Kamis, 03 November 2016

makalah Teori Psikologi Kepribadian " Sigmund Freud"

"Terimakasih Kelompok Nugroho Seno Adi BK UMMgl"

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dari Kelompok  13 dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, sebagai salah satu tugas untuk mengikuti Proses Perkuliahan Psikologi Kepribadian. Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Biografi Sigmund Freud dan kepribadian manusia menurut teori Sigmund Freud. Dengan memahami teori ini diharapkan kita dapat berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan teori ini.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh                          
karena itu diucapkan terimakasih kepada :
1.      Sugiyadi, M.Pd, Kons, dan Nofi Nuryuhenita, S.Pd, M.Psi sebagai dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat mengkaji secara mandiri tentang teori kepribadian Sigmund Freud
2.      Sesama anggota kelompok yang telah bersama-sama mencari dan mengkaji materi sehingga tersusun makalah ini, dan
3.      Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengkaji kepribadian manusia sehingga kita menjadi orang yang berkepribadian baik dan benar terhadap sesama manusia. Saran dan masukan untuk perbaikan makalah ini kami terima dengan senang hati dan sukses untuk kita semua.

Magelang, 12 Februari 2016
Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................      i
Kata Pengantar.................................................................................     ii
DAFTAR ISI...................................................................................     iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................     1
A. Latar Belakang .........................................................................     1
B. Biografi Sigmund Freud ..........................................................     1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................     4
D. Manfaat Penulisan.....................................................................     4
BAB II Teori Psikoanalisis...............................................................     5
A. Pengertian Psikoanalisis............................................................     5
B. Struktur Kepribadian.................................................................     5
C. Macam-macam kecemasan.......................................................     8
D. Mekanisme Pertahanan Ego.....................................................     9
E. Perkembangan Kepribadian......................................................     9
F. Implikasi teori Freud terhadap BK............................................     15
G. Kelemahan dan Kelebihan teori Freud.....................................     16
BAB III Kesimpulan dan Saran.......................................................    18
A. Kesimpulan ..............................................................................    18
B. Saran.........................................................................................    18
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Kepribadian adalah keseluruhan cara individu untuk bereaksi dan berinteraki dengan orang lain. Dimana merupakan ciri khas yang dimiliki oleh seorang individu. Kepribadian sanngat mencerminkan perilaku seseorang.
Gordon W.W. Alport (dalam Jaenudin, 2012:116) kepribadian adalah adalah sebuah organisasi dinamis dalam individu sebagai sytem psikofisis yang menentukan cara yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Senada dengan Adolf Heuken S.J (dalam Jaenudin, 2012:116) kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial.
Pendapat diatas dapat dipahami bahwa kepribadian adalah kesatuan yang kompleks yang terdiri dari psikis dan fisik dimana berinteraksi dengan lingkungan yang dapat mengalami perubahan secara terus menerus dan terwujudnya pola tingkah laku yang unik. Kepribadian muncul ketika ada sebuah stimulus dan ada respon yang dipengaruhi siakp sehingga terbentuk tingkah laku dan tingkah laku muncul dan membentuk sebuah perilaku, perilaku yang sudah lama terbentuk menjadi sebuah kebiasaan dan membentuk sebuah kepribadian seseorang.

  1. Biografi Sigmund Freud
Sigmund Freud dilahirkan 6 Mei 1856 di sebuah kota kecil, Freiberg Moravia. Ayahnya adalah seorang pedagang wol yang mempunyai pikiran yang tajam dan memiliki selera humor yang baik.  Ibunya adalah seorang wanita lincah dan merupakan istri kedua, yang usianya 21 tahun lebih muda daripada suaminya. Ia adalah putra sulung dari istri kedua ayahnya, yang melahirkan lima anak perempuan dan dua anak laki-laki. Lalu Richard Nelson-Jones mengutip pendapat Jones menulis tentang kebanggaan dan cinta ibu Freud kepada putra sulungnya itu dan juga menyebutkan bahwa pada usia antara dua dan dua setengah tahun, libido Freud terhadap ibunya bangkit saat ia melihat ibunya telanjang. Freud dalam bukunya “An Autobiographical Study” mengatakan : “Orang tua saya Yahudi, dan saya sendiri


tetap seorang Yahudi”.  Ayahnya, Jakob, adalah seorang pedagang wol  yang ketika Freud berumur empat tahun, memindahkan keluarganya ke Wina. Tahun-tahun awal Freud di Wina sangat berat, dan selama masa pertumbuhannya, keluarganya tampak  dalam keadaan kekurangan uang.
 Ketika berumur sembilan tahun, Freud masuk sekolah menengah (Sperl Gymnasium),  dia menjadi siswa terbaik di kelasnya selama tujuh tahun, menikmati hak istimewa yang diharuskan lulus pada beberapa kali ujian. Freud adalah seorang  pekerja keras yang sangat suka membaca dan belajar. Meninggalkan sekolah pada usia 17 tahun, ia menghadapi pilihan karier, yang waktu itu merupakan pilihan yang harus diambil oleh seorang Yahudi Wina, yakni bidang indrustri, bisnis, hukum atau, atau kedokteran. Freud ingat saat itu ia tidak memiliki minat khusus pada kedokteran, karena minatnya lebih mengarah pada masalah manusia daripada objek alam.
Pada tahun 1873 Freud masuk University of Vienna untuk belajar kedokteran, meskipun selama di sana minat akademiknya lebih beragam. Pada tahun 1876 ia memulai riset pertamanya, studi tentang struktur kelenjar kelamin belut. Walaupun dengan banyak interupsi pendek, tidak lama setelah itu ia masuk laboratorium fisiologis Ernest Brucke untuk bekerja di sana dalam kurun antara 1876 sampai 1882. Selama periode ini Freud terutama memfokuskan pekerjaan yang berkaitan dengan histologi sel-sel saraf.
Brucke, ia menemukan “tempat beristirahat dan kepuasan” dan bertemu ilmuwan-ilmuwan “yang pantas saya hormati dan saya jadikan model”. Ia sangat menghormati Brucke. Freud tidak terlalu mempedulikan studi kedokterannya. Walaupun begitu, pada1881 ia lulus ujian akhir dan menjadi doktor dalam bidang kedokteran dengan nilai “sempurna”.
Pada tahun 1882 Freud meninggalkan laboratorium Brucke, yang pada tahun sebelumnya ia telah diangkat menjadi staf ahli disana. Mungkin disebabkan pengaruh jatuh cinta, dan karena itu membutuhkan keuangan yang cukup, Freud memutuskan untuk mencari uang menjadi  dokter. Ia masuk Rumah Sakit Umum di Wina, di sana ia mendapatkan pengalaman di berbagai bagian rumah sakit dan menjadi seorang peneliti aktif di institute of Cerebral Anatomy.Berbekal penghargaan traveling fellowship Freud pergi ke paris, selama Oktober 1885 sampai Februari 1886, ia belajar di Salpatririere (rumah sakit untuk penyakit-penyakit saraf yang dipimpin Charcot). Ia sangat terkesan dengan investigasi Charcot tentang histeria, yang mengonfirmasi kebenaran fenomena histerik, termasuk kelumpuhan histerik, termasuk kelumpuhan histerik dan bangunan sugesti hipnotik. Pada 1886, Freud kembali ke Wina untuk menikahi Martha Bernays dan membuka praktik pribadi sebagai sebagai spesialis penyakit saraf.
 Pada awal 1880-an, Freud menjalin persahabatan akrab dengan Joseph Breuer, seorang dokter Wina yang menonjol. Breuer bercerita kepadanya tentang bagaimana antara 1880-1882 ia berhasil menangani seorang anak perempuan yang memiliki  gejala histeria. Metodenya adalah dengan menghipnotis anak secara mendalam dan setelah itu didorong mengekpresikan diri dengan mengatakan hal-hal dalam ingatan mengenai situasi-situasi emosi yang menekannya.  Selama tahun 1890-an peralihan dari katarsis ke psikoanalisis terjadi. Jones menulis : “ ada banyak sekali bukti bahwa selama berpuluh-puluh tahun- kira-kira tahun 1890-an- Freud mengalami psikoneuris yang sangat berat, namun selama tahun-tahun ketika neurisnya sedang memuncak, -sekitar 1987-1900-itulah Freud  menghasilkan karya paling orisionalnya.
Selama periode 1887 sampai 1990 Freud menjalin pertemanan intens dengan Wilhems Fleis, seorang spesials hidung dan tenggorokan yang dua tahun lebih muda dibanding dirinya. Fleis melihat masalah seksual sebagai hal sentral dan mendorong Freud serta memberi izin untuk mengembangkan teori-teorinya. Jones mencatat ketergantungan Freud pada pendapat Fleis dan menyebutnya sebagai “publik tunggal” Freud. Jones menilai, padahal secara intelektual Fleiss jauh lebih rendah dibanding Freud.
Dengan latar belakang seperti ini, Freud mulai mengembangkan ide-idenya tentang dasar-dasar seksual neuris, walaupun meninggalkan hipnotisme, tetapi masih mempertahankan praktik yang mengharuskan pasiennya berbaring di sofa sementara ia duduk di belakang pasien. Selama tahun1897 sampai 1899, ia menulis hasil karya utamanya, The Interpretation of dream.pada musim panas 1889 Freud menjalani terapi psikoanalisis terhadap ketidaksadarannya sendiri, dan analisis terhadap diri sendiri ini menghasilkan bahan untuk buku tersebut. Freud menemukan nafsu masa kanak-kanaknya terhadap ibunya dan kecemburuannya terhadap ayahnya, yang dianggapnya sebagai karakteristik suka menentang pada diri manusia  yang disebut Oedipus complex. Dibutuhkan waktu delapan tahun untuk menjual 600 kopi edisi pertama The Interpretation of Dream-nya. Jones melihat analisis yang dilakukan Freud terhadap dirinya sendiri dengan berkata “Akhir dari semua kerja keras dan penderitaan itu adalah fase terakhir dan sekaligus fase final dalam evolusi kepribadian Freud. Munculah seorang Freud yang tenang dan lunak, yang untuk selanjutnya menekuni pekerjaannya dengan bebas dan tenang dan lunak, yang untuk selanjutnya menekuni pekerjaannya dengan bebas dan tenang “. Namun demikian dalam biografi Fromm (1959) tidak sebaik itu. Ia mengatakan bahwa Freud terus menunjukan ketidakpastian dan egoisme, baik dalam kehidupan profesional maupun kehidupan pribadinya. Pada tahun 1905, Freud mempublikasikan hasil karya utama lainnya, Tree Contribution to the Theory of Sex, yang menelusuri perkembangan seksualitas sejak awal masa kanak-kanak.
 Dalam studi autobiografisnya Freud melihat bahwa setelah periode katarsis pendahulunya, sejarah psikoanalisis dapat dibagi menjadi dua fase. Dari sekitar tahun 1895 sampai 1906 atau 1907 ia bekerja sendirian, namun setelah itu kontribusi murid-murid dan kolaboratornya semakin penting. Perkembangan historis selanjutnya menunjukan bahwa ide-ide Freud mulai ditinggalkan pada tahap ini.
 Freud memiliki kebiasan merokok rata-rata 20 batang cerutu dan, pada tahun 1923, ia mengetahui bahwa dirinya mengidap penyaki kanker rahang. Ia menghabiskan hidupnya 16 tahun terkahir dalam kesakitan yang sering kali menyiksa, dan total 33 operasi sudah dilakukan pada rahangnya. Pada gempuran Nazi menyebabkan Freud meninggalkan Austria bersama keluarganya dan menetap di Inggris, sebuah negara yang dikaguminya, yang dikunjungi untuk pertama kali saat ia berumur 19 tahun. Ia meninggal di London setahun kemudian.
  1. Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian dari teori psikoanalisis
2.      Mengetahui struktur kepribadian menurut teori Freud
3.      Mengetahui macam-macam kecemasan menurut terori Freud
4.      Mengetahui mekanisme pertahanan ego
5.      Mengetahui Perkembangan kepribadian menurut teori Freud
6.      Mengetahui implikasi teori kepribadian Freud terhadap bimbingan dan konseling
7.      Mengetahui kelemahan dan kelebihan teori kepribadian psikoanalisis
  1. Manfaat Penulisan
1.      Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam Bimbingan dan Konseling
2.      Manfaat Praktis
Sebagai landasan Bimbingan dan Konseling dalam memberikan bantuan kepada individu dengan menggunakan teori psikoanalisis


BAB II
TEORI PSIKOANALISIS

  1. Pengertian Psikoanalisis
Sigmund Freud adalah seorang tokoh psikologi ternama, yang pertama kali mengembangkan teori psikoanalisis merupakan teori kepribadian yang paling berpengaruh, tetapi juga pada ilmu-ilmu lain, termasuk antropologi dan sosiologi. Implementasi teori psikoanalisis dapat ditemui dalam berbagai praktik kehidupan, seperti manajemen dan iklan (dalam Dede, 2011:23).
Corey ( dalam Lubis, 2011:140) psikoanalisis adalah teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. Psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien, untuk menggali kehidupan pribadinya yang paling dalam. Pengalamannya menangani para pasien banyak memberikan inpirasi kepada Freud untuk menyusun teori kepribadiannya. Pengembangan teorinya, didukung juga oleh penelaahan terhadap konflik-konflik dan kecemasan-kecemasan yang dialaminya sendiri.
  1. Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kepribadian manusia memiliki suatu struktur yang diri dari id (das es), ego (das ich), dan super ego (das uber ich). Sruktur kepribadian tersebut akan saling berinteraksi dan akan menetukan perilaku seseorang.
1.      Id
Id (dalam bahasa Jerman Jerman disebut das es) merupakan komponen kepribadian yang primitif dan instingtif. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle). Prinsip ini pada dasarnya merupakan cara untuk mereduksi (menurunkan) ketegangan. Prinsip kesenangan merujuk kepada pencapaian kepuasan segera dari dorongan biologis. Dalam penjelasan Freud, id merupakan sumber energi psikis yang menggerakan kegiatan psikis manusia, karena berisi insting-insting, baik insting hidup (eros) yang menggerakan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan biologis (seperti makan, minum, tidur, hubungan seks dan lain-lain) dan juga insting kematian (tanatos) yang menggerakan tingkah laku agresif. Ide bersifat primitif dan tidak logis atau tidak rasional.
Dalam mereduksi ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan, id menempuh dua cara (proses), yaitu melalui refleks dan proses primer (”the primary process”) . Refleks merupakan reaksi-reaksi psikologis yang lebih rumit. Proses primer berusaha mengurangi ketegangan dengan cara membentuk khayalan (berfantasi) tentang objek atau aktivitas yang akan menghilangkan ketegangan tersebut. Misalnya : pada saat lapar menghayalkan makanan; pada saat dendam menghayalkan kegiatan balas dendam. Kehadiran objek yang diinginkan dalam bentuk maya (hayalan), sebagai pengalaman halusinasi dinamakan “Wishfullfillment”. Contoh yang terbaik tentang proses primer ini adalah mimpi (dream).
2.    Ego
Ego dalam bahasa Jerman disebut das ich merupakan aspek psikologi kepribadian. Ia menjadi eksekutif dari kepribadian. Selain itu, ia juga yang membuat keputusan mengenai insting-insting mana yang akan dipuaskan dan bagaimana cara memuaskannya. Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional dan berorientasi pada prinsip realitas (reality principle). Ego berperan sebagai mediator antara id (keinginan untuk mencapai kepuasan) dan kondisi lingkungan atau dunia nyata. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertujuan untuk mencegah ketegangan sampai mendapatkan objek yang dapat memenuhi kepuasan atau dorongan dari id.
Ego menurut Freud seperti joki penunggang kuda yang harus menghindar dari masalah, ego harus berusaha menjinakan dorongan id yang tak terkendali. Seperti halnya id, ego pun mempunyai keinginan untuk memaksimalkan pencapaian kepuasan, hanya dalam prosesnya, ego berdasarkan pada “secondary process thinking”. Hal yang harus diperhatikan dari ego ini adalah bahwa (1) ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id, bukan untuk mengecewakannya, (2) seluruh energi (daya) ego berasal dari id,sehingga ego tidak terpisah dari id, (3) peran utamanya menengahi kebutuhan id dan kebutuah lingkungan sekitar, 4) ego bertujan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakannya.
3.    Super ego

Super ego (dalam bahasa Jerman disebut das ueber ich) merupakan aspek sosial dari kepribadian. Berisi komponen moral dari kepribadian. Berisi komponen moral dari kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Super ego mulai berkembang pada usia 3 sampai dengan 5 tahun. Pada usia ini, anak-anak memperoleh (rewards) atas kepatuhannya dan medapatkan hukuman atas pembangkangannya. Keduanya akan mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan keinginan atau ketentuan (dalam hal ini adalah orang tuanya). Tingkah laku yang  yang salah (artinya tidak sesuai ketentuan norma) akan mendapatkan hukuman. Proses ini akan menumbuhkan kata hati (conscience) anak, sedangkan perintah untuk berbuat baik (tingkah laku yang sesuai dengan aturan) akan mendapatkan hadiah (reward), mungkin berupa pujian. Peristiwa ini akan membentuk ego ideal anak. Mekanisme terbentuknya kata hati dan ego ideal ini disebut dengan introjeksi. Introjeksi dapat diartikan sebagai proses penerimaan anak terhadap norma-norma dan kode moral dari orang tua.
Super ego berfungsi untuk (1) merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif, karena dalam perwujudannya sangat dikutuk masyarakat, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik, dan (3) mengejar kesempurnaan (perfection).
Id merupakan sumber energi psikis yang menggerakan kegiatan psikis manusia, untuk menggerakan insting-insting yang terdapat dalam manusia, baik berupa insting hidup seperti makan, minum, seks dan lain-lain. Dan juga insting mati, baik berupa marah,membalas dendam dll. Untuk mengurangi rasa tegangnya dengan berusaha untuk menghayalkan tentang apa yang diinginkannya.
Semua manusia mempunyai ego masing-masing, ego adalah sebagai mediator antara id dan dunia nyata (realitas) . Dengan ego manusia dibimbing untuk memenuhi kepuasan atau dorongan yang terdapat dalam  id. Sedangkan Super Ego yang di dalamnya terdapat aspek moral atau standar baik-buruk yang terdapat pada sosial masyarakat. Super ego berfungsi untuk meredam keinginan yang terdapat pada id  yang berorientasi pada tujuan realistik di ganti oleh tujuan moralistik,  sehingga untuk memenuhi ego di sesuaikan dengan moralitas atau  norma-norma yang terdapat di dalam masyarakat.
Kemudian Freud menggambarkan bahwa kesadaran itu terdiri dari tiga tingkat, yaitu sebagai berikut :
a.         Kesadaran (counscious)
Merupakan bagian kehidupan mental individu.Kehidupan mental ini memeliki kesadaran penuh,sehingga seseorang mengetahui tentang identitas dirinya,apa yang sedang terjadi padanya,dan bagaimana cara dia memperolah yang diinginkannya.Menurut Freud kesadaran ini merupakan bagian terkecil dari kehidupan mentalnya.
b.        Ambang Sadar (preconscious)
Merupakan lapisan jiwa di bawah kesadaran,sebagai tempat penampungan dari ingatan-ingatan yang tidak bisa diungkap secara cepat namun dengan usaha tertentu sesuatu itu dapat diingat kembali.Contohnya : Pada saat kita lupa tentang apa yang telah dipelajari,tetapi dengan sedikit konsentrasi kita bisa mengingat kembali pelajaran tersebut.
c.       Ketidaksadaran (unconscious)
Ketidaksadaran merupakan lapisan terbesar kehidupan mental dan berada di bawah permukaan air. Di samping itu, ketidaksadaran juga merupakan fokus utama dalam teori psikoanalisis yang berisi insting-insting atau pengalaman tidak menyenangkan yang ditekan (repress). Meskipun tidak sepenuhnya individu menyadari kebaradaan insting-insting tersebut, namun insting tersebut aktif bekerja untuk memperoleh kepuasan

  1. Kecemasan
Dinamika kepribadian untuk sebagian besar dikuasai untuk memuaskan kebutuhan hidup dengan cara berhubungan objek dunia luar. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman, ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapi maka dia menjadi cemas, takut. Jika ego tidak mampu mengontrol maka akan menimbulkan kecemasan.
Freud mendefinisikan kecemasan sebagai sebuah keadaan ketidak senangan tertentu dengan lecutan motorik di sepanjang jalur yang pasti. Ia melihat kecemasan sebagai reaksi universal terhadap situasi bahaya dan ego sebagai satu-satunya tempat kecemasan. Kelak sumber kecemasan terjadi di luar kemauan ketika situasi berbahaya muncul. Sumber kecemasan lainnya dihasilkan oleh ego ketika bahaya itu hanya berupa ancaman dan ego merasa lemah dalam kaitannya dengan hal itu. Jadi kecemasan (anxiety) adalah perasaan yang kita rasakan pada saat cemas, atau sebuah perasaan di saat keadaan tidak senang. Kecemasan muncul diakibatkan atas reaksi situasi bahaya dan ego sebagai satu-satunya tempat kecemasan.
Kecemasan Freud mengemukakan ada tiga macam kecemasan:
1.         Kecemasan nyata atau kecemasan objektif
 ketakutan terhadap bahaya yang terlihat dan ada yang ada dalam dunia nyata. Misalnya, takut dengan ular, harimau, bencana alam atau gempa bumi.
2.         Kecemasan neurotis
Takut mendapat hukuman (punishment), ketakutan itu merupakan bayangan yang menghantui, tidak nyata dan belum tentu terjadi. Contoh : Ani sedang asyik berkencan dengan pacarnya, suatu hari dia pulang terlambat. Dia sudah menyiapkan beberapa alasan ketika dimarah oleh ayahnya nanti. Ia ingat dulu pernah pulang terlambat, ayah marah dan menghukumnya dengan tidak memberi uang saku selama seminggu. Malam ini dia pulang dengan mengendap-endap dan ternyata ayah dan ibunya sedang di rumah saudara.
3.         Kecemasan moral
Takut karena yang bersangkutan telah merasa melanggar norma/moral, takut karena merasa bersalah dan berdosa.Seseorang yang mengalami kecemasan ini,merasa takut akan dihukum oleh superegonya atau kata hatinya. Contoh : Painem diberi uang oleh ayahnya untuk membayar SPP sekolahnya, tetapi ketika sampai di sekolah ia diajak oleh temannya untuk  pergi jalan-jalan setelah pulang sekolah, karena ketika itu uang sakunya pas-pasan akhirnya ia menggunakan uang SPP nya untuk makan di rumah makan bersama teman-temannya dan membeli sepatu baru. Ketika sampai di rumah ayahnya mananyakan padanya tentang uang SPP apakah telah dibayarkan atau belum? Dengan perasaan bersalah dan takut dimarah maka ia berbohong oleh ayahnya.

  1. Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujua n untuk mengurangi kecemasan dan dIlakukan melalui dua karakteristik, yaitu tidak disadari dan menolak,memalsukan atau mengubah. Mekanisme pertahanan ini dapat juga diartikan sebagai reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari emosi atau perasaan yang menyakitkan, seperti cemas dan perasaan bersalah. Jenis-jenis mekanisme pertahanan ego itu adalah sebagai berikut :
1.        Represi
Merupakan proses penekanan dorongan-dorongan ke alam tak sadar, karena mengancam keamanan ego. Dapat diartikan juga sebagai proses penguburan pikiran dan perasaan yang mencemaskan ke alam tak sadar. Contoh : seorang remaja memiliki hasrat untuk memenuhi kebutuhan biologisnya (seks), namun keinginan itu ditekannya sedemikian rupa karena perbuatan itu melanggar norma agama.
2.        Projeksi
Merupakan pengalihan pikiran,perasaan atau dorongan diri sendiri kepada orang lain. Projeksi memungkinkan orang untuk menyatakan dorongan yang mengancamnya dengan menyamarkan sebagai pertahanan diri. Contoh : “Ia membenci saya”, untuk menggantikan bahwa sebenarnya “saya membenci dia”.
3.        Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Merupakan penggantian sikap dan tingkah laku yang berlawanan. Biasanya penggantian perasaan itu dari negatif ke positif, meskipun juga bisa dari positif ke negatif tetapi jarang. Contoh : Ani membenci temannya karena ia merasa tersaingi, tetapi ia tidak berani berterus terang,takut (cemas ) untuk berkompetisi dengannya.Untuk menyembunyikan kebencian yang menimbulkan rasa cemasnya itu,dia bersikap baik dan berperiloaku yang sebaliknya yaitu menaruh perhatian lebih pada temannya itu.
4.        Pemindahan Objek
Merupakan proses penglihan perasaan (biasanya rasa marah ) dari objek asli ke objek pengganti. Contoh : Ani dimarahi oleh ibunya kemudian ia memukul adiknya.Ani mengalihkan target kebenciannya kepada pihak lain,karena jika menyatakan kebenciannya kepada terget yang asli ( Ibu) akan menimbulkan kecemasan atau rasa bersalah.
5.        Fiksasi
Merupakan mekanisme yang memungkinkan orang mengalami kemandegan dalam perkembangannya, karena merasa cemas untuk melangkah ke perkembangan berikutnya. Tujuannya untuk menghindar dari situasi-situasi baru yang dipandang berbahaya. Contoh : anak usia 7 tahun masih menghisap jempol dan belum berani bepergian tanpa ibunya.

6.        Regresi
Merupakan pengulangan kembali tingkah laku yang cocok bagi tahap perkembangan atau usia sebelumnya (perilaku kekanak-kanakan). Tujuannya untuk memperoleh bantuan dalam menghadapi peristiwa yang traumatik. Contoh : setelah bertengkar dengan suaminya, seorang wanita muda pulang ke rumah orang tuanya. Di sini dia menampilkan diri sebagai seorang anak yang memerlukan perlindungan orang tua.
7.        Rasionalisasi
Merupakan penciptaan kepalsuan (alasan-alasan) namun dapat masuk akal sebagai upaya pembenaran tingkah laku yang tidak dapat diterima. Contoh : seorang mahasiswa yang mendapat nilai sempurna, dia berkata kepadea temannya bahwa hal itu terjadi karena dia  belajar dengan giat, padahal itu diperoleh lewat mencontek.
8.        Sublimasi
Merupakan penyimpangan libido seksual kepada kegiatan yang secara sosial lebih dapat diterima. Contoh : dorongan agresif seperti senang berkelahi dapat dibelokkan/diarahkan menjadi seorang petinju.
9.        Identifikasi
Merupakan proses memperkuat harga diri dengan membentuk suatu persekutuan nyata atau maya dengan orang lain, baik seseorang maupun kelompok.Identifikasi ini dilakukan kepada orang-orang yang dipandang sukses atau berhasil dalam hidupnya.Contoh : Remaja sering mengembangkan harga diri atau kebanggaan dirinya melalui identifikasi dengan para bintang ( film,musik,atau olahraga).

  1. Perkembangan Kepribadian
Freud berpendapat bahwa masa anak (usia 0-5 tahun) atau usia pregenital mmepunyai peranan yang sangat dominan dalam membentuk kepribadian atau karakter seseorang.Karena sangat menentukannya masa ini,dia berpendapat bahwa “ The childs is tehe father or man “ (anak adalah ayah manusia).Berdasarkan hal ini,maka hampir semua masalah kejiwaan pada usia selanjutnya (khususnya usia dewasa),faktor penyebabnya dapat ditelusuri pada usia pregenital ini.
Makna perkembangan kepribadian menurut Freud adalah “Belajar tentang cara-cara baru untuk mereduksi ketegangan dan memperoleh kepuasan.” Ketegangan itu terjadi bersumber kepada empat aspek,yaitu sebagai berikut :
1.         Pertumbuhan Fisik
Seperti peristiwa menstruasi dan minpi pertama dapat menimbulkan perubahan aspek psikologis,dan juga ada tuntutan baru dari lingkungan (seperti dalam berpakaian dan bertingkah laku).
2.         Frustasi
Orang yang tidak pernah frustasi tidak akan berkembang.Jika anak dimanja tidak akan berkembang rasa tanggung jawab dan kemandiriannya.
3.         Konflik
            Apabila individu dpat mengatasi setiap konflik yang terjadi di antara ketiga konponen (id,ego,superego) kepribadian tersebut,maka dia akan mengalami perkembangan yang sehat.
4.         Ancaman
Lingkungan,disamping dapat memberikan kepuasan kepada kebutuhan atau dorongan instink individu,juga merupakan sumber ancaman baginya yang dapat menimbulkan ketegangan.
Teori perkembangan Freud didasarkan kepada pengalamannya dalam menganalisis masalah yang dihadapi para pasiennya. Dalam mengeksplorasi proses kehidupan mental para pasien, ternayta sering mengarah kepada pengalaman masa kecilnya.
Freud mengembangkan teori mengenai perkembangan kepribadian yang merujuk pada perkembangan seksual sehingga lebih dikenal dengan perkembangan psikoseksual. Menurut Freud terdapat 5 (lima) tahapan perkembangan psikoseksual, yaitu : (a) Tahap oral, sumber kenikmatan terdapat di dalam sekitar mulut; (b) Tahap anal, sumber kenikmatannya berada di dubur, (c) Tahap Phalik, sumber kenikmatan terdapat pada alat kelamin, (d) Tahap Latensi, tahap ini adalah masa tenang secara seksual, (e) Tahap genital, tahap ini adalah masa dimana terjadi kematangan organ repreduksi.
Pendapat di atas dijelaskan secara terperinci, sesuai tahap perkembangan psikoseksual yang terdiri atas berikut ini :
1.    Tahap Oral  (0- 1 tahun)
Oral berasal dari kata aris, artinya mulut. Tahap oral terjadi pada awal kehidupan manusia, yaitu 0-1 tahun. Pada tahapan ini, mulut menjadi sumber kenikmatan erotis, karena libido didistribusikan ke daerah sekitar mulut. Perbuatan mengisap dan menelan menjadi metode utama untuk mencapai kepuasan. Pada tahap ini, anak akan menikmati puting ibunya dan memasukan benda ke dalam mulutnya, seperti mengisap jempol ataupun dot.
Bulan pertama . Freud mengatakan “jika bayi bisa  berbicara, tanpa diragukan lagi dia akan mengakui bahwa tindakan menghisap putimg adalah hal terpenting dalam hidupnya”. Menyusu sangat vital karena air susu menyediakan makanan bagi bayi-dia harus terus meghisap puting ibu untuk bertahan hidup. Namun Freud melihat juga kalau tindakan menghisap menyediakan perasaan menyenangkan bagi bayi.
Bagian kedua tahap oral. Kira-kira sejak usia 6 bulan, bayi mulai mengembangkan konsepsi tentang orang lain, khususnya ibu, sebagai pribadi yang berbeda dan terpisah darinya namun dibutuhkan. Mereka jadi cemas jika ibu meninggalkannya atau ketika mereka bertemu orang asing tempat ibunya.
2.      Tahap Anal (1-3 tahun)
Anal berasal dari kata anus, artinya ‘dubur’. Dubur menjadi sumber kenikmatan erotis pada masa ini, karena libido didistribusikan ke daerah anus. Pada saat anus anak penuh dengan ampas makanan, akan memerlukan pelepasan. Peristiwa buang air besar (BAB) merupakan pencapaian kepuasan dan menberikan rasa nikmat. Peristiwa ini disebut dengan erotik anal.
Organ kedua yang menjadi daerah Erogen adalah anus, dan perkembangan seksual pindah dari fase oral ke fase anal-statistik. Aspek aktif fase ini adalah impuls untuk menguasai (sadisme), dengan penguatan pada otot-otot tubuh dan pengontrolan fungsi otot lingkar. Membran mukus erogen anus juga memanifestasikan diri sebagai organ dengan tujuan seksual pasif . ciri-ciri sifat yang dikaitkan dengan fase ini adalah keteraturan, penghematan, dan ketegaran,  yang secara bersama-sama menetapkan apa yang dikenal sebagai “karakter anal”.
3.      Tahap Phalik (4 – 5 tahun)
Phalik  berasal dari kata phallus artinya ‘zakar’. Pada usia ini anak mulai memperhatikan atau mulai senang memainkan alat kelaminnya sendiri, seperti memijit-mijit. Pada tahap ini, terjadi perkembangan berbagi aspek psikologis, terutama terkait dengan kehidupan psikososial keluarga atau perlakuan terhadap anak. Anak mulai berprilaku “selfish” atau mementingkan diri sendiri, atau lebih berorientasi kepada diri sendiri.
Organ ketiga yang menjadi daerah erogen adalah kelamin. Periode perkembangan seksual yang terjadi pada organ seksual laki-laki (falus) dan klitoris perempuan itu menjadi penting dan dikenal sebagai fase falik (bangkitnya) berahi, yang dimulai sekitar umur sekitar tiga tahun. Disini kenikmatan diperoleh dari masturbasi. Selama fose falik, seksualittas  masa kanak-kanak awal mencapai insentitas tertingginya dan selama fase ini perkembangan seksual laki-laki dan perempuan menjadi berbeda. Fase oedipus adalah bagian falik untuk kedua jenis kelamin.
4.      Tahap latensi (6 - 12)
Periode yang dimulai sekitar awal usia enam  tahun, pada anak perempuan, mungkin lebih lambat, sampai mensrtuasi dan pubertas merupakan periode latensi seksual. Latensi itu bisa atau parsial dan, selama periode ini, berbagai kekangan seksual berkembang. Salah satu mekanisme yang digunakan untuk mengalihkan energi seksual disebut sublimation (sublimasi) atau  displacement  (pemindahan) libido ke pencarian tujuan dan budaya baru. Disamping itu, ketika inidividu berkembang, impuls-impuls libido bisa memunculkan antikateksi atau reaksi-reaksi yang bertentangan (reaformation-pembentukan-reaksi), seperti jijik, malu.
Tahap latensi berkisar antara usia 6 sampai 12 tahun (masa sekolah SD). Tahap ini merupakan masa tenang seksual, karena segala sesuatu yang terkait dengan seks dihambat atau direspon (ditekan). Dengan kata lain, masa ini adalah periode tertahannya dorongan-dorongan sek dan agresif. Selama masa ini, anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi (seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan-kegiatan lainnya), dan mulai menaruh perhatian untuk berteman (bergaul dengan orang lain). Mereka belum mempunyai perhatian khusus kepada lawan jenis (bersikap netral) sehingga dalam bermain pun anak laki-laki sebangku dengan anak wanita, dan sebaliknya. Tahap ini dipandang sebagai masa perluasan kontak sosial dengan oran-orang di luar keluarganya.
5.        Tahap genital (12 - seterusnya)
Tahap genital,yang dimulai pada saat menstruasi atau pubertas, melibatkan subordinasi semua sumber perasaan seksual pada keunggulan daerah genital. Pencurahan energi libido sebelumya mungkin masih dipertahankan, yang dimasukkan dalam aktivitas atau tindakan pendahuluan atau tindakan atau tindakan penunjang seksual, atau ditekan atau dialihkan dengan cara tertentu. Pubertas membawa peningkatan libido yang lebih besar pada anak laki-laki, tetapi pada anak  perempuan ada peningkatan pada represi, terutama soal seksualitas klitoral. Pada saat mentruasi atau pubertas, bersama mengatasi pilihan- objek inses, tibalah saat melepaskan diri dari otoritas orangtua. Oleh karena perkembangan seksual sebelumnya yang cukup memadai, individu sekarang siap terlibat hubungan genital heteroseksual.
Tahap ini dimulai sekitar usia 12 tahun atau 13 tahun. Pada masa ini anak sudah masuk usia remaja. Masa ini ditandai dengan matangnya organ repreduksi anak. Pada periode ini, insting seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif untuk mencitai orang lain, atau mulai berkembangnya motif altruis (keinginan untuk memperhatikan kepentingan orang lain). Motif-motif ini mendorong anak (remaja) untuk berpartisifasi aktif dalam berbagai kegiatan, dan persiapan untuk memasuki dunia kerja, pernikahan, dan bserkeluarga.
F.      Implikasi teori kepribadian Freud terhadap bimbingan dan konseling
Ada beberapa implikasi teori psikoanalisis terhadap bimbingan dan konseling yaitu sebagai berikut: (dalam Lubis, 2011:150-1530):
1.        Tujuan bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk memperkuat ego sehingga mampu mengkontrol dorongan-dorongan insting dan meningkatkan kemampuan individu dalam bercinta dan bekerja.
2.        Metode bimbingan dan konseling
Konselor perlu mengetahui bahwa teknik-teknik terapi dalam psikoanalisis harus dapat mencapai tujuan psikoanalisis yaitu untuk membentuk kembali struktur kepribadian individu melalui pengungapan hal yang disadari yang menjadi focus utama bimbingan dan konseling adalah represi yang tidak terpecahkan, dengan cara menganalisis pengalaman masa lalu pasien. Para analisis dalam membantu pasien menggunakan beberapa metode sebagai berikut
a.         Asosiasi bebas
Merupakan teknik utama psikoanalisis. Pasien diminta untuk mengatakan apa saja yang berada dalam pikirannya. Menggunakan teknik ini memang tidak mudah dan sering memakan waktu lama. Dapat menggunakan katarsis.
b.        Analisis mimpi
Ketika pasien tidur ego menjadi lemah untuk mengontrol dorongan-dorongan id atau hal-hal yang tidak disadari. Akhirnya dorongan tersebut da[pat mendesak ego untuk memuaskannya. Proses pemuasan itu dilambangkan dalam bentuk mimpi. Untuk menelusuri akar masalah yang dialami pasien, maka para analisis dapat mengungkapnya dengan cara menganalisis mimpi pasien tersebut. Dalam hal ini pasien diminta untuk mengungkapkan isi mimpinya kepada konselor.
c.         Resistensi
Saat klien mencoba mengubah topic pembicaraan atau bicara berbelit-belit, mengantuk, datang terlambat, atau bahkan membatalkan pertemuan terapis ini menunjukkan bahwa pertahanan diri klien yang terancam.
d.        Transferensi
Transferensi terjadi ketika pasien merespon analisis konselor sebagai seorang figure pada waktu kecil (orang tua). Respon ini bisa positif maupun negative bergantung pada suasana emosional yang dialaminya. Transferensi memberikan petunjuk tentang hakikat masalah atau kesulitan pasien, sehingga memudahkan konselor untuk menginterpretasikannya. Sikap tranferensi pasien mungkin dinyatakan dalam bentuk pujian, celaan tau marah. Pasien mungkin menyerang atau mencela terapi yang dianggap tidak bermanfaat baginya, atau sebaliknya dia memuji ketrampilan konselor dalam memberikan terapi.
G.    Kelemahan dan kelebihan teori kepribadian psikologi analisa
1.      Keterbatasan dari pendekatan ini adalah:
a.       Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
b.      Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab individu berkurang.
c.       Cenderung meminimalkan rasionalitas.
d.      Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem dan konsep psikoanalisis, seperti konsep tentang energi psikis yang menentukan tingkah laku manusia.


2.      Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
a.    Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk meredakan penderitaan manusia.
b.    Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.


BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Sigmund Freud adalah seorang tokoh psikologi ternama, yang pertama kali mengembangkan teori psikoanalisis dimana teori ini membahas struktur kepribadian manusia yang terdiri dari id, ego dan super ego. Id, ego dan super ego sangat berkaitan erat sehingga tidak dapat dipisahkan dimana untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Jika kebutuhan hidup tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan sebuah kecemasan sehingga akan menghambat perkembangan individu. Untuk mengatasi kecemasan, perlu mekanisme pertahanan ego.
Freud mengembangkan teori mengenai perkembangan kepribadian yang merujuk pada perkembangan seksual sehingga lebih dikenal dengan perkembangan psikoseksual. Menurut Freud terdapat 5 (lima) tahapan perkembangan psikoseksual, yaitu tahap oral, tahap anal, tahap phalik, tahap latensi, tahap genital.

B.    SARAN
Bagi seorang konselor harus dapat menguasai berbagai pendekatan konseling salah satunya yaitu pendekatan psikoanalisis. Dimana konselor membentuk kembali struktur kepribadian klien  dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadari menjadi sadar kembali.


DAFTAR PUSTAKA

Hifayat, Dede Rahmat. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Bogor: Ghalia Indonesia


Jaenudin, Ujam. 2012. Psikologi Kepribadian.Bandung:Cv Pustaka Setia

Lubis, Namora Lumonggo. 2011.Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktek.Jakarta:Kencana

Nurihsan, Juntika dan Syamsu Yusuf LN. 2008. Teori Kepribadian. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Soetjipto, Sri Mulyantini dan Helly Prajitno Soetjipto. 2011.Teori, Praktik Konseling dan Terapi.Yogyakarta : Pertama Pustaka Pelajar
                                                                                               
Suryabrata ,Sumadi.2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali Pers



Tidak ada komentar:

Posting Komentar