Kata
Pengantar................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Biografi Sigmund Freud
.......................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan..................................................................... 4
BAB II Teori
Psikoanalisis............................................................... 5
A. Pengertian
Psikoanalisis............................................................ 5
B. Struktur Kepribadian................................................................. 5
C. Macam-macam kecemasan....................................................... 8
D. Mekanisme Pertahanan
Ego..................................................... 9
E. Perkembangan
Kepribadian...................................................... 9
F. Implikasi teori Freud
terhadap BK............................................ 15
G. Kelemahan dan
Kelebihan teori Freud..................................... 16
BAB III Kesimpulan dan
Saran....................................................... 18
A. Kesimpulan .............................................................................. 18
B. Saran......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kepribadian adalah keseluruhan cara individu
untuk bereaksi dan berinteraki dengan orang lain. Dimana merupakan ciri khas
yang dimiliki oleh seorang individu. Kepribadian sanngat mencerminkan perilaku
seseorang.
Gordon W.W. Alport (dalam Jaenudin, 2012:116)
kepribadian adalah adalah sebuah organisasi dinamis dalam individu sebagai
sytem psikofisis yang menentukan cara yang khas dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan. Senada dengan Adolf Heuken S.J (dalam Jaenudin, 2012:116)
kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan
seseorang, baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial.
Pendapat diatas dapat dipahami bahwa kepribadian
adalah kesatuan yang kompleks yang terdiri dari psikis dan fisik dimana
berinteraksi dengan lingkungan yang dapat mengalami perubahan secara terus
menerus dan terwujudnya pola tingkah laku yang unik. Kepribadian muncul ketika
ada sebuah stimulus dan ada respon yang dipengaruhi siakp sehingga terbentuk
tingkah laku dan tingkah laku muncul dan membentuk sebuah perilaku, perilaku
yang sudah lama terbentuk menjadi sebuah kebiasaan dan membentuk sebuah
kepribadian seseorang.
- Biografi Sigmund Freud
Sigmund
Freud dilahirkan 6 Mei 1856 di sebuah kota kecil, Freiberg Moravia. Ayahnya
adalah seorang pedagang wol yang mempunyai pikiran yang tajam dan memiliki
selera humor yang baik. Ibunya adalah
seorang wanita lincah dan merupakan istri kedua, yang usianya 21 tahun lebih
muda daripada suaminya. Ia adalah putra sulung dari istri kedua ayahnya, yang
melahirkan lima anak perempuan dan dua anak laki-laki. Lalu Richard
Nelson-Jones mengutip pendapat Jones menulis tentang kebanggaan dan cinta ibu
Freud kepada putra sulungnya itu dan juga menyebutkan bahwa pada usia antara
dua dan dua setengah tahun, libido Freud terhadap ibunya bangkit saat ia melihat
ibunya telanjang. Freud dalam bukunya “An Autobiographical Study” mengatakan :
“Orang tua saya Yahudi, dan saya sendiri
tetap seorang Yahudi”. Ayahnya, Jakob, adalah seorang pedagang
wol yang ketika Freud berumur empat
tahun, memindahkan keluarganya ke Wina. Tahun-tahun awal Freud di Wina sangat
berat, dan selama masa pertumbuhannya, keluarganya tampak dalam keadaan kekurangan uang.
Ketika berumur sembilan tahun, Freud masuk
sekolah menengah (Sperl Gymnasium), dia menjadi siswa terbaik di kelasnya selama
tujuh tahun, menikmati hak istimewa yang
diharuskan lulus pada beberapa kali ujian. Freud adalah seorang pekerja keras yang sangat suka membaca dan
belajar. Meninggalkan sekolah pada usia 17 tahun, ia menghadapi pilihan karier,
yang waktu itu merupakan pilihan yang harus diambil oleh seorang Yahudi Wina,
yakni bidang indrustri, bisnis, hukum atau, atau kedokteran. Freud ingat saat
itu ia tidak memiliki minat khusus pada kedokteran, karena minatnya lebih
mengarah pada masalah manusia daripada objek alam.
Pada tahun
1873 Freud masuk University of Vienna untuk belajar kedokteran, meskipun selama
di sana minat akademiknya lebih beragam. Pada tahun 1876 ia memulai riset
pertamanya, studi tentang struktur kelenjar kelamin belut. Walaupun dengan
banyak interupsi pendek, tidak lama setelah itu ia masuk laboratorium
fisiologis Ernest Brucke untuk bekerja di sana dalam kurun antara 1876 sampai
1882. Selama periode ini Freud terutama memfokuskan pekerjaan yang berkaitan
dengan histologi sel-sel saraf.
Brucke, ia menemukan
“tempat beristirahat dan kepuasan” dan bertemu ilmuwan-ilmuwan “yang pantas
saya hormati dan saya jadikan model”. Ia sangat menghormati Brucke. Freud tidak
terlalu mempedulikan studi kedokterannya. Walaupun begitu, pada1881 ia lulus
ujian akhir dan menjadi doktor dalam bidang kedokteran dengan nilai “sempurna”.
Pada tahun
1882 Freud meninggalkan laboratorium Brucke, yang pada tahun sebelumnya ia
telah diangkat menjadi staf ahli disana. Mungkin disebabkan pengaruh jatuh
cinta, dan karena itu membutuhkan keuangan yang cukup, Freud memutuskan untuk
mencari uang menjadi dokter. Ia masuk
Rumah Sakit Umum di Wina, di sana ia mendapatkan pengalaman di berbagai bagian
rumah sakit dan menjadi seorang peneliti aktif di institute of Cerebral
Anatomy.Berbekal penghargaan traveling
fellowship Freud pergi ke paris, selama Oktober 1885 sampai Februari 1886,
ia belajar di Salpatririere (rumah
sakit untuk penyakit-penyakit saraf yang dipimpin Charcot). Ia sangat terkesan
dengan investigasi Charcot tentang histeria, yang mengonfirmasi kebenaran
fenomena histerik, termasuk kelumpuhan histerik, termasuk kelumpuhan histerik
dan bangunan sugesti hipnotik. Pada 1886, Freud kembali ke Wina untuk menikahi
Martha Bernays dan membuka praktik pribadi sebagai sebagai spesialis penyakit
saraf.
Pada awal 1880-an, Freud menjalin persahabatan
akrab dengan Joseph Breuer, seorang dokter Wina yang menonjol. Breuer bercerita
kepadanya tentang bagaimana antara 1880-1882 ia berhasil menangani seorang anak
perempuan yang memiliki gejala histeria.
Metodenya adalah dengan menghipnotis anak secara mendalam dan setelah itu
didorong mengekpresikan diri dengan mengatakan hal-hal dalam ingatan mengenai
situasi-situasi emosi yang menekannya.
Selama tahun 1890-an peralihan dari katarsis ke psikoanalisis terjadi.
Jones menulis : “ ada banyak sekali bukti bahwa selama berpuluh-puluh tahun-
kira-kira tahun 1890-an- Freud mengalami psikoneuris yang sangat berat, namun
selama tahun-tahun ketika neurisnya sedang memuncak, -sekitar 1987-1900-itulah
Freud menghasilkan karya paling
orisionalnya.
Selama
periode 1887 sampai 1990 Freud menjalin pertemanan intens dengan Wilhems Fleis,
seorang spesials hidung dan tenggorokan yang dua tahun lebih muda dibanding
dirinya. Fleis melihat masalah seksual sebagai hal sentral dan mendorong Freud
serta memberi izin untuk mengembangkan teori-teorinya. Jones mencatat
ketergantungan Freud pada pendapat Fleis dan menyebutnya sebagai “publik
tunggal” Freud. Jones menilai, padahal secara intelektual Fleiss jauh lebih
rendah dibanding Freud.
Dengan latar
belakang seperti ini, Freud mulai mengembangkan ide-idenya tentang dasar-dasar
seksual neuris, walaupun meninggalkan hipnotisme, tetapi masih mempertahankan
praktik yang mengharuskan pasiennya berbaring di sofa sementara ia duduk di
belakang pasien. Selama tahun1897 sampai 1899, ia menulis hasil karya utamanya,
The Interpretation of dream.pada
musim panas 1889 Freud menjalani terapi psikoanalisis terhadap
ketidaksadarannya sendiri, dan analisis terhadap diri sendiri ini menghasilkan
bahan untuk buku tersebut. Freud menemukan nafsu masa kanak-kanaknya terhadap
ibunya dan kecemburuannya terhadap ayahnya, yang dianggapnya sebagai
karakteristik suka menentang pada diri manusia
yang disebut Oedipus complex. Dibutuhkan
waktu delapan tahun untuk menjual 600 kopi edisi pertama The Interpretation of Dream-nya. Jones melihat analisis yang
dilakukan Freud terhadap dirinya sendiri dengan berkata “Akhir dari semua kerja
keras dan penderitaan itu adalah fase terakhir dan sekaligus fase final dalam
evolusi kepribadian Freud. Munculah seorang Freud yang tenang dan lunak, yang
untuk selanjutnya menekuni pekerjaannya dengan bebas dan tenang dan lunak, yang
untuk selanjutnya menekuni pekerjaannya dengan bebas dan tenang “. Namun
demikian dalam biografi Fromm (1959) tidak sebaik itu. Ia mengatakan bahwa
Freud terus menunjukan ketidakpastian dan egoisme, baik dalam kehidupan
profesional maupun kehidupan pribadinya. Pada tahun 1905, Freud mempublikasikan
hasil karya utama lainnya, Tree
Contribution to the Theory of Sex, yang menelusuri perkembangan seksualitas
sejak awal masa kanak-kanak.
Dalam studi autobiografisnya Freud melihat
bahwa setelah periode katarsis pendahulunya, sejarah psikoanalisis dapat dibagi
menjadi dua fase. Dari sekitar tahun 1895 sampai 1906 atau 1907 ia bekerja
sendirian, namun setelah itu kontribusi murid-murid dan kolaboratornya semakin
penting. Perkembangan historis selanjutnya menunjukan bahwa ide-ide Freud mulai
ditinggalkan pada tahap ini.
Freud memiliki kebiasan merokok rata-rata 20
batang cerutu dan, pada tahun 1923, ia mengetahui bahwa dirinya mengidap
penyaki kanker rahang. Ia menghabiskan hidupnya 16 tahun terkahir dalam
kesakitan yang sering kali menyiksa, dan total 33 operasi sudah dilakukan pada
rahangnya. Pada gempuran Nazi menyebabkan Freud meninggalkan Austria bersama
keluarganya dan menetap di Inggris, sebuah negara yang dikaguminya, yang
dikunjungi untuk pertama kali saat ia berumur 19 tahun. Ia meninggal di London
setahun kemudian.
- Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
pengertian dari teori psikoanalisis
2. Mengetahui
struktur kepribadian menurut teori Freud
3. Mengetahui
macam-macam kecemasan menurut terori Freud
4. Mengetahui
mekanisme pertahanan ego
5. Mengetahui
Perkembangan kepribadian menurut teori Freud
6. Mengetahui
implikasi teori kepribadian Freud terhadap bimbingan dan konseling
7. Mengetahui
kelemahan dan kelebihan teori kepribadian psikoanalisis
- Manfaat Penulisan
1. Manfaat
Teoritis
Dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
dalam Bimbingan dan Konseling
2. Manfaat
Praktis
Sebagai landasan Bimbingan dan Konseling dalam memberikan
bantuan kepada individu dengan menggunakan teori psikoanalisis
BAB
II
TEORI
PSIKOANALISIS
- Pengertian
Psikoanalisis
Sigmund Freud adalah seorang tokoh
psikologi ternama, yang pertama kali mengembangkan teori psikoanalisis
merupakan teori kepribadian yang paling berpengaruh, tetapi juga pada ilmu-ilmu
lain, termasuk antropologi dan sosiologi. Implementasi teori psikoanalisis
dapat ditemui dalam berbagai praktik kehidupan, seperti manajemen dan iklan (dalam
Dede, 2011:23).
Corey ( dalam
Lubis, 2011:140) psikoanalisis adalah teori pertama yang muncul dalam psikologi
khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. Psikoanalisis
memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien, untuk menggali
kehidupan pribadinya yang paling dalam. Pengalamannya menangani para pasien
banyak memberikan inpirasi kepada Freud untuk menyusun teori kepribadiannya.
Pengembangan teorinya, didukung juga oleh penelaahan terhadap konflik-konflik
dan kecemasan-kecemasan yang dialaminya sendiri.
- Struktur
Kepribadian
Menurut Freud, kepribadian manusia
memiliki suatu struktur yang diri dari id (das
es), ego (das ich), dan super ego (das uber ich). Sruktur kepribadian
tersebut akan saling berinteraksi dan akan menetukan perilaku seseorang.
1.
Id
Id (dalam bahasa Jerman Jerman
disebut das es) merupakan komponen
kepribadian yang primitif dan instingtif. Id berorientasi pada prinsip
kesenangan (pleasure principle). Prinsip
ini pada dasarnya merupakan cara untuk mereduksi (menurunkan) ketegangan.
Prinsip kesenangan merujuk kepada pencapaian kepuasan segera dari dorongan
biologis. Dalam penjelasan Freud, id merupakan sumber energi psikis yang
menggerakan kegiatan psikis manusia, karena berisi insting-insting, baik
insting hidup (eros) yang menggerakan
untuk mencapai pemenuhan kebutuhan biologis (seperti makan, minum, tidur,
hubungan seks dan lain-lain) dan juga insting kematian (tanatos) yang menggerakan tingkah laku agresif. Ide bersifat
primitif dan tidak logis atau tidak rasional.
Dalam mereduksi ketegangan atau
menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan,
id menempuh dua cara (proses), yaitu melalui refleks dan proses primer (”the primary process”) . Refleks merupakan
reaksi-reaksi psikologis yang lebih rumit. Proses primer berusaha mengurangi
ketegangan dengan cara membentuk khayalan (berfantasi) tentang objek atau
aktivitas yang akan menghilangkan ketegangan tersebut. Misalnya : pada saat
lapar menghayalkan makanan; pada saat dendam menghayalkan kegiatan balas
dendam. Kehadiran objek yang diinginkan dalam bentuk maya (hayalan), sebagai
pengalaman halusinasi dinamakan “Wishfullfillment”.
Contoh yang terbaik tentang proses primer ini adalah mimpi (dream).
2.
Ego
Ego dalam bahasa Jerman disebut das ich merupakan aspek psikologi
kepribadian. Ia menjadi eksekutif dari kepribadian. Selain itu, ia juga yang
membuat keputusan mengenai insting-insting mana yang akan dipuaskan dan
bagaimana cara memuaskannya. Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional dan
berorientasi pada prinsip realitas (reality
principle). Ego berperan sebagai mediator antara id (keinginan untuk
mencapai kepuasan) dan kondisi lingkungan atau dunia nyata. Ego dibimbing oleh
prinsip realitas yang bertujuan untuk mencegah ketegangan sampai mendapatkan
objek yang dapat memenuhi kepuasan atau dorongan dari id.
Ego menurut Freud seperti joki
penunggang kuda yang harus menghindar dari masalah, ego harus berusaha
menjinakan dorongan id yang tak terkendali. Seperti halnya id, ego pun
mempunyai keinginan untuk memaksimalkan pencapaian kepuasan, hanya dalam
prosesnya, ego berdasarkan pada “secondary
process thinking”. Hal yang harus diperhatikan dari ego ini adalah bahwa
(1) ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan
kebutuhan id, bukan untuk mengecewakannya, (2) seluruh energi (daya) ego
berasal dari id,sehingga ego tidak terpisah dari id, (3) peran utamanya
menengahi kebutuhan id dan kebutuah lingkungan sekitar, 4) ego bertujan untuk
mempertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakannya.
3.
Super ego
Super ego (dalam bahasa Jerman
disebut das ueber ich) merupakan
aspek sosial dari kepribadian. Berisi komponen moral dari kepribadian. Berisi
komponen moral dari kepribadian yang terkait dengan standar atau norma
masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Super ego mulai berkembang
pada usia 3 sampai dengan 5 tahun. Pada usia ini, anak-anak memperoleh (rewards) atas kepatuhannya dan
medapatkan hukuman atas pembangkangannya. Keduanya akan mengarahkan tingkah
laku agar sesuai dengan keinginan atau ketentuan (dalam hal ini adalah orang
tuanya). Tingkah laku yang yang salah
(artinya tidak sesuai ketentuan norma) akan mendapatkan hukuman. Proses ini
akan menumbuhkan kata hati (conscience) anak,
sedangkan perintah untuk berbuat baik (tingkah laku yang sesuai dengan aturan)
akan mendapatkan hadiah (reward), mungkin
berupa pujian. Peristiwa ini akan membentuk ego ideal anak. Mekanisme
terbentuknya kata hati dan ego ideal ini disebut dengan introjeksi. Introjeksi dapat diartikan sebagai proses penerimaan
anak terhadap norma-norma dan kode moral dari orang tua.
Super ego berfungsi untuk (1)
merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif, karena
dalam perwujudannya sangat dikutuk masyarakat, (2) mendorong ego untuk
menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik, dan (3)
mengejar kesempurnaan (perfection).
Id merupakan sumber energi psikis
yang menggerakan kegiatan psikis manusia, untuk menggerakan insting-insting yang
terdapat dalam manusia, baik berupa insting hidup seperti makan, minum, seks
dan lain-lain. Dan juga insting mati, baik berupa marah,membalas dendam dll.
Untuk mengurangi rasa tegangnya dengan berusaha untuk menghayalkan tentang apa
yang diinginkannya.
Semua manusia mempunyai ego
masing-masing, ego adalah sebagai mediator antara id dan dunia nyata (realitas) . Dengan ego manusia dibimbing untuk
memenuhi kepuasan atau dorongan yang terdapat dalam id. Sedangkan Super Ego yang di dalamnya
terdapat aspek moral atau standar baik-buruk yang terdapat pada sosial
masyarakat. Super ego berfungsi untuk meredam keinginan yang terdapat pada id yang
berorientasi pada tujuan realistik di ganti oleh tujuan moralistik, sehingga untuk memenuhi ego di sesuaikan
dengan moralitas atau norma-norma yang
terdapat di dalam masyarakat.
Kemudian Freud menggambarkan bahwa
kesadaran itu terdiri dari tiga tingkat, yaitu sebagai berikut :
a.
Kesadaran (counscious)
Merupakan
bagian kehidupan mental individu.Kehidupan mental ini memeliki kesadaran
penuh,sehingga seseorang mengetahui tentang identitas dirinya,apa yang sedang
terjadi padanya,dan bagaimana cara dia memperolah yang diinginkannya.Menurut
Freud kesadaran ini merupakan bagian terkecil dari kehidupan mentalnya.
b.
Ambang Sadar (preconscious)
Merupakan
lapisan jiwa di bawah kesadaran,sebagai tempat penampungan dari ingatan-ingatan
yang tidak bisa diungkap secara cepat namun dengan usaha tertentu sesuatu itu
dapat diingat kembali.Contohnya : Pada saat kita lupa tentang apa yang telah
dipelajari,tetapi dengan sedikit konsentrasi kita bisa mengingat kembali
pelajaran tersebut.
c. Ketidaksadaran
(unconscious)
Ketidaksadaran merupakan
lapisan terbesar kehidupan mental dan berada di bawah permukaan air. Di samping
itu, ketidaksadaran juga merupakan fokus utama dalam teori psikoanalisis yang
berisi insting-insting atau pengalaman tidak menyenangkan yang ditekan (repress). Meskipun tidak sepenuhnya
individu menyadari kebaradaan insting-insting tersebut, namun insting tersebut
aktif bekerja untuk memperoleh kepuasan
- Kecemasan
Dinamika kepribadian untuk sebagian
besar dikuasai untuk memuaskan kebutuhan hidup dengan cara berhubungan objek
dunia luar. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman, ketidaksenangan dan
pengrusakan yang belum dihadapi maka dia menjadi cemas, takut. Jika ego tidak
mampu mengontrol maka akan menimbulkan kecemasan.
Freud
mendefinisikan kecemasan sebagai sebuah keadaan ketidak senangan tertentu
dengan lecutan motorik di sepanjang jalur yang pasti. Ia melihat kecemasan
sebagai reaksi universal terhadap situasi bahaya dan ego sebagai satu-satunya
tempat kecemasan. Kelak sumber kecemasan terjadi di luar kemauan ketika situasi
berbahaya muncul. Sumber kecemasan lainnya dihasilkan oleh ego ketika bahaya
itu hanya berupa ancaman dan ego merasa lemah dalam kaitannya dengan hal itu.
Jadi kecemasan (anxiety) adalah
perasaan yang kita rasakan pada saat cemas, atau sebuah perasaan di saat
keadaan tidak senang. Kecemasan muncul diakibatkan atas reaksi situasi bahaya
dan ego sebagai satu-satunya tempat kecemasan.
Kecemasan Freud mengemukakan ada tiga
macam kecemasan:
1.
Kecemasan nyata atau
kecemasan objektif
ketakutan terhadap bahaya yang terlihat dan
ada yang ada dalam dunia nyata. Misalnya, takut dengan ular, harimau, bencana
alam atau gempa bumi.
2.
Kecemasan neurotis
Takut mendapat hukuman
(punishment), ketakutan itu merupakan bayangan yang menghantui, tidak nyata dan
belum tentu terjadi. Contoh : Ani sedang asyik berkencan dengan pacarnya, suatu
hari dia pulang terlambat. Dia sudah menyiapkan beberapa alasan ketika dimarah
oleh ayahnya nanti. Ia ingat dulu pernah pulang terlambat, ayah marah dan
menghukumnya dengan tidak memberi uang saku selama seminggu. Malam ini dia
pulang dengan mengendap-endap dan ternyata ayah dan ibunya sedang di rumah
saudara.
3.
Kecemasan moral
Takut karena yang
bersangkutan telah merasa melanggar norma/moral, takut karena merasa bersalah
dan berdosa.Seseorang yang mengalami kecemasan ini,merasa takut akan dihukum
oleh superegonya atau kata hatinya. Contoh : Painem diberi uang oleh ayahnya
untuk membayar SPP sekolahnya, tetapi ketika sampai di sekolah ia diajak oleh
temannya untuk pergi jalan-jalan setelah
pulang sekolah, karena ketika itu uang sakunya pas-pasan akhirnya ia menggunakan
uang SPP nya untuk makan di rumah makan bersama teman-temannya dan membeli
sepatu baru. Ketika sampai di rumah ayahnya mananyakan padanya tentang uang SPP
apakah telah dibayarkan atau belum? Dengan perasaan bersalah dan takut dimarah
maka ia berbohong oleh ayahnya.
- Mekanisme
Pertahanan Ego
Mekanisme
pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujua n untuk mengurangi
kecemasan dan dIlakukan melalui dua karakteristik, yaitu tidak disadari dan
menolak,memalsukan atau mengubah. Mekanisme pertahanan ini dapat juga diartikan
sebagai reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari
emosi atau perasaan yang menyakitkan, seperti cemas dan perasaan bersalah. Jenis-jenis
mekanisme pertahanan ego itu adalah sebagai berikut :
1.
Represi
Merupakan proses penekanan
dorongan-dorongan ke alam tak sadar, karena mengancam keamanan ego. Dapat
diartikan juga sebagai proses penguburan pikiran dan perasaan yang mencemaskan
ke alam tak sadar. Contoh : seorang remaja memiliki hasrat untuk memenuhi
kebutuhan biologisnya (seks), namun keinginan itu ditekannya sedemikian rupa
karena perbuatan itu melanggar norma agama.
2.
Projeksi
Merupakan pengalihan pikiran,perasaan atau
dorongan diri sendiri kepada orang lain. Projeksi memungkinkan orang untuk
menyatakan dorongan yang mengancamnya dengan menyamarkan sebagai pertahanan
diri. Contoh : “Ia membenci saya”, untuk menggantikan bahwa sebenarnya “saya
membenci dia”.
3.
Pembentukan Reaksi
(Reaction Formation)
Merupakan penggantian sikap dan tingkah
laku yang berlawanan. Biasanya penggantian perasaan itu dari negatif ke
positif, meskipun juga bisa dari positif ke negatif tetapi jarang. Contoh : Ani
membenci temannya karena ia merasa tersaingi, tetapi ia tidak berani berterus
terang,takut (cemas ) untuk berkompetisi dengannya.Untuk menyembunyikan
kebencian yang menimbulkan rasa cemasnya itu,dia bersikap baik dan berperiloaku
yang sebaliknya yaitu menaruh perhatian lebih pada temannya itu.
4.
Pemindahan Objek
Merupakan
proses penglihan perasaan (biasanya rasa marah ) dari objek asli ke objek
pengganti. Contoh : Ani dimarahi oleh ibunya kemudian ia memukul adiknya.Ani
mengalihkan target kebenciannya kepada pihak lain,karena jika menyatakan
kebenciannya kepada terget yang asli ( Ibu) akan menimbulkan kecemasan atau
rasa bersalah.
5.
Fiksasi
Merupakan
mekanisme yang memungkinkan orang mengalami kemandegan dalam perkembangannya,
karena merasa cemas untuk melangkah ke perkembangan berikutnya. Tujuannya untuk
menghindar dari situasi-situasi baru yang dipandang berbahaya. Contoh : anak
usia 7 tahun masih menghisap jempol dan belum berani bepergian tanpa ibunya.
6.
Regresi
Merupakan pengulangan kembali tingkah laku
yang cocok bagi tahap perkembangan atau usia sebelumnya (perilaku
kekanak-kanakan). Tujuannya untuk memperoleh bantuan dalam menghadapi peristiwa
yang traumatik. Contoh : setelah bertengkar dengan suaminya, seorang wanita
muda pulang ke rumah orang tuanya. Di sini dia menampilkan diri sebagai seorang
anak yang memerlukan perlindungan orang tua.
7.
Rasionalisasi
Merupakan penciptaan kepalsuan
(alasan-alasan) namun dapat masuk akal sebagai upaya pembenaran tingkah laku
yang tidak dapat diterima. Contoh : seorang mahasiswa yang mendapat nilai
sempurna, dia berkata kepadea temannya bahwa hal itu terjadi karena dia belajar dengan giat, padahal itu diperoleh
lewat mencontek.
8.
Sublimasi
Merupakan
penyimpangan libido seksual kepada kegiatan yang secara sosial lebih dapat
diterima. Contoh : dorongan agresif seperti senang berkelahi dapat
dibelokkan/diarahkan menjadi seorang petinju.
9.
Identifikasi
Merupakan proses memperkuat harga diri
dengan membentuk suatu persekutuan nyata atau maya dengan orang lain, baik
seseorang maupun kelompok.Identifikasi ini dilakukan kepada orang-orang yang
dipandang sukses atau berhasil dalam hidupnya.Contoh : Remaja sering
mengembangkan harga diri atau kebanggaan dirinya melalui identifikasi dengan
para bintang ( film,musik,atau olahraga).
- Perkembangan
Kepribadian
Freud berpendapat
bahwa masa anak (usia 0-5 tahun) atau usia pregenital mmepunyai peranan yang
sangat dominan dalam membentuk kepribadian atau karakter seseorang.Karena
sangat menentukannya masa ini,dia berpendapat bahwa “ The childs is tehe
father or man “ (anak adalah ayah manusia).Berdasarkan hal ini,maka hampir
semua masalah kejiwaan pada usia selanjutnya (khususnya usia dewasa),faktor
penyebabnya dapat ditelusuri pada usia pregenital ini.
Makna perkembangan
kepribadian menurut Freud adalah “Belajar tentang cara-cara baru untuk
mereduksi ketegangan dan memperoleh kepuasan.” Ketegangan itu terjadi bersumber
kepada empat aspek,yaitu sebagai berikut :
1.
Pertumbuhan Fisik
Seperti
peristiwa menstruasi dan minpi pertama dapat menimbulkan perubahan aspek
psikologis,dan juga ada tuntutan baru dari lingkungan (seperti dalam berpakaian
dan bertingkah laku).
2.
Frustasi
Orang
yang tidak pernah frustasi tidak akan berkembang.Jika anak dimanja tidak akan
berkembang rasa tanggung jawab dan kemandiriannya.
3.
Konflik
Apabila individu dpat mengatasi
setiap konflik yang terjadi di antara ketiga konponen (id,ego,superego)
kepribadian tersebut,maka dia akan mengalami perkembangan yang sehat.
4.
Ancaman
Lingkungan,disamping
dapat memberikan kepuasan kepada kebutuhan atau dorongan instink individu,juga
merupakan sumber ancaman baginya yang dapat menimbulkan ketegangan.
Teori
perkembangan Freud didasarkan kepada pengalamannya dalam menganalisis masalah
yang dihadapi para pasiennya. Dalam mengeksplorasi proses kehidupan mental para
pasien, ternayta sering mengarah kepada pengalaman masa kecilnya.
Freud mengembangkan teori mengenai
perkembangan kepribadian yang merujuk pada perkembangan seksual sehingga lebih
dikenal dengan perkembangan psikoseksual. Menurut Freud terdapat 5 (lima)
tahapan perkembangan psikoseksual, yaitu : (a) Tahap oral, sumber kenikmatan
terdapat di dalam sekitar mulut; (b) Tahap anal, sumber kenikmatannya berada di
dubur, (c) Tahap Phalik, sumber kenikmatan terdapat pada alat kelamin, (d)
Tahap Latensi, tahap ini adalah masa tenang secara seksual, (e) Tahap genital,
tahap ini adalah masa dimana terjadi kematangan organ repreduksi.
Pendapat di atas dijelaskan secara
terperinci, sesuai tahap perkembangan psikoseksual yang terdiri atas berikut
ini :
1. Tahap
Oral (0- 1 tahun)
Oral berasal dari kata aris, artinya mulut. Tahap oral terjadi
pada awal kehidupan manusia, yaitu 0-1 tahun. Pada tahapan ini, mulut menjadi
sumber kenikmatan erotis, karena libido didistribusikan ke daerah sekitar
mulut. Perbuatan mengisap dan menelan menjadi metode utama untuk mencapai
kepuasan. Pada tahap ini, anak akan menikmati puting ibunya dan memasukan benda
ke dalam mulutnya, seperti mengisap jempol ataupun dot.
Bulan pertama . Freud mengatakan “jika bayi
bisa berbicara, tanpa diragukan lagi dia
akan mengakui bahwa tindakan menghisap putimg adalah hal terpenting dalam
hidupnya”. Menyusu sangat vital karena air susu menyediakan makanan bagi bayi-dia
harus terus meghisap puting ibu untuk bertahan hidup. Namun Freud melihat juga
kalau tindakan menghisap menyediakan perasaan menyenangkan bagi bayi.
Bagian kedua tahap oral. Kira-kira sejak usia 6 bulan, bayi mulai mengembangkan konsepsi
tentang orang lain, khususnya ibu, sebagai pribadi yang berbeda dan terpisah
darinya namun dibutuhkan. Mereka jadi cemas jika ibu meninggalkannya atau
ketika mereka bertemu orang asing tempat ibunya.
2.
Tahap Anal (1-3 tahun)
Anal berasal dari kata anus, artinya ‘dubur’. Dubur menjadi sumber kenikmatan erotis pada
masa ini, karena libido didistribusikan ke daerah anus. Pada saat anus anak
penuh dengan ampas makanan, akan memerlukan pelepasan. Peristiwa buang air
besar (BAB) merupakan pencapaian kepuasan dan menberikan rasa nikmat. Peristiwa
ini disebut dengan erotik anal.
Organ kedua yang menjadi daerah Erogen adalah anus,
dan perkembangan seksual pindah dari fase oral ke fase anal-statistik. Aspek
aktif fase ini adalah impuls untuk menguasai (sadisme), dengan penguatan pada otot-otot tubuh dan pengontrolan
fungsi otot lingkar. Membran mukus erogen anus juga memanifestasikan diri
sebagai organ dengan tujuan seksual pasif . ciri-ciri sifat yang dikaitkan
dengan fase ini adalah keteraturan, penghematan, dan ketegaran, yang secara bersama-sama menetapkan apa yang
dikenal sebagai “karakter anal”.
3.
Tahap Phalik (4 – 5 tahun)
Phalik berasal
dari kata phallus artinya ‘zakar’.
Pada usia ini anak mulai memperhatikan atau mulai senang memainkan alat
kelaminnya sendiri, seperti memijit-mijit. Pada tahap ini, terjadi perkembangan
berbagi aspek psikologis, terutama terkait dengan kehidupan psikososial
keluarga atau perlakuan terhadap anak. Anak mulai berprilaku “selfish” atau mementingkan diri
sendiri, atau lebih berorientasi kepada diri sendiri.
Organ ketiga yang menjadi daerah erogen adalah
kelamin. Periode perkembangan seksual yang terjadi pada organ seksual laki-laki
(falus) dan klitoris perempuan itu menjadi penting dan dikenal sebagai fase falik (bangkitnya) berahi, yang dimulai
sekitar umur sekitar tiga tahun. Disini kenikmatan diperoleh dari masturbasi.
Selama fose falik, seksualittas masa
kanak-kanak awal mencapai insentitas tertingginya dan selama fase ini
perkembangan seksual laki-laki dan perempuan menjadi berbeda. Fase oedipus
adalah bagian falik untuk kedua jenis kelamin.
4. Tahap
latensi (6 - 12)
Periode yang dimulai sekitar awal
usia enam tahun, pada anak perempuan,
mungkin lebih lambat, sampai mensrtuasi dan pubertas merupakan periode latensi
seksual. Latensi itu bisa atau parsial dan, selama periode ini, berbagai
kekangan seksual berkembang. Salah satu mekanisme yang digunakan untuk
mengalihkan energi seksual disebut sublimation
(sublimasi) atau displacement (pemindahan) libido ke pencarian tujuan dan
budaya baru. Disamping itu, ketika inidividu berkembang, impuls-impuls libido
bisa memunculkan antikateksi atau reaksi-reaksi yang bertentangan
(reaformation-pembentukan-reaksi), seperti jijik, malu.
Tahap latensi berkisar antara usia 6
sampai 12 tahun (masa sekolah SD). Tahap ini merupakan masa tenang seksual,
karena segala sesuatu yang terkait dengan seks dihambat atau direspon
(ditekan). Dengan kata lain, masa ini adalah periode tertahannya
dorongan-dorongan sek dan agresif. Selama masa ini, anak mengembangkan
kemampuannya bersublimasi (seperti
mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan-kegiatan
lainnya), dan mulai menaruh perhatian untuk berteman (bergaul dengan orang
lain). Mereka belum mempunyai perhatian khusus kepada lawan jenis (bersikap
netral) sehingga dalam bermain pun anak laki-laki sebangku dengan anak wanita,
dan sebaliknya. Tahap ini dipandang sebagai masa perluasan kontak sosial dengan
oran-orang di luar keluarganya.
5.
Tahap genital (12 - seterusnya)
Tahap genital,yang dimulai pada saat
menstruasi atau pubertas, melibatkan subordinasi semua sumber perasaan seksual
pada keunggulan daerah genital. Pencurahan energi libido sebelumya mungkin
masih dipertahankan, yang dimasukkan dalam aktivitas atau tindakan pendahuluan
atau tindakan atau tindakan penunjang seksual, atau ditekan atau dialihkan
dengan cara tertentu. Pubertas membawa peningkatan libido yang lebih besar pada
anak laki-laki, tetapi pada anak
perempuan ada peningkatan pada represi, terutama soal seksualitas
klitoral. Pada saat mentruasi atau pubertas, bersama mengatasi pilihan- objek
inses, tibalah saat melepaskan diri dari otoritas orangtua. Oleh karena
perkembangan seksual sebelumnya yang cukup memadai, individu sekarang siap
terlibat hubungan genital heteroseksual.
Tahap ini dimulai sekitar usia 12
tahun atau 13 tahun. Pada masa ini anak sudah masuk usia remaja. Masa ini
ditandai dengan matangnya organ repreduksi anak. Pada periode ini, insting
seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif untuk
mencitai orang lain, atau mulai berkembangnya motif altruis (keinginan untuk memperhatikan kepentingan orang lain).
Motif-motif ini mendorong anak (remaja) untuk berpartisifasi aktif dalam
berbagai kegiatan, dan persiapan untuk memasuki dunia kerja, pernikahan, dan
bserkeluarga.
F.
Implikasi teori
kepribadian Freud terhadap bimbingan dan konseling
Ada
beberapa implikasi teori psikoanalisis terhadap bimbingan dan konseling yaitu
sebagai berikut: (dalam Lubis, 2011:150-1530):
1.
Tujuan bimbingan dan
konseling
Bimbingan
dan konseling bertujuan untuk memperkuat ego sehingga mampu mengkontrol
dorongan-dorongan insting dan meningkatkan kemampuan individu dalam bercinta
dan bekerja.
2.
Metode bimbingan dan
konseling
Konselor
perlu mengetahui bahwa teknik-teknik terapi dalam psikoanalisis harus dapat
mencapai tujuan psikoanalisis yaitu untuk membentuk kembali struktur
kepribadian individu melalui pengungapan hal yang disadari yang menjadi focus utama bimbingan dan
konseling adalah represi yang tidak terpecahkan, dengan cara menganalisis
pengalaman masa lalu pasien. Para analisis dalam membantu pasien menggunakan beberapa
metode sebagai berikut
a.
Asosiasi
bebas
Merupakan teknik
utama psikoanalisis. Pasien diminta untuk mengatakan apa saja yang berada dalam
pikirannya. Menggunakan teknik ini memang tidak mudah dan sering memakan waktu
lama. Dapat menggunakan katarsis.
b.
Analisis
mimpi
Ketika pasien
tidur ego menjadi lemah untuk mengontrol dorongan-dorongan id atau hal-hal yang
tidak disadari. Akhirnya dorongan tersebut da[pat mendesak ego untuk memuaskannya.
Proses pemuasan itu dilambangkan dalam bentuk mimpi. Untuk menelusuri akar
masalah yang dialami pasien, maka para analisis dapat mengungkapnya dengan cara
menganalisis mimpi pasien tersebut. Dalam hal ini pasien diminta untuk
mengungkapkan isi mimpinya kepada konselor.
c.
Resistensi
Saat klien mencoba
mengubah topic pembicaraan atau bicara berbelit-belit, mengantuk, datang
terlambat, atau bahkan membatalkan pertemuan terapis ini menunjukkan bahwa
pertahanan diri klien yang terancam.
d.
Transferensi
Transferensi terjadi ketika pasien merespon analisis
konselor sebagai seorang figure pada waktu kecil (orang tua). Respon ini bisa
positif maupun negative bergantung pada suasana emosional yang dialaminya.
Transferensi memberikan petunjuk tentang hakikat masalah atau kesulitan pasien,
sehingga memudahkan konselor untuk menginterpretasikannya. Sikap tranferensi
pasien mungkin dinyatakan dalam bentuk pujian, celaan tau marah. Pasien mungkin
menyerang atau mencela terapi yang dianggap tidak bermanfaat baginya, atau
sebaliknya dia memuji ketrampilan konselor dalam memberikan terapi.
G.
Kelemahan dan kelebihan
teori kepribadian psikologi analisa
1. Keterbatasan dari pendekatan ini
adalah:
a. Pandangan yang terlalu determistik
dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
b. Terlalu banyak menekankan kepada
masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan
oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung
jawab individu berkurang.
c. Cenderung meminimalkan rasionalitas.
d. Data penelitian empiris kurang
banyak mendukung sistem dan konsep psikoanalisis, seperti konsep tentang energi
psikis yang menentukan tingkah laku manusia.
2. Kelebihan dari pendekatan
ini adalah:
a. Kehidupan mental individu menjadi
bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk meredakan
penderitaan manusia.
b. Pendekatan ini dapat mengatasi
kecemasan melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi
dan transferensi-trasnferensi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sigmund Freud adalah seorang tokoh psikologi ternama,
yang pertama kali mengembangkan teori psikoanalisis dimana teori ini membahas
struktur kepribadian manusia yang terdiri dari id, ego dan super ego. Id, ego
dan super ego sangat berkaitan erat sehingga tidak dapat dipisahkan dimana
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Jika kebutuhan hidup tidak dapat terpenuhi maka akan
menimbulkan sebuah kecemasan sehingga akan menghambat perkembangan individu.
Untuk mengatasi kecemasan, perlu mekanisme pertahanan ego.
Freud mengembangkan teori mengenai
perkembangan kepribadian yang merujuk pada perkembangan seksual sehingga lebih
dikenal dengan perkembangan psikoseksual. Menurut Freud terdapat 5 (lima)
tahapan perkembangan psikoseksual, yaitu tahap oral, tahap anal, tahap phalik,
tahap latensi, tahap genital.
B.
SARAN
Bagi seorang konselor
harus dapat menguasai berbagai pendekatan konseling salah satunya yaitu
pendekatan psikoanalisis. Dimana konselor membentuk kembali struktur
kepribadian klien dengan jalan
mengembalikan hal yang tak disadari menjadi sadar kembali.
DAFTAR
PUSTAKA
Hifayat, Dede
Rahmat. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi
Kepribadian dalam Konseling. Bogor: Ghalia Indonesia
Jaenudin, Ujam. 2012. Psikologi
Kepribadian.Bandung:Cv Pustaka Setia
Lubis, Namora
Lumonggo. 2011.Memahami Dasar-Dasar
Konseling dalam Teori dan Praktek.Jakarta:Kencana
Nurihsan,
Juntika dan Syamsu Yusuf LN. 2008. Teori
Kepribadian. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Soetjipto, Sri Mulyantini dan Helly
Prajitno Soetjipto. 2011.Teori, Praktik Konseling dan Terapi.Yogyakarta
: Pertama Pustaka Pelajar
Suryabrata ,Sumadi.2010.
Psikologi Kepribadian. Jakarta :
Rajawali Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar