Kamis, 03 November 2016

Makalah Teori Psikologi Kepribadian " Kurt Lewin" dan Hubungan dengan Islam


 "Terimaksih kelompok Herfina Fitriani BK UMMgl"     




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dari Kelompok VII dapat menyelesaikan makalah ini denagn sebaik-baiknya, sebagai salah satu tugas untuk mengikuti Proses Perkuliahan Psikologi Kepribadian. Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Biografi Kurt Lewindan kepribadian manusia menurut teori Kurt Lewin. Dengan memahami teori ini diharapkan kita dapat berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan teori ini.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu diucapkan terimakasih kepada:
1.    Sugiyadi, M.Pd, Kons, dan Nofi Nuryuhenita, S.Pd, M.Psi sebagai dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat mengkaji secara mandiri tentang teori kepribadian Abraham Maslow,
2.    Sesama anggota kelompok yang telah bersama-sama mencari dan mengkaji materi sehingga tersusun makalah ini, dan
3.    Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengkaji kepribadian manusia sehingga kita menjadi orang yang berkepribadian baik dan benar terhadap sesama manusia. Saran dan masukan untuk perbaikan makalah ini kami terima dengan senang hati dan sukses untuk kita semua.



                                                                        Magelang,  Februari 2016
                                                                       

Penyusun








DAFTAR ISI

ISI                                                                                                                   HALAMAN
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….…………..
KATA PENGANTAR……………………………………….………………………...ii
DAFTAR ISI...…………....……………………………….…………………….........iii
BAB I             PENDAHULUAN…………………………………….……….1
A.    Latar Belakang……………………………………………..1
B.     Biografi Kurt Lewin………………….……………….……1
C.     Rumusan Masalah…………………...…………………….2
D.    Tujuan……………………………………………….……..2
BAB II            DUNIA KEPRIBADIAN KURT LEWIN.……………….……3
A.    Konsep Utama Teori Kurt Lewin…….……………………3
B.     Teori Kepribadian Kurt Lewin…………….………………3
a.       Struktur Kepribadian………………….……………….4
b.      Dinamika Kepribadian………………………………...7
c.       Perkembangan Kepribadian…………………….……12
BAB III           PEMBAHASAN……………………………….……………..14
A. Kepribadian dilihat dari Sudut Pandang BK.……………..14
B. Kepribadian dilihat dari Sudut Pandang Nilai Islami..…....14
BAB IV          PENUTUP…………………………………………….…....…16
A.    Kesimpulan…………………………………………….…16
B.     Saran……………………………………………………....16
Referensi…….……………………………………………………….….........……....17









BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “personality’. Personality secara etimologis berasal dari bahasa Latin “persona” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tetentu. Misalnya seorang pemurung, pendiam, periang, paramah,  pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dan tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya. Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-belah dalam fungsi-fungsinya.
Teori medan merupakan (life space) merupakan sekumpulan konsep dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis yang dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku dan sekaligus cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret.Dalam Psikologi Kepribadian terdapat beberapa teori dari para ahli. Untuk pembahasan kali ini akan membahas tentang Dunia Kepribadian dari Kurt Lewin. Kurt Lewin memiliki teorinya sendiri tentang kepribadian yang disebut sebagai teori Medan. Teori Lewin ini dapat dimengerti dalam rangka struktur,dinamika, dan perkembangan kepribadian. Teori Lewin memiliki keterkaitan dengan Bimbingan dan Konseling pada umumnya. Dengan adanya teori Lewin tersebut, dapat dipahami tentang dunia pribadi dalam kehidupan ini.

B.     BIOGRAFI KURT LEWIN
Kurt Lewin merupakan Bapak Psikologi Sosial karena sebuah karya dan pemikiran-pemikirannya yang memiliki dampak yang mendalam terhadap psikologi social terutama dalam masalah dinamika kelompok dan penelitian tindakan. Namun demikian, buah karya dan pemikirannya tersebut juga sangat relevan bagi para pendidik dalam dunia pendidikan.
 Beliau dilahirkan di Prusia pada tanggal 9 September 1890. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara. Dia dibesarkan dalam keluarga Yahudi kelas menengah. Ayahnya memiliki sebuah took kelontong kecil dan pertanian. Mereka pindah ke Berlin ketika ia berusia 15 tahun dan dia terdaftar di Gymnasium. Lewin menyelesaikan sekolah menengahnya di Berlin tahun 1905.Kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas Freinberg, Munich, Berlin, untuk belajar biologi dan mendapat gelar doctor di Universitas Berlin pada tahun 1914. Saat menjadi mahasiswa, ia mulai banyak terlibat dalam pergerakan kaum sosialis. Perhatiannya terhadap masalah-masalah pergerakan social muncul dan mendorongnya untuk berperan serta dalam memerangi anti-Semitisme, menuntut demokratisasi bagi institusi Jerman, dan perbaikan bagi hak-hak kaum perempuan. Bersama dengan rekan-rekan mahasiswanya, ia mengorganisasikan diri untuk memberi pengajaran pada program pendidikan orang dewasa yaitu kelaspara pekerja perempuan dan laki-laki. Setelah meraih gelar doktornya pada tahun 1914, Lewin bertugas di ketentaraan Jerman selama empat tahun. Pada akhir Perang Dunia I, dia kembali ke Berlin bekerja sebagai instruktur dan asisten research pada “Lembaga Psikologi”, bekerja sama dengan Wertheimer dan Kohler. Pada tahun 1926 diangkat menjadi guru besar dalam ilmu filsafat dan psikologi. Pada tahun 1933 kekuasaan Hitler meningkat dan keadaan politik semakin memburuk, dia pindah ke Amerika Serikat dan menetap disana sampai akhir hidupnya (1947). Dia adalah seorang professor dalam bidang psikologi kanak-kanak di Universitas Cornell selama dua tahun (1933-1935) sebelum dipanggil ke Universitas negeri Iowa sebagai profesor psikologi pada Badan Kesejahteraan Anak. Pada tahun 1945, Lewin menerima pengangkatan sebagai profesor dan direktur Pusat Penelitian untuk dinamika kelompok di Institut Teknologi Massachussetts. Pada waktu yang sama, ia menjadi direktur dari Commission of Community Interrelation of The Amerika Jewish Congress, yang aktif melakukan penelitian tentang masalah masalah kemasyarakatan. Ia meninggal secara mendadak karena serangan jantung di Newton Ville, Massachussetts, pada tanggal 9 Februari 1947 pada usia 56 tahun.

C.    RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini kami akan membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan Teori Kepribadian Kurt Lewin, antara lain:
1.      Bagaimana biografi Kurt Lewin?
2.      Bagaimana konsep utama Teori Kurt Lewin?
3.      Bagaimana Teori Kepribadian Kurt Lewin?
4.      Bagaimana Teori Kepribadian Kurt Lewin jika dilihat dari aspek Bimbingan dan Konseling?
5.      Bagaimana Teori Kepribadian Kurt Lewin jika dilihat dari aspek nilai-nilai Islam?

D.    TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui biografi Kurt Lewin.
2.      Mengetahui konsep umum Teori Kurt Lewin.
3.      Mengetahui Teori Kepribadian Kurt Lewin.
4.      Mengetahui Teori Kepribadian Kurt Lewin jika dilihat dari aspek Bimbingan dan Konseling.
5.      Mengetahui Teori Kepribadian Kurt Lewin jika dilihat dari aspek nilai-nilai Islam.
                                                                        BAB II              
TEORI MEDAN KURT LEWIN

A.    KONSEP UTAMA TEORI KURT LEWIN
Memakai asumsi Gestalt, Lewin mendasarkan pengembangan teorinya berdasarkan tiga asumsi, sebagai berikut:
1.      Dasar pemahaman psikologi bukan elemen (gambaran rincian jiwa) tetapi saling hubungan, pola atau konfigurasi. Elemen digambarkan untuk memahami saling hubungannya, bukan wujud dan ukurannya.
2.      Beberapa saling hubungan menjadi dasar dari saling hubungan yang lain, sehingga dapat dideskripsikan kecenderungan kepribadian bergerak menuju kesatuan gestalt.
3.      Psikologi seharusnya dipahami dalam bentuk teori medan(field theory), dimana “field” adalah system pengaturan diri yang ditentukan oleh saling hubungan antar bagian-bagian dari unsur yang mendukung system itu.
Walaupun Lewin sangat tertarik dengan aspek matematis dari teorinya, sebagian ide-ide pokok teorinya dapat dikomunikasikan dalam diagram yang lebih sederhana. Kalau diagram-diagram itu digambarkan dalam bentuk formula matematik, maka tidak dapat dihindari bentuk formula matematik yang rumit karena sifat jiwa yang sangat kompleks.
Bagi Lewin, teori medan bukan suatu sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori medan merupakan sekumpulan konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai “suatu metode untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk membangun konstruk-konstruk ilmiah”
Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
1.      Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi.
2.      Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan.
3.      Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis.
Konsep konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak , masa adolsen , keterbelakangan mental, masalah masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedan karakter nasional dan dinamika kelompok.

B.     TEORI KEPRIBADIAN KURT LEWIN
Lewin menggambarkan manusia sebagai  pribadi berada dalam lingkungan psikologis, dengan pola hubungan dasar tertentu. Pendekatan matematis yang dipakai  Lewin untuk menggambarkan ruang hidup disebut topologifokusnya adalah saling berhubungan antara segala sesuatu didalam jiwa manusia, hubungan antara bagian dengan bagian dan antara bagian dengan keseluruhan, lebih dari sekedar ukuran dan bentuk. Jadi dalam mempelajari diagram-diagram Lewin harus memperhatikan hubungan dan komunikasi antar daerah dan alih-alih bentuk dan ukuran yang dipakai untuk menggambarkan daerah-daerah itu.
Teori Lewin ini dapat dimengerti dalam rangka struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.
a.      Struktur Kepribadian
Lewin menggambarkan manusia sebagai pribadi berada dalam lingkungan psikologis, dengan pola hubungan dasar tertentu. Pendekatan matematis yang dipakai Lewin untuk menggambarkan ruang hidup disebut topologi. Fokusnya adalah saling hubungan antara segala sesuatu di dalam jiwa manusia, hubungan antara bagian dengan bagian dan antara bagian dengan diagram-diagram Lewin, harus diperhatikan saling hubungan dan komunikasi antar daerah alih-alih bentuk dan ukuran yang dipakai untuk menggambarkan daerah-daerah itu.
Kenyataan psikologi yang selalu dipegang Lewin yaitu bahwa pribadi itu selalu ada dalam lingkungannya, pribadi tidak dapat terlepas dari lingkungannya.
1.      Daerah Pribadi (Person Area)
Selaras dengan prinsip ilmu jiwa Gestalt, dimana cara menggambarkan pribadi
secarastructural yaitu dengan cara melukiskan pribadi itu sebagai keseluruhan yang terpisah dari hal-hal lainnya yang ada di dunia ini tetapi tetap menjadi bagian dari dunia.Lingkaran itu berada di dalam elips yang menggambarkan bahwa pribadi adalah bagian yang terpisah tetapi berada di dalam ruang hidup, menjadi bagian dari semua yang ada di dalam ruang hidup. Penggambaran ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Misalnya dengan kata, seperti yang terdapat pada berbagai teori dan kamus, dapat pula secara ruang (topologis).  Disini Lewin menggunakan penggambaran secara ruang (topologis). Alasan Lewin menggunakan cara ini ialah sebagai berikut:
·         Penggambaran secara ruang memungkinkan pendekatan secara matematis, sedangkan penggambaran secara kata-kata tidak.
·         Penggambaran dengan kata-kata banyak mengandung keraguan oleh karenanya banyak menimbulkan salah mengerti, sedangkan penggambaran secara ruang tidak.
Lewin menggambarkan pemisahan antara pribadi itu dengan yang lain-lainnya di dunia ini dengan membuat gambaran-gambaran tertutup.  (lihat gambar 1)



Gambar 1. Pribadi
Batas gambaran itu menggambarkan batas daripada kesatuan yang disebut pribadi. Semua yang terdapat didalamnya adalah P (Pribadi, person), sedangkan yang diluarnya adalah non-P (bukan Pribadi). Tentang bentuknya dapat bervariasi, bisa lingkaran, segitiga, segiempat, atau bentuk-bentuk lainnya. (Disini dipakai bentuk segiempat)
Daerah pribadi terdiri dari dua bagian besar, yaitu daerah persepsi-motoric dan daerah pribadi-dalam.
·         Daerah persepsi motoric (perception-motor area)
Menjadi daerah antara yang menghubungkan pribadi-dalam dengan lingkungan psikologis. Pribadi-dalam mempengaruhi tingkah laku melalui fungsi motoric, sebaliknya lingkungan psikologis  mempengaruhi pribadi-dalam melalui persepsi.
·         Daerah pribadi-dalam(inner-personal area)
Berisi aspek-aspek motivasional. Daerah ini dibatasi oleh daerah persepsi motoric sehingga tidak dapat berhubungan langsung dengan lingkungan psikologis. Aspek-aspek motivasional di dalam pribadi-dalam digambarkan dalam pecahan-pecahan daerah yang disebut dengan sel.
2.      Daerah Lingkungan Psikologis
Jika orang hanya mempersoalkan sifat-sifat pribadi, maka kita cukup menggambarkan P sebagai kesatuan yang tertutup. Tetapi apabila kita berbuat demikian, maka kita akan melupakan betapa pentingnya hubungan pribadi dengan sekitarnya, kita juga akan melepaskan pribadi dari dunianya. Maka langkah selanjutnya untuk menggambarkan kenyataan psikologis itu adalah dengan cara melukiskan gambaran-gambaran tertutup lagi yang lebih besar dan melingkupi gambaran P tadi.(lihat gambar 2)










Gambar 2. Pribadi dalam Lingkungan Psikologis
Dimana tempat P didalam elips tidaklah penting, boleh diletakkan dimana saja asal tidak bersinggungan dengan elips itu. Daerah didalam elips diluar P disebut Lingkungan Psikologis (Psychological Environment) dan diberi tanda Lp. Daerah didalam elips termasuk juga lingkaran (P) disebut Ruang Lingkup (life space, Lebensraum) dan diberi tanda Rh. Daerah luar elips menggambarkan segi non psikologis daripada dunia ini. Daerah ini dapat disebut dunia fisik, walaupun istilah ini tidak tepat. Sebab daerah ini tidak hanya menggambarkan fakta-fakta fisik.
Daerah di dalam elips tetapi diluar lingkaran adalah daerah lingkungan psikologis. Seperti daerah pribadi-dalam, daerah lingkungan-psikologisdibagi dalam pecahan-pecahan yang disebut dengan region.
·         Region: semua stimulus yang ditangkap oleh persepsi dan kemudian mempengaruhi atau menjadi bagian yang menyibukkan fungsi kognitif manusia, berarti stimulus itu mempunyai tempat tertentu yang disebut region dalam lingkungan psikologis seseorang. Satu stimulus atau seperangkat stimulus yang bermakna sebagai satu kesatuan menghuni satu region. Setiap saat region yang ada di lingkungan psikologis berubah-ubah jumlah dan jenisnya, tergantung kepada banyakya persepsi yang menggugah fungsi kognitifnya. Seperti pada sel, region pun saling berkomunikasi.
·         Bondaris: semua garis yang tertata pada diagram itu disebut bondaris, bisa merupakan batas antar sel, antar region atau antara daerah lingkungan psikologis dengan daerah persepsi-motorik dan antara daerah persepsi-motorik dengan daerah pribadi-dalam. Antara unsur-unsur struktur kepribadian yang dibatasi bondaris itu bisa saling berinteraksi (digambarkan dengan garis tipis) atau saling independen (garis tebal). Garis yang tipis menggambarkan sifat bondaris yang permeable, artinya garis itu bisa ditembus dan dua daerah yang dibatasi daerah itu bisa saling mempengaruhi. Garis yang tebal tidak bisa ditembus dan dua daerah yang dibatasi garis itu saling independen tidak saling mempengaruhi.
3.      Ruang Hidup
Ruang Hidup (medan psikologis/ keseluruhan situasi) adalah totalitas realitas psikologis yang berisikan semua fakta yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu pada suatu saat. Dengan kata lain, tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup: TI = f (Rh). Ruang hidup adalah hasil interaksi antara Pribadi (P) dan lingkungan psikologis (Lp). Oleh sebab itu dapat digambarkan TI = f (Rh) = f (P, Lp).
Ruang hidup mengandung semua kemungkinan fakta yang dapat menentukan tingkah laku individu. Ruang hidup meliputi segala sesuatu yang harus diketahui untuk memahami tingkah laku kongkret manusia individual dalam suatu lingkungan psikologis tertentu pada saat tertentu. Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup.
Fakta fakta non psikologis dapat dan sungguh sungguh mengubah fakta fakta psikologis. Fakta fakta dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan perubahan perubahan dalam dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang hidup dan dunia luar bersifat dapat ditembus (permeability), tetapi dunia fisik (luar) tidak dapat berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta harus ada dalam lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh pribadi.
Lingkungan Psikologis adalah lingkungan sebagaimana adanya bagi seseorang. Lingkungan Psikologis adalah bagian dari ruang hidup, karena sifat-sifatnya tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat lingkungan obyektif, tetapi juga oleh sifat-sifat pribadi.
Menurut Morton Deutch seorang ahli dalam teori medan, dalam penyelidikannya menyatakan bahwa Lewin menggunakan istilah pribadi (person) dalam tiga hal:
·         Untuk menunjukkan sifat-sifat individu (kebutuhan-kebutuhannya, keyakinan-keyakinannya, dsb) yang dalam interaksi antara sesamanya dan dengan lingkungan obyektif menimbulkan ruang hidup.
·         Untuk menunjukkan gejala yang sama dengan ruang hidup.
·         Untuk menunjukkan pribadi di dalam ruang hidupnya, atau seperti yang dikatakan orang “the behaving-self”. Lingkungan psikologis dan the behaving-self tergantung satu sama lain, berhubungan timbal-balik secara fungsional.
Istilah tingkah laku disini dipakai untuk menunjukkan setiap perubahan didalam ruang hidup yaitu perubahan dalam arti psikologis. Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku dalam lingkungan merupakan akibat gerakan pribadi. Seperti contohnya, ada seseorang yang berada didalam kapal yang sedang berlayar namun dia dalam keadaan tertidur, itu bukan merupakan tingkah laku.
4.      Lingkungan Non-Psikologis
Lingkungan ini luasnya tidak terhingga sehingga tidak mempunyai bondaris. Apa saja yang ada tidak menjadi stimulus bagi diri seseorang termasuk kedalam lingkungan non-psikologis, seperti: benda, obyek, fakta-fakta atau situasi social. Benda atau obyek secara fisik dekat individu tetapi bila tidak menyentuh fungsi psikologisnya maka benda itu secara psikologis tidak berada di daerah psikologis sehingga benda berada di daerah non-psikologis.

b.      Dinamika Kepribadian
Dalam pembahasan ini, Lewin mengemukakan konsepsi yang istilah-istilahnyadiambil dari ilmu pengetahuan alam. Pengertian-pengertian tersebut, diantaranya:
1.      Energy (energi)
Lewin berpendapat bahwa tiap gerak pasti menggunakan energy. Menurut Lewin,
manusia adalah system energy yang kompleks. Pribadi dipandangnya sebagai system energy. Energy yang menyebabkan kerja psikologis disebut energy psikis. Energy muncul dari perbedaan tegangan antar sel atau antar region. Meningkatnya tegangan di salah satu sel akan menimbulkan ketidakseimbangan, dan usaha system pribadi-dalam untuk menyeimbangkan kembali tegangan antar sel yang akan menimbulkan energy psikis. Ketika system kembali seimbang, keluaran energy berhenti dan system menjadi istirahat. Ketidakseimbangan akibat peningkatan tegangan juga bisa terjadi antar region di system lingkungan psikologis.
2.      Tension (tegangan)
Tegangan adalah keadaan pribadi, keadaan relative daerah dalam pribadi yang
satu terhadap daerah yang lain. Dalam hal ini Lewin menyebut daerah itu sebagai system.
Tegangan mempunyai dua sifat, yaitu:
a.       Tegangan cenderung menjadi seimbang jika system a berada dalam keadaan tegangan tinggi dan system b, c, d dalam keadaan rendah.
b.      Tegangan akan cenderung bergerak dari a ke b-c-d, sampai keempat system itu berada dalam tegangan yang sama.
3.      Need (kebutuhan)
Kebutuhan adalah keadaan pribadi yang menyebabkan meningkatnya tegangan.
Hal tersebut dapat berupa:
a.       Keadaan fisiologis, seperti haus, lapar, dsb.
b.      Keinginan akan sesuatu, seperti baju, mobil, rumah dsb.
c.       Keinginan mengerjakan sesuatu, seperti bermain, belajar, dsb.
Tegangan di satu sel meningkat karena munculnya kebutuhan. Misalnya kondisi fisiologis seperti lapar, haus, seks, bisa juga keinginan untuk bekerja menghasilkan uang, atau kemauan untuk mengerjakan sesuatu seperti menyelesaikan tugas. Menurut Lewin, kebutuhan yang bersifat spesifik jumlahnya tak terhingga, sebanyak keinginan spesifik manusia. Lewin tidak berusaha untuk mendaftar semua kebutuhan, dan tidak mereduksi semua kebutuhan menjadi satu atau beberapa kebutuhan umum. Dalam sistemnya, hanya kebutuhan yang muncul pada saat ini yang akan menghasilkan dampak terhadap situasi. Misalnya, setiap orang dapat merasakan lapar, tetapi jika kebutuhan makanan itu mengganggu keseimbangan orang, maka kebutuhan itu perlu diperhitungkan. Kebutuhan bisa sangat spesifik karena dihubungkan dengan objek tertentu akibat pengaruh interaksi social dan budaya. Kebutuhan semacam itu disebut kebutuhan semu (quasy need). Lapar sebagai kebutuhan spesifik, akan menjadi kebutuhan semu jika dalam bentuk kebutuhan makan nasi.
4.      Tindakan (action)
Menurut Lewin, tegangan yang terkumpul dalam system pribadi-dalam akan
menekan bondaris dan kemudian energinya menerobos ke daerah persepsi-motorik, tidak langsung menghasilkan gerakan. Dibutuhkan dua konsepsi, yakni valensi dan vector untuk menghubungkan motivasi di pribadi-dalam dengan tindakan yang bertujuan di daerah lingkungan psikologis.
5.      Valance (valensi)
Valensi adalah pengertian yang digunakan oleh Lewin untuk menggambarkan
sifat lingkungan psikologis, yaitu regiondari nilai lingkungan psikologis bagi pribadi.Valensi hanya memberikan arah gerakan pribadi untuk bergerak dalam lingkungan psikologis. Region dari valensi positif berisi obyek tujuan yang dapat mengurangi tegangan pribadi. Misalnya, bagi orang yang lapar region yang berisi makanan mempunyai valensi positif. Sebaliknya, orang yang takut dengan anjing region yang berisi anjing mempunyai valensi negative, karena region itu justru akan meningkatkan tegangan (rasa takut) pribadi. Pada dasarnya, besarnya valensi ditentukan oleh kebutuhan nilai makanan pada tingkat kelaparan seseorang. Selain itu factor lain seperti pengalaman dan budaya juga dapat mempengaruhi valensi. Misalnya pada orang yang kelaparan, makanan tertentu mungkin mempunyai valensi negative jika makanan itu tidak disukainya.
6.      Force atau vector
Force merupakan hal yang mendorong pribadi untuk bergerak dalam lingkungan psikologis. Suatu gerakan terjadi apabila ada kekuatan yang cukup besar untuk mendorong pribadi. Kekuatan berkoordinasi dengan kebutuhan. Kekuatan mempunyai tiga sifat yang digambarkan dengan vektor, yaitu
a.       Arahnya, digambarkan dengan arahnya vector.
b.      Besarnya, digambarkan dengan panjang pendeknya vector.
c.       Titik tangkapnya, digambarkan dengan tempat anak panah vector.
Arah dan kekuatan vector adalah fungsi dari valensi positif dan negative  dari satu atau lebih region dalam lingkungan psikologis. Jadi kalau satu region mempunyai valensi positif (berisi makanan yang diinginkan) maka vector yang mengarahkan ke region itu mengenai lingkaran pribadi. Kalau region yang kedua valensinya negative (berisi anjing yang menakutkan) maka vector lain yang mengenai lingkaran pribadi  mendorong menjauhi region anjing. Jika beberapa vector positif mengenai dia, missal orang yang harus menghadiri pertemuan penting dan tidak punya waktu untuk makan siang, hasil gerakannya merupakan jumlah dari semua vector. Situasi itu sering melibatkan konflik.
7.      Locomotion (gerakan)
Lokomosi bisa berupa gerak fisik atau perubahan focus perhatian. Cara menggambarkan gerakan dengan menggunakan contoh konkrit sebagai ilustrasi. Misalnya ada seorang anak melewati sebuah toko dan melihat boneka panda yang sangat besar dan bagus di etalase, dan ia pun ingin memilikinya.jadi melihat boneka menimbulkan kebutuhan akan boneka.
o   Kemungkinan pertama, anakakan masuk toko untuk membeli boneka tersebut. Maka dapat digambarkan:---> P ---  --> + boneka
o   Kemungkinan kedua, anak tidak mempunyai uang. Maka situasi akan menjadi lain, batas antara anak dan boneka merupakan rintangan yang tak tertembus. Anak itu hanya akan mendekati kaca etalase dan memandang boneka itu dengan penuh keinginan. Situasi yang dapat digambarkan:-----> (P) -----> + boneka
8.      Event
Lewin menggambarkan dinamika jiwa dalam bentuk gerakan atau aksi di daerah ruang hidup, dalam bentuk peristiwa atau event. Telah dijelaskan di depan, bahwa peristiwa (event) adalah hasil interaksi antara dua atau Iebih fakta balk di daerah pribadi maupun di daerah lingkungan. Komunikasi (hubungan antar sel atau region) dan lokomosi (gerak pribadi) adalah peristiwa, karena keduanya melibatkan dua fakta atau lebih. Ada tiga prinsip yang menjadi prasyarat terjadinya suatu peristiwa; keterhubungan (related¬ness), kenyataan (concretness), kekinian (contemporary), sebagai berikut:
a)      Keterhubungan: Dua atau lebih fakta berinteraksi, kalau antar fakta itu terdapat hubungan-hubungan tertentu, mulai dari hubungan sebab akibat yang jelas, sampai hubungan persamaan atau perbedaan yang secara rasional tidak penting.
b)      Kenyataan: Fakta harus nyata-nyata ada dalam ruang hidup. Fakta potensial atau peluang yang tidak sedang eksis tidak dapat mempengaruhi event masa kini. Fakta di luar lingkungan psikologis tidak berpengaruh, kecuali mereka masuk ke ruang hidup.
c)      Kekinian: Fakta harus kontemporer. Hanya fakta masa kini yang menghasilkan tingkahlaku masa kini. Fakta yang sudah tidak eksis tidak dapat menciptakan event masa kini. Fakta peristiwa nyata di masa lalu atau peristiwa potensial masa mendatang tidak dapat menentukan tingkahlaku saat ini, tetapi sikap, perasaan, dan fikiran mengenai masa Ialu dan masa mendatang adalah bagian dari ruang hidup sekarang dar mungkin dapat mempengaruhi tingkahlaku. Jadi, ruang hidup sekarang harus mewakili isi psikologi masa lalu, sekarang, dan masa mendatang.
9.      Konflik
Konflik terjadi di daerah lingkungan psikologis. Lewin mendefinisikar konflik sebagai situasi di mana seseorang menerima kekuatan-kekuatan yang sama besar tetapi arahnya berlawanan. Vektor-vektor yang mengenai pribadi, mendorong pribadi ke arah tetentu dengan kekuatan tertentu. Kombinasi dari arah dan kekuatan itu disebut jumlah kekuatan (resultant force), yang menjadi kecenderungan lokomosi pribadi (lokomosi psikologikal atau fisikal). Ada beberapa jenis kekuatan, yang bertindak seperti vektor:
a)      Kekuatan pendorong (driving force): menggerakkan, memicu terjadinya lokomosi ke arah yang ditunjuk oleh kekuatan itu.
b)      Kekuatan penghambat (restraining force): halangan fisik atau sosia menahan terjadinya lokomosi, mempengaruhi dampak dari kekuatan pendorong
c)      Kekuatan kebutuhan pribadi (forces corresponding to a persons needs): menggambarkan keinginan pribadi untuk mengerjakan sesuatu.
d)      Kekuatan pengaruh (induced force): menggambarkan keinginan dari orang lain (misalnya orang tua atau teman) yang masuk menjadi region lingkungan psikologis.
e)      Kekuatan non manusia (impersonal force): bukan keinginan pribadi tetapi juga bukan keinginan orang lain. Ini adalah kekuatan atau tuntutan dan fakta atau objek.
10.  Tingkat Realita
Konsep realita menurut Lewin adalah realita berisi lokomosi aktual,dan tak-tak realita berisi lokomosi imajinasi. Realita dan tak realita adalah suatu kontinum dari ekstrim realita sampai ekstrim tak realita. Lokomosi mempunyai tingkat realita dan tak realita berbeda-beda. Misalnya orang yang ingin menerima tawaran bekerja di tempat lain yang lebih prospektif (realistis), di tempat yang baru dia mengharapkan dapat mempunyai teman baru yang lebih bersahabat disbanding dengan teman-teman sebelumnya (krang realistis), dia juga melamun mengenai menjadi presiden direktur di tempat baru (tidak realistis). Setiap aktivitas mempunyai tingkat realita yang berbeda-beda.
Konsep realita dan tingkat realita juga diterapkan pada daerah pribadi seperti daerah lingkungan psikologis. Misalnya sel di pribadi-dalam mungkin mempengaruhi motoric atau mungkin hanya melakukan hal itu dalam imajinasi. Sel yang berisi dorongan agresi jika tingkat realitanya rendah akan muncul dalam bentuk imajinasi yang tidak realistis.


11.  Menstuktur Lingkungan
Lingkungan psikologi adalah konsep yang sangat mudah berubah. Dinamika dari lingkungan dapat berubah dengan 3 cara yakni:
a)      Perubahan valensi : Region bisa berubah secara kuantitatif-valensinya semakin positif atau semakin negatif,atau berubah secara kualitatif dari positif menjadi negatif atau sebaliknya region baru bisa muncul dan region lama bisa hilang.
b)      Perubahan vektor : Vektor mungkin dapat berubah dalam kekuatan dan arahnya.
c)      Perubahan Bondaris : Bondaris mungkin menjadi semakin permeabel atau semakin tidak permeabel,mungkin muncul sebagai bondaris atau tidak muncul sebagai bondaris.
12.  Mempertahankan Keseimbangan
Dalam sistem reduksi tegangan,tujuan dari proses psikologis adalah mempertahankan pribadi dalam keadaan seimbang. Yang paling umum dan paling efektif untuk mengembalikan keseimbangan adalah melalui lokomosi dalam lingkungan psikologis,memindah pribadi ke region tempat objek yang bervalensi positif(yang memberi kepuasan). Tapi kalau region yang diinginkan mempunyai bondaris yang tak permeabel tegangan terkadang dapat dikurangi(dan keseimbangan dapat diperoleh)dengan melakukan lokomosi pengganti,pindah ke region yang dapat memberi kepuasan lain(yang bondarisnya permeabel) ternyata dapat menghilangkan tegangan dari system kebutuhan semula. Misalnya marah yang tidak dapat diekspresikan diganti dengan kepuasan menghabiskan energy fisik dengan bekerja keras. Akhirnya tegangan dapat dikurangi dengan melakukan lokomosi imajinatif.
Kecenderungan mencapai keseimbangan itu tidak berarti membuat diri seimbang sempurna,tetapi menyeimbangkan semua tegangan dalam daerah pribadi-dalam. Lewin menjelaskan bahwa dalam sistem yang kompleks menjadi seimbang bukan berarti hilangnya tegangan,tetapi mempeoleh keseimbangan dari tegangan internal. Tujuan utama dari perkembangan psikologis adalah menciptakan semacam struktur internal yang menjamin keseimbangan psikologis bukan membuat bebas tegangan.
ü  Perubahan struktur
Dinamika kepribadian juga nampak pada perubahan struktur lingkungan psikologis. Perubahan tersebut dapat berlangsung dalam berbagai cara, diantaranya:
1.      Nilai daerah-daerah berubah, hal ini dapat:
a)      Secara kuantitatif dari positif sedikit ke positif banyak, atau dari negative banyak ke negative sedikit.
b)      Secara kualitatif, dari negative menjadi positif atau sebaliknya.
2.      Vector berubah:
a)      Berubah dalam arahnya
b)      Berubah dalam kekuatannya
c)      Berubah dalam arah dan kekuatannya
Lewin berpendapata bahwa inti belajar dan pemecahan suatu asalah itu terletak didalam perubahan struktur itu.
ü  Tujuan proses psikologis
Dalam hal ini Lewin menganggap bahwa tujuan semua proses psikologis itu
adalah kembali ke keseimbangan jiwa, yaitu keadaan tanpa tegangan.

c.       Perkembangan Kepribadian
Hakikat perkembangan menurut Lewin adalah perubahan-perubahan tingkah laku
1.      Perkembangan berarti perubahan didalam variasi tingkah laku.
Semakin bertambah umur seseorang, maka variasi kegiatan, keinginan, perasaan, kebutuhan, hubungan sosialnya pun akan terus bertambah.
2.      Perkembangan berarti perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku.
Semakin bertambah umur seseorang juga akan menimbulkan perubahan organisasi dan struktur tingkah laku menjadi lebih kompleks.
(a)   Struktur relasi bertambah.
Apabila umur anak bertambah maka pada suatu saat ia akan dapat sekaligus berhubungan dengan beberapa orang anak. Misalnya dalam hal bermain.
(b)   Hirarki bertambah kompleks
Apabila umur anak bertambah maka ia dapat mempunyai tujuan diluar perbuatan yang dilakukan. Semakin dewasa mereka memakai permainan sebagai instrument untuk memacu diri berguna mencapai tujuan.
(c)   Struktur tingkah laku menjadi lebih kompleks
Anak kecil pada suatu saat hanya dapat mengerjakan sesuatu perbuatan tertentu. Apabila ia mengalami interupsi pada umumnya tidak akan kembali kepada apa yang dikerjakan semula. Anak yang lebih dewasadapat sekaligus mengerjakan beberapa hal, mengalami interupsi dan kembali kepada yang dikerjakan semula/
3.      Perkembangan berarti bertambah luasnya arena aktivitas.
Semakin bertambah dewasa seseorang maka arena aktivitasnya semakin luas. Anak kecil masih terikat pada masa kini, namun anak yang sudah lebih dewasa dapat memikirkan masa lampau dan merencanakan masa depan sambil memikirkan hal yang dihadapi pada masa kini.
4.      Perkembangan berarti perubahan dalam taraf realitas.
Semakin bertambah dewasa seseorang maka dimensi realitas-irrealitasnya pun ikut berubah. Biasanya bertambah dewasa seseorang maka orientasinya akan semakin realistis dapat membedakan yang nyata dan yang khayal.
5.      Perkembangan berarti semakin terdiferensiasinyatingkah laku.
Semakin bertambah dewasa seseorang maka tingkah lakunya akan semakin terdiferensiasi. Integrasi dan koordinasi antara bagian-bagian menjadi lebih baik.
6.      Perkembangan berarti diferensiasi dan stratifikasi.
Semakin bertambah umur orang maka akan semakin bertambah pula daerah-daerah didalam pribadinya dan didalam lingkungan psikologisnya (proses ini yang disebut diferensiasi). Diferensiasi juga terjadi dalam dimensi waktu dan dimensi realitas-irrealitas, kecakapan membedakan bermacam-macam kemungkinan (proses ini yang disebut stratifikasi). Semakin besar diferensiasi ruang hidup berarti bertambah pula jumlah batas-batas antara daerah-daerah dalam ruang hidup. Batas-batas itu tidak sama kuatnya. Secara umum, batas-batas pada anak-anak lebih lembek daripada orang dewasa. Ini berarti anak akan lebih mudah dipengaruhi daripada orang dewasa.







BAB III
PEMBAHASAN

A.    Kepribadian dalam SudutPandang BK
Dalam Bimbingan dan Konseling kita akan mempelajari mengenai kepribadian manusia melalui mata kuliah Psikologi Kepribadian. Psikologi Kepribadian adalah ilmu yang mempelajari tentang psikis individu yang akan mempengaruhi kepribadiannya. Kepribadian yang dimaksud disini adalah tingkah laku, perilaku, dan kebiasaan individu.
Dunia kepribadian dari Kurt Lewin menjelaskan tentang struktur-struktur kepribadian dari manusia. Baik buruknya pribadi manusia berkaitan dengan keadaan psikis mereka. Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan yaitu untuk menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Dengan Teori Kurt Lewin, individu akan mampu menemukan pribadinya melalui proses konseling.

B.     Kepribadian dalam Sudut Pandang Nilai Islami
            Dalam Psikologi Islam, kepribadian adalah integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku. Struktur kepribadian dalam Islam sebagai aspek atau elemen-elemen yang terdapat dalam diri manusia yang karenanya kepribadian terbentuk. Struktur kepribadian dalam Islam bersumber pada Al Qur’an. Ada tiga aspek dalam Al Qur’an yaitu jasmaniyah (fisik,biologis), nasfiyah (psikis,psikologis), dan ruhaniyah (spiritual, transcendental).
            Jasad (jisim) adalah substansi manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna disbanding dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain. Setiap makhluk biotik-lahiriyah memiliki unsur unsur material yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah, api, air, dan udara. Keempat unsur diatas merupakan materi yang abiotic (mati). Ia akan hidup jika diberi energy kehidupan yang bersifat fisik (thaqah al-jismiyah). Energy kehidupan ini lazimnya disebut dengan nyawa, karena dengan adanya nyawa manusia dapat hidup. Ibnu Maskawaih Abu al-Hasan al-Asy’ary menyebut energy tersebut dengan al-hayah (daya hidup), sedangkan al-Ghazali menyebutnya dengan al-ruh jasmaniyah (ruh material). Dengan daya ini, jasad manusia dapat bernafas, merasakan sakit, panas-dingin, pahit-manis, haus-lapar, seks dan sebagainya. Al-hayatberbeda dengan ar-ruh, sebab ia ada sejak adanya sel kelamin, sedang ar-ruh menyatu dalam tubuh manusia setelah embrio berusia empat bulan dalam kandungan. Ruh bersifat substansi yang hanya dimiliki manusia, sedang nyawa merupakan sesuatu yang baru. Ruh merupakan substansi psikis manusia yang menjadi esensi kehidupannya.Ruh yang menjadi pembeda antara esensi manusia dengan esensi makhluk lain. Ruh adalah aspek psikis manusia yang bersifat spiritual dan transcendental. Yang dimaksud dengan transcendental tersebut adalah sesuatu yang dirasa amat jauh dan melampaui pemahaman manusia karena berhubungan dengan Tuhan.
Dalam pandangan islam, kepribadian merupakan interaksi dari nafs, qalbu, akal dan bashirah, interaksi antara jiwa, hati, dan akal. Kualitas kepribadian muslim setiap muslim sudah pasti berbeda-beda. Kualitas kepribadiannya tidak mesti, terkadang kuat, utuh dan prima, tetapi juga bisa terdistorsi oleh pengaruh luar keyakinan agamanya.
Konseling agama adalah untuk menghidupkan getaran batin iman dari orang yang sedang terganggu kejiwaannya hingga kepribadiannya tidak utuh agar dengan getaran batin iman itusistem nafsainnya bekerja kembali membentuk sinergi yang melahirkan perilaku positif.





BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kurt Lewin dilahirkan di Prusia pada tanggal 9 September 1890. Lewin menyelesaikan sekolah menengahnya di Berlin tahun 1905.Kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas Freinberg, Munich, Berlin, untuk belajar biologi dan mendapat gelar doctor di Universitas Berlin pada tahun 1914. Setelah meraih gelar doktornya pada tahun 1914, Lewin bertugas di ketentaraan Jerman selama empat tahun. Pada akhir Perang Dunia I, dia kembali ke Berlin bekerja sebagai instruktur dan asisten research pada “Lembaga Psikologi”, bekerja sama dengan Wertheimer dan Kohler. Pada tahun 1926 diangkat menjadi guru besar dalam ilmu filsafat dan psikologi. Ia meninggal secara mendadak karena serangan jantung di Newton Ville, Massachussetts, pada tanggal 9 Februari 1947 pada usia 56 tahun.Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu : tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi, analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan, dan orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis.
Struktur kepribadian menurut Lewin yaitu daerah pribadi, daerah lingkungan psikologis, ruang hidup, dan daerah lingkungan non-psikologis. Dinamika kepribadian dari Kurt Lewin yakni: energy, tegangan, kebutuhan, tindakan, valensi, vector, lokomodasi, event, konflik, tingkat realita, menstruktur lingkungan, dan mempertahankan keseimbangan.

B.     SARAN
Dengan demikian makalah tentang Dunia Kepribadian dari Kurt Lewin ini yang dapat kami uraikan. Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan wacana, ilmu, dan pengetahuan bagi kita semua. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam rangka penyempurnaan  untuk pembuatan makalah selanjutnya.







REFERENSI


Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Gibson, R.L., & Mitchell, M.H. (2010). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, hal 458-468

Hall, C.S., & Gardner Lindzey. (1993). Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Jakarta:
Kanisius

Hill, W.F. (2010). Theories of Learning. Bandung: Nusa Media, hal 147-156

Mujib, A., & Jusuf Mudzakir. (2001). Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, hal 37-67

Sarwono Sarlito, W. (2009).Pengantar Psikologi Umum.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, hal 210

Sujanto, A., Halem, L., & Taufik, H. (2006). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Bumi
Aksara, hal 79-89

Suryabrata Sumadi. (2003). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindon Persada,
hal 227-224

Syamsu Yusuf, C.N., & Juntika, N. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hal 207-235

Walgito Bimo. (2010). Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Jakarta: CV Andi
Offset



1 komentar: