KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kami
dari Kelompok VII dapat
menyelesaikan makalah ini denagn sebaik-baiknya, sebagai salah satu tugas untuk
mengikuti Proses Perkuliahan Psikologi Kepribadian. Tujuan penyusunan makalah
ini adalah untuk mengetahui tentang Biografi Kurt Lewindan kepribadian manusia
menurut teori Kurt Lewin.
Dengan memahami teori ini diharapkan kita dapat berperilaku yang baik dan benar
sesuai dengan teori ini.
Penyusunan makalah ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu diucapkan terimakasih
kepada:
1. Sugiyadi,
M.Pd, Kons, dan Nofi Nuryuhenita, S.Pd, M.Psi sebagai dosen pengampu yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat mengkaji secara mandiri tentang teori
kepribadian Abraham Maslow,
2. Sesama anggota kelompok yang
telah bersama-sama mencari dan mengkaji materi sehingga tersusun makalah ini,
dan
3. Semua
pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan
makalah ini.
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk mengkaji kepribadian manusia sehingga kita menjadi orang yang
berkepribadian baik dan benar terhadap sesama manusia. Saran dan masukan untuk
perbaikan makalah ini kami terima dengan senang hati dan sukses untuk kita
semua.
Magelang, Februari 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
ISI HALAMAN
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………….…………..
KATA PENGANTAR……………………………………….………………………...ii
DAFTAR ISI...…………....……………………………….…………………….........iii
BAB
I PENDAHULUAN…………………………………….……….1
A. Latar Belakang……………………………………………..1
B. Biografi Kurt
Lewin………………….……………….……1
C. Rumusan Masalah…………………...…………………….2
D. Tujuan……………………………………………….……..2
BAB
II DUNIA KEPRIBADIAN KURT LEWIN.……………….……3
A. Konsep Utama Teori
Kurt Lewin…….……………………3
B. Teori Kepribadian
Kurt Lewin…………….………………3
a. Struktur
Kepribadian………………….……………….4
b. Dinamika
Kepribadian………………………………...7
c. Perkembangan
Kepribadian…………………….……12
BAB
III PEMBAHASAN……………………………….……………..14
A. Kepribadian dilihat dari Sudut Pandang BK.……………..14
B. Kepribadian
dilihat dari Sudut Pandang Nilai Islami..…....14
BAB
IV PENUTUP…………………………………………….…....…16
A. Kesimpulan…………………………………………….…16
B. Saran……………………………………………………....16
Referensi…….……………………………………………………….….........……....17
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
“personality’. Personality secara etimologis berasal dari bahasa Latin
“persona” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno
untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi. Sedangkan yang
dimaksud dengan personare adalah
bahwa pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar
untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tetentu. Misalnya seorang
pemurung, pendiam, periang, paramah,
pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu
sendiri, tetapi gambaran pribadi dan tipe manusia tertentu dengan melalui kedok
yang dipakainya. Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan
manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-belah dalam fungsi-fungsinya.
Teori medan merupakan (life space) merupakan sekumpulan konsep dimana seseorang dapat
menggambarkan kenyataan psikologis yang dapat diterapkan dalam semua bentuk
tingkah laku dan sekaligus cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu
dalam suatu situasi konkret.Dalam Psikologi
Kepribadian terdapat beberapa teori dari para ahli. Untuk pembahasan kali ini
akan membahas tentang Dunia Kepribadian dari Kurt Lewin. Kurt Lewin memiliki
teorinya sendiri tentang kepribadian yang disebut sebagai teori Medan. Teori
Lewin ini dapat dimengerti dalam rangka struktur,dinamika, dan perkembangan
kepribadian. Teori Lewin memiliki keterkaitan dengan Bimbingan dan Konseling
pada umumnya. Dengan adanya teori Lewin tersebut, dapat dipahami tentang dunia
pribadi dalam kehidupan ini.
B.
BIOGRAFI KURT LEWIN
Kurt Lewin merupakan Bapak Psikologi Sosial karena
sebuah karya dan pemikiran-pemikirannya yang memiliki dampak yang mendalam
terhadap psikologi social terutama dalam masalah dinamika kelompok dan
penelitian tindakan. Namun demikian, buah karya dan pemikirannya tersebut juga
sangat relevan bagi para pendidik dalam dunia pendidikan.
Beliau
dilahirkan di Prusia pada tanggal 9 September 1890. Ia adalah anak kedua dari empat
bersaudara. Dia dibesarkan dalam keluarga Yahudi kelas menengah. Ayahnya
memiliki sebuah took kelontong kecil dan pertanian. Mereka pindah ke Berlin
ketika ia berusia 15 tahun dan dia terdaftar di Gymnasium. Lewin menyelesaikan
sekolah menengahnya di Berlin tahun 1905.Kemudian ia melanjutkan studinya
di Universitas Freinberg, Munich, Berlin, untuk belajar biologi dan mendapat
gelar doctor di Universitas Berlin pada tahun 1914. Saat menjadi mahasiswa, ia
mulai banyak terlibat dalam pergerakan kaum sosialis. Perhatiannya terhadap
masalah-masalah pergerakan social muncul dan mendorongnya untuk berperan serta
dalam memerangi anti-Semitisme, menuntut demokratisasi bagi institusi Jerman,
dan perbaikan bagi hak-hak kaum perempuan. Bersama dengan rekan-rekan
mahasiswanya, ia mengorganisasikan diri untuk memberi pengajaran pada program
pendidikan orang dewasa yaitu kelaspara pekerja perempuan dan laki-laki. Setelah meraih gelar doktornya pada
tahun 1914, Lewin bertugas di ketentaraan Jerman selama empat tahun.
Pada akhir Perang Dunia I, dia kembali ke Berlin bekerja sebagai instruktur dan
asisten research pada “Lembaga Psikologi”, bekerja sama dengan Wertheimer dan
Kohler. Pada tahun 1926 diangkat menjadi guru besar dalam ilmu filsafat dan
psikologi. Pada tahun 1933 kekuasaan Hitler meningkat dan keadaan politik
semakin memburuk, dia pindah ke Amerika Serikat dan menetap disana sampai akhir
hidupnya (1947). Dia adalah seorang professor dalam bidang psikologi
kanak-kanak di Universitas Cornell selama dua tahun (1933-1935) sebelum
dipanggil ke Universitas negeri Iowa sebagai profesor psikologi pada Badan
Kesejahteraan Anak. Pada tahun 1945, Lewin menerima pengangkatan sebagai
profesor dan direktur Pusat Penelitian untuk dinamika kelompok di Institut
Teknologi Massachussetts. Pada waktu yang sama, ia menjadi direktur dari Commission
of Community Interrelation of The Amerika Jewish Congress, yang aktif
melakukan penelitian tentang masalah masalah kemasyarakatan. Ia meninggal
secara mendadak karena serangan jantung di Newton Ville, Massachussetts, pada
tanggal 9 Februari 1947 pada usia 56 tahun.
C.
RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini kami akan membahas
masalah-masalah yang berkaitan dengan Teori Kepribadian Kurt Lewin, antara
lain:
1.
Bagaimana biografi
Kurt Lewin?
2.
Bagaimana konsep
utama Teori Kurt Lewin?
3.
Bagaimana Teori
Kepribadian Kurt Lewin?
4.
Bagaimana Teori
Kepribadian Kurt Lewin jika dilihat dari aspek Bimbingan dan Konseling?
5.
Bagaimana Teori
Kepribadian Kurt Lewin jika dilihat dari aspek nilai-nilai Islam?
D.
TUJUAN
Tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
biografi Kurt Lewin.
2. Mengetahui
konsep umum Teori Kurt Lewin.
3. Mengetahui
Teori Kepribadian Kurt Lewin.
4. Mengetahui
Teori Kepribadian Kurt Lewin jika
dilihat dari aspek Bimbingan dan Konseling.
5. Mengetahui Teori Kepribadian Kurt Lewin jika dilihat
dari aspek nilai-nilai Islam.
BAB
II
TEORI
MEDAN KURT LEWIN
A.
KONSEP
UTAMA TEORI KURT LEWIN
Memakai asumsi Gestalt, Lewin mendasarkan pengembangan
teorinya berdasarkan tiga asumsi, sebagai berikut:
1. Dasar
pemahaman psikologi bukan elemen (gambaran rincian jiwa) tetapi saling
hubungan, pola atau konfigurasi. Elemen digambarkan untuk memahami saling hubungannya,
bukan wujud dan ukurannya.
2. Beberapa
saling hubungan menjadi dasar dari saling hubungan yang lain, sehingga dapat
dideskripsikan kecenderungan kepribadian bergerak menuju kesatuan gestalt.
3. Psikologi
seharusnya dipahami dalam bentuk teori medan(field
theory), dimana “field” adalah
system pengaturan diri yang ditentukan oleh saling hubungan antar bagian-bagian
dari unsur yang mendukung system itu.
Walaupun
Lewin sangat tertarik dengan aspek matematis dari teorinya, sebagian ide-ide
pokok teorinya dapat dikomunikasikan dalam diagram yang lebih sederhana. Kalau
diagram-diagram itu digambarkan dalam bentuk formula matematik, maka tidak
dapat dihindari bentuk formula matematik yang rumit karena sifat jiwa yang
sangat kompleks.
Bagi Lewin, teori medan bukan suatu
sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori medan
merupakan sekumpulan konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan
kenyataan psikologis. Konsep konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan
dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk
menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga
menggolongkan teori medan sebagai “suatu
metode untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk membangun
konstruk-konstruk ilmiah”
Ciri ciri
utama dari teori Lewin, yaitu :
1. Tingkah laku adalah suatu fungsi
dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi.
2. Analisis mulai dengan situasi
sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan.
3. Orang yang kongkret dalam situasi
yang kongkret dapat digambarkan secara matematis.
Konsep konsep teori medan telah
diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk
tingkah laku bayi dan anak anak , masa adolsen , keterbelakangan mental,
masalah masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedan karakter nasional dan
dinamika kelompok.
B.
TEORI
KEPRIBADIAN KURT LEWIN
Lewin
menggambarkan manusia sebagai pribadi
berada dalam lingkungan psikologis, dengan pola hubungan dasar tertentu.
Pendekatan matematis yang dipakai Lewin
untuk menggambarkan ruang hidup disebut topologifokusnya adalah saling
berhubungan antara segala sesuatu didalam jiwa manusia, hubungan antara bagian
dengan bagian dan antara bagian dengan keseluruhan, lebih dari sekedar ukuran
dan bentuk. Jadi dalam mempelajari diagram-diagram Lewin harus memperhatikan
hubungan dan komunikasi antar daerah dan alih-alih bentuk dan ukuran yang
dipakai untuk menggambarkan daerah-daerah itu.
Teori
Lewin ini dapat dimengerti dalam rangka struktur, dinamika dan perkembangan
kepribadian.
a.
Struktur
Kepribadian
Lewin menggambarkan manusia sebagai pribadi berada
dalam lingkungan psikologis, dengan pola hubungan dasar tertentu. Pendekatan
matematis yang dipakai Lewin untuk menggambarkan ruang hidup disebut topologi.
Fokusnya adalah saling hubungan antara segala sesuatu di dalam jiwa manusia,
hubungan antara bagian dengan bagian dan antara bagian dengan diagram-diagram
Lewin, harus diperhatikan saling hubungan dan komunikasi antar daerah alih-alih
bentuk dan ukuran yang dipakai untuk menggambarkan daerah-daerah itu.
Kenyataan psikologi yang selalu dipegang Lewin yaitu
bahwa pribadi itu selalu ada dalam lingkungannya, pribadi tidak dapat terlepas
dari lingkungannya.
1. Daerah
Pribadi (Person Area)
Selaras dengan
prinsip ilmu jiwa Gestalt, dimana cara menggambarkan pribadi
secarastructural
yaitu dengan cara melukiskan pribadi itu sebagai keseluruhan yang terpisah dari
hal-hal lainnya yang ada di dunia ini tetapi tetap menjadi bagian dari
dunia.Lingkaran itu berada di dalam elips yang menggambarkan bahwa pribadi
adalah bagian yang terpisah tetapi berada di dalam ruang hidup, menjadi bagian dari
semua yang ada di dalam ruang hidup. Penggambaran ini dapat dilakukan dengan
bermacam-macam cara. Misalnya dengan kata, seperti yang terdapat pada berbagai
teori dan kamus, dapat pula secara ruang (topologis). Disini Lewin menggunakan penggambaran secara
ruang (topologis). Alasan Lewin menggunakan cara ini ialah sebagai berikut:
·
Penggambaran secara ruang memungkinkan
pendekatan secara matematis, sedangkan penggambaran secara kata-kata tidak.
·
Penggambaran dengan kata-kata banyak
mengandung keraguan oleh karenanya banyak menimbulkan salah mengerti, sedangkan
penggambaran secara ruang tidak.
Lewin
menggambarkan pemisahan antara pribadi itu dengan yang lain-lainnya di dunia
ini dengan membuat gambaran-gambaran tertutup.
(lihat gambar 1)
Gambar
1. Pribadi
Batas gambaran itu menggambarkan batas daripada
kesatuan yang disebut pribadi. Semua yang terdapat didalamnya adalah P
(Pribadi, person), sedangkan yang diluarnya adalah non-P (bukan Pribadi).
Tentang bentuknya dapat bervariasi, bisa lingkaran, segitiga, segiempat, atau
bentuk-bentuk lainnya. (Disini dipakai bentuk segiempat)
Daerah pribadi terdiri dari dua bagian besar, yaitu
daerah persepsi-motoric dan daerah pribadi-dalam.
·
Daerah persepsi motoric (perception-motor area)
Menjadi daerah antara
yang menghubungkan pribadi-dalam dengan lingkungan psikologis. Pribadi-dalam
mempengaruhi tingkah laku melalui fungsi motoric, sebaliknya lingkungan
psikologis mempengaruhi pribadi-dalam
melalui persepsi.
·
Daerah pribadi-dalam(inner-personal area)
Berisi aspek-aspek
motivasional. Daerah ini dibatasi oleh daerah persepsi motoric sehingga tidak
dapat berhubungan langsung dengan lingkungan psikologis. Aspek-aspek
motivasional di dalam pribadi-dalam digambarkan dalam pecahan-pecahan daerah
yang disebut dengan sel.
2. Daerah
Lingkungan Psikologis
Jika orang hanya mempersoalkan sifat-sifat pribadi,
maka kita cukup menggambarkan P sebagai kesatuan yang tertutup. Tetapi apabila
kita berbuat demikian, maka kita akan melupakan betapa pentingnya hubungan pribadi
dengan sekitarnya, kita juga akan melepaskan pribadi dari dunianya. Maka
langkah selanjutnya untuk menggambarkan kenyataan psikologis itu adalah dengan
cara melukiskan gambaran-gambaran tertutup lagi yang lebih besar dan melingkupi
gambaran P tadi.(lihat gambar 2)
Gambar
2. Pribadi dalam Lingkungan Psikologis
Dimana
tempat P didalam elips tidaklah penting, boleh diletakkan dimana saja asal
tidak bersinggungan dengan elips itu. Daerah didalam elips diluar P disebut
Lingkungan Psikologis (Psychological
Environment) dan diberi tanda Lp. Daerah didalam elips termasuk juga
lingkaran (P) disebut Ruang Lingkup (life space, Lebensraum) dan diberi tanda
Rh. Daerah luar elips menggambarkan segi non psikologis daripada dunia ini.
Daerah ini dapat disebut dunia fisik, walaupun istilah ini tidak tepat. Sebab
daerah ini tidak hanya menggambarkan fakta-fakta fisik.
Daerah di dalam elips tetapi diluar lingkaran adalah
daerah lingkungan psikologis. Seperti daerah pribadi-dalam, daerah
lingkungan-psikologisdibagi dalam pecahan-pecahan yang disebut dengan region.
·
Region:
semua
stimulus yang ditangkap oleh persepsi dan kemudian mempengaruhi atau menjadi
bagian yang menyibukkan fungsi kognitif manusia, berarti stimulus itu mempunyai
tempat tertentu yang disebut region dalam lingkungan psikologis seseorang. Satu
stimulus atau seperangkat stimulus yang bermakna sebagai satu kesatuan menghuni
satu region. Setiap saat region yang ada di lingkungan psikologis berubah-ubah
jumlah dan jenisnya, tergantung kepada banyakya persepsi yang menggugah fungsi
kognitifnya. Seperti pada sel, region pun saling berkomunikasi.
·
Bondaris:
semua garis yang tertata pada diagram itu disebut bondaris, bisa merupakan
batas antar sel, antar region atau antara daerah lingkungan psikologis dengan
daerah persepsi-motorik dan antara daerah persepsi-motorik dengan daerah
pribadi-dalam. Antara unsur-unsur struktur kepribadian yang dibatasi bondaris
itu bisa saling berinteraksi (digambarkan dengan garis tipis) atau saling
independen (garis tebal). Garis yang tipis menggambarkan sifat bondaris yang
permeable, artinya garis itu bisa ditembus dan dua daerah yang dibatasi daerah
itu bisa saling mempengaruhi. Garis yang tebal tidak bisa ditembus dan dua
daerah yang dibatasi garis itu saling independen tidak saling mempengaruhi.
3. Ruang
Hidup
Ruang Hidup (medan psikologis/ keseluruhan situasi)
adalah totalitas realitas psikologis yang berisikan semua fakta yang dapat
mempengaruhi tingkah laku individu pada suatu saat. Dengan kata lain, tingkah
laku adalah fungsi dari ruang hidup: TI = f (Rh). Ruang hidup adalah hasil
interaksi antara Pribadi (P) dan lingkungan psikologis (Lp). Oleh sebab itu
dapat digambarkan TI = f (Rh) = f (P, Lp).
Ruang hidup mengandung semua
kemungkinan fakta yang dapat menentukan tingkah laku individu. Ruang hidup
meliputi segala sesuatu yang harus diketahui untuk memahami tingkah laku
kongkret manusia individual dalam suatu lingkungan psikologis tertentu pada
saat tertentu. Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup.
Fakta fakta
non psikologis dapat dan sungguh sungguh mengubah fakta fakta psikologis. Fakta
fakta dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan perubahan perubahan
dalam dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang hidup dan dunia luar
bersifat dapat ditembus (permeability), tetapi dunia fisik (luar) tidak dapat
berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta harus ada dalam
lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh pribadi.
Lingkungan Psikologis adalah lingkungan sebagaimana
adanya bagi seseorang. Lingkungan Psikologis adalah bagian dari ruang hidup,
karena sifat-sifatnya tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat lingkungan
obyektif, tetapi juga oleh sifat-sifat pribadi.
Menurut Morton Deutch seorang ahli dalam teori medan,
dalam penyelidikannya menyatakan bahwa Lewin menggunakan istilah pribadi
(person) dalam tiga hal:
·
Untuk menunjukkan sifat-sifat individu
(kebutuhan-kebutuhannya, keyakinan-keyakinannya, dsb) yang dalam interaksi
antara sesamanya dan dengan lingkungan obyektif menimbulkan ruang hidup.
·
Untuk menunjukkan gejala yang sama dengan
ruang hidup.
·
Untuk menunjukkan pribadi di dalam ruang
hidupnya, atau seperti yang dikatakan orang “the behaving-self”. Lingkungan
psikologis dan the behaving-self
tergantung satu sama lain, berhubungan timbal-balik secara fungsional.
Istilah
tingkah laku disini dipakai untuk menunjukkan setiap perubahan didalam ruang
hidup yaitu perubahan dalam arti psikologis. Tetapi tidak semua perubahan
tingkah laku dalam lingkungan merupakan akibat gerakan pribadi. Seperti
contohnya, ada seseorang yang berada didalam kapal yang sedang berlayar namun
dia dalam keadaan tertidur, itu bukan merupakan tingkah laku.
4. Lingkungan
Non-Psikologis
Lingkungan ini luasnya tidak terhingga sehingga tidak
mempunyai bondaris. Apa saja yang ada tidak menjadi stimulus bagi diri
seseorang termasuk kedalam lingkungan non-psikologis, seperti: benda, obyek,
fakta-fakta atau situasi social. Benda atau obyek secara fisik dekat individu
tetapi bila tidak menyentuh fungsi psikologisnya maka benda itu secara
psikologis tidak berada di daerah psikologis sehingga benda berada di daerah
non-psikologis.
b.
Dinamika
Kepribadian
Dalam pembahasan ini, Lewin mengemukakan konsepsi yang
istilah-istilahnyadiambil dari ilmu pengetahuan alam. Pengertian-pengertian
tersebut, diantaranya:
1. Energy
(energi)
Lewin berpendapat bahwa tiap gerak pasti menggunakan
energy. Menurut Lewin,
manusia
adalah system energy yang kompleks. Pribadi dipandangnya sebagai system energy.
Energy yang menyebabkan kerja psikologis disebut energy psikis. Energy muncul
dari perbedaan tegangan antar sel atau antar region. Meningkatnya tegangan di
salah satu sel akan menimbulkan ketidakseimbangan, dan usaha system
pribadi-dalam untuk menyeimbangkan kembali tegangan antar sel yang akan
menimbulkan energy psikis. Ketika system kembali seimbang, keluaran energy
berhenti dan system menjadi istirahat. Ketidakseimbangan akibat peningkatan
tegangan juga bisa terjadi antar region di system lingkungan psikologis.
2.
Tension (tegangan)
Tegangan adalah keadaan pribadi, keadaan relative
daerah dalam pribadi yang
satu terhadap daerah yang
lain. Dalam hal ini Lewin menyebut daerah itu sebagai system.
Tegangan mempunyai dua
sifat, yaitu:
a. Tegangan
cenderung menjadi seimbang jika system a berada dalam keadaan tegangan tinggi
dan system b, c, d dalam keadaan rendah.
b. Tegangan
akan cenderung bergerak dari a ke b-c-d, sampai keempat system itu berada dalam
tegangan yang sama.
3. Need
(kebutuhan)
Kebutuhan adalah keadaan
pribadi yang menyebabkan meningkatnya tegangan.
Hal tersebut dapat
berupa:
a. Keadaan
fisiologis, seperti haus, lapar, dsb.
b. Keinginan
akan sesuatu, seperti baju, mobil, rumah dsb.
c. Keinginan
mengerjakan sesuatu, seperti bermain, belajar, dsb.
Tegangan
di satu sel meningkat karena munculnya kebutuhan. Misalnya kondisi fisiologis
seperti lapar, haus, seks, bisa juga keinginan untuk bekerja menghasilkan uang,
atau kemauan untuk mengerjakan sesuatu seperti menyelesaikan tugas. Menurut
Lewin, kebutuhan yang bersifat spesifik jumlahnya tak terhingga, sebanyak
keinginan spesifik manusia. Lewin tidak berusaha untuk mendaftar semua
kebutuhan, dan tidak mereduksi semua kebutuhan menjadi satu atau beberapa
kebutuhan umum. Dalam sistemnya, hanya kebutuhan yang muncul pada saat ini yang
akan menghasilkan dampak terhadap situasi. Misalnya, setiap orang dapat
merasakan lapar, tetapi jika kebutuhan makanan itu mengganggu keseimbangan
orang, maka kebutuhan itu perlu diperhitungkan. Kebutuhan bisa sangat spesifik
karena dihubungkan dengan objek tertentu akibat pengaruh interaksi social dan
budaya. Kebutuhan semacam itu disebut kebutuhan semu (quasy need). Lapar sebagai kebutuhan spesifik, akan menjadi
kebutuhan semu jika dalam bentuk kebutuhan makan nasi.
4.
Tindakan (action)
Menurut Lewin, tegangan yang terkumpul dalam system
pribadi-dalam akan
menekan
bondaris dan kemudian energinya menerobos ke daerah persepsi-motorik, tidak
langsung menghasilkan gerakan. Dibutuhkan dua konsepsi, yakni valensi dan
vector untuk menghubungkan motivasi di pribadi-dalam dengan tindakan yang
bertujuan di daerah lingkungan psikologis.
5.
Valance (valensi)
Valensi adalah pengertian yang digunakan oleh Lewin
untuk menggambarkan
sifat
lingkungan psikologis, yaitu regiondari nilai lingkungan psikologis bagi
pribadi.Valensi hanya memberikan arah gerakan pribadi untuk bergerak dalam
lingkungan psikologis. Region dari valensi positif berisi obyek tujuan yang
dapat mengurangi tegangan pribadi. Misalnya, bagi orang yang lapar region yang
berisi makanan mempunyai valensi positif. Sebaliknya, orang yang takut dengan
anjing region yang berisi anjing mempunyai valensi negative, karena region itu
justru akan meningkatkan tegangan (rasa takut) pribadi. Pada dasarnya, besarnya
valensi ditentukan oleh kebutuhan nilai makanan pada tingkat kelaparan
seseorang. Selain itu factor lain seperti pengalaman dan budaya juga dapat mempengaruhi
valensi. Misalnya pada orang yang kelaparan, makanan tertentu mungkin mempunyai
valensi negative jika makanan itu tidak disukainya.
6.
Force atau vector
Force merupakan hal yang mendorong pribadi untuk
bergerak dalam lingkungan psikologis. Suatu gerakan terjadi apabila ada
kekuatan yang cukup besar untuk mendorong pribadi. Kekuatan berkoordinasi
dengan kebutuhan. Kekuatan mempunyai tiga sifat yang digambarkan dengan vektor,
yaitu
a. Arahnya,
digambarkan dengan arahnya vector.
b. Besarnya,
digambarkan dengan panjang pendeknya vector.
c. Titik
tangkapnya, digambarkan dengan tempat anak panah vector.
Arah
dan kekuatan vector adalah fungsi dari valensi positif dan negative dari satu atau lebih region dalam lingkungan
psikologis. Jadi kalau satu region mempunyai valensi positif (berisi makanan
yang diinginkan) maka vector yang mengarahkan ke region itu mengenai lingkaran
pribadi. Kalau region yang kedua valensinya negative (berisi anjing yang
menakutkan) maka vector lain yang mengenai lingkaran pribadi mendorong menjauhi region anjing. Jika
beberapa vector positif mengenai dia, missal orang yang harus menghadiri
pertemuan penting dan tidak punya waktu untuk makan siang, hasil gerakannya
merupakan jumlah dari semua vector. Situasi itu sering melibatkan konflik.
7. Locomotion
(gerakan)
Lokomosi bisa berupa gerak fisik atau perubahan focus
perhatian. Cara menggambarkan gerakan dengan menggunakan contoh konkrit sebagai
ilustrasi. Misalnya ada seorang anak melewati sebuah toko dan melihat boneka
panda yang sangat besar dan bagus di etalase, dan ia pun ingin memilikinya.jadi
melihat boneka menimbulkan kebutuhan akan boneka.
o
Kemungkinan pertama, anakakan masuk toko
untuk membeli boneka tersebut. Maka dapat digambarkan:---> P --- --> + boneka
o
Kemungkinan kedua, anak tidak mempunyai
uang. Maka situasi akan menjadi lain, batas antara anak dan boneka merupakan
rintangan yang tak tertembus. Anak itu hanya akan mendekati kaca etalase dan
memandang boneka itu dengan penuh keinginan. Situasi yang dapat digambarkan:----->
(P) -----> + boneka
8. Event
Lewin
menggambarkan dinamika jiwa dalam bentuk gerakan atau aksi di daerah ruang
hidup, dalam bentuk peristiwa atau event. Telah dijelaskan di depan, bahwa
peristiwa (event) adalah hasil interaksi antara dua atau Iebih fakta balk di
daerah pribadi maupun di daerah lingkungan. Komunikasi (hubungan antar sel atau
region) dan lokomosi (gerak pribadi) adalah peristiwa, karena keduanya
melibatkan dua fakta atau lebih. Ada tiga prinsip yang menjadi prasyarat
terjadinya suatu peristiwa; keterhubungan (related¬ness), kenyataan (concretness),
kekinian (contemporary), sebagai berikut:
a) Keterhubungan: Dua atau lebih fakta
berinteraksi, kalau antar fakta itu terdapat hubungan-hubungan tertentu, mulai
dari hubungan sebab akibat yang jelas, sampai hubungan persamaan atau perbedaan
yang secara rasional tidak penting.
b) Kenyataan: Fakta harus nyata-nyata
ada dalam ruang hidup. Fakta potensial atau peluang yang tidak sedang eksis
tidak dapat mempengaruhi event masa kini. Fakta di luar lingkungan psikologis
tidak berpengaruh, kecuali mereka masuk ke ruang hidup.
c) Kekinian: Fakta harus kontemporer.
Hanya fakta masa kini yang menghasilkan tingkahlaku masa kini. Fakta yang sudah
tidak eksis tidak dapat menciptakan event masa kini. Fakta peristiwa nyata di
masa lalu atau peristiwa potensial masa mendatang tidak dapat menentukan
tingkahlaku saat ini, tetapi sikap, perasaan, dan fikiran mengenai masa Ialu
dan masa mendatang adalah bagian dari ruang hidup sekarang dar mungkin dapat
mempengaruhi tingkahlaku. Jadi, ruang hidup sekarang harus mewakili isi
psikologi masa lalu, sekarang, dan masa mendatang.
9. Konflik
Konflik
terjadi di daerah lingkungan psikologis. Lewin mendefinisikar konflik sebagai
situasi di mana seseorang menerima kekuatan-kekuatan yang sama besar tetapi arahnya
berlawanan. Vektor-vektor yang mengenai pribadi, mendorong pribadi ke arah
tetentu dengan kekuatan tertentu. Kombinasi dari arah dan kekuatan itu disebut
jumlah kekuatan (resultant force), yang menjadi kecenderungan lokomosi pribadi
(lokomosi psikologikal atau fisikal). Ada beberapa jenis kekuatan, yang
bertindak seperti vektor:
a) Kekuatan pendorong (driving force): menggerakkan, memicu
terjadinya lokomosi ke arah yang ditunjuk oleh kekuatan itu.
b) Kekuatan penghambat (restraining force): halangan fisik atau
sosia menahan terjadinya lokomosi, mempengaruhi dampak dari kekuatan pendorong
c) Kekuatan kebutuhan pribadi (forces corresponding to a persons needs):
menggambarkan keinginan pribadi untuk mengerjakan sesuatu.
d) Kekuatan pengaruh (induced force): menggambarkan keinginan
dari orang lain (misalnya orang tua atau teman) yang masuk menjadi region
lingkungan psikologis.
e) Kekuatan non manusia (impersonal force): bukan keinginan
pribadi tetapi juga bukan keinginan orang lain. Ini adalah kekuatan atau
tuntutan dan fakta atau objek.
10. Tingkat Realita
Konsep
realita menurut Lewin adalah realita berisi lokomosi aktual,dan tak-tak realita
berisi lokomosi imajinasi. Realita dan tak realita adalah suatu kontinum dari
ekstrim realita sampai ekstrim tak realita. Lokomosi mempunyai tingkat realita
dan tak realita berbeda-beda. Misalnya orang yang ingin menerima tawaran
bekerja di tempat lain yang lebih prospektif (realistis), di tempat yang baru
dia mengharapkan dapat mempunyai teman baru yang lebih bersahabat disbanding
dengan teman-teman sebelumnya (krang realistis), dia juga melamun mengenai
menjadi presiden direktur di tempat baru (tidak realistis). Setiap aktivitas
mempunyai tingkat realita yang berbeda-beda.
Konsep
realita dan tingkat realita juga diterapkan pada daerah pribadi seperti daerah
lingkungan psikologis. Misalnya sel di pribadi-dalam mungkin mempengaruhi
motoric atau mungkin hanya melakukan hal itu dalam imajinasi. Sel yang berisi
dorongan agresi jika tingkat realitanya rendah akan muncul dalam bentuk
imajinasi yang tidak realistis.
11. Menstuktur Lingkungan
Lingkungan
psikologi adalah konsep yang sangat mudah berubah. Dinamika dari lingkungan
dapat berubah dengan 3 cara yakni:
a) Perubahan valensi : Region bisa
berubah secara kuantitatif-valensinya semakin positif atau semakin negatif,atau
berubah secara kualitatif dari positif menjadi negatif atau sebaliknya region
baru bisa muncul dan region lama bisa hilang.
b) Perubahan vektor : Vektor mungkin
dapat berubah dalam kekuatan dan arahnya.
c) Perubahan Bondaris : Bondaris mungkin
menjadi semakin permeabel atau semakin tidak permeabel,mungkin muncul sebagai
bondaris atau tidak muncul sebagai bondaris.
12. Mempertahankan Keseimbangan
Dalam sistem reduksi tegangan,tujuan
dari proses psikologis adalah mempertahankan pribadi dalam keadaan seimbang.
Yang paling umum dan paling efektif untuk mengembalikan keseimbangan adalah
melalui lokomosi dalam lingkungan psikologis,memindah pribadi ke region tempat
objek yang bervalensi positif(yang memberi kepuasan). Tapi kalau region yang
diinginkan mempunyai bondaris yang tak permeabel tegangan terkadang dapat
dikurangi(dan keseimbangan dapat diperoleh)dengan melakukan lokomosi
pengganti,pindah ke region yang dapat memberi kepuasan lain(yang bondarisnya
permeabel) ternyata dapat menghilangkan tegangan dari system kebutuhan semula.
Misalnya marah yang tidak dapat diekspresikan diganti dengan kepuasan
menghabiskan energy fisik dengan bekerja keras. Akhirnya tegangan dapat
dikurangi dengan melakukan lokomosi imajinatif.
Kecenderungan
mencapai keseimbangan itu tidak berarti membuat diri seimbang sempurna,tetapi
menyeimbangkan semua tegangan dalam daerah pribadi-dalam. Lewin menjelaskan
bahwa dalam sistem yang kompleks menjadi seimbang bukan berarti hilangnya
tegangan,tetapi mempeoleh keseimbangan dari tegangan internal. Tujuan utama
dari perkembangan psikologis adalah menciptakan semacam struktur internal yang
menjamin keseimbangan psikologis bukan membuat bebas tegangan.
ü Perubahan struktur
Dinamika kepribadian juga nampak pada perubahan
struktur lingkungan psikologis. Perubahan tersebut dapat berlangsung dalam
berbagai cara, diantaranya:
1. Nilai
daerah-daerah berubah, hal ini dapat:
a) Secara
kuantitatif dari positif sedikit ke positif banyak, atau dari negative banyak
ke negative sedikit.
b) Secara
kualitatif, dari negative menjadi positif atau sebaliknya.
2. Vector
berubah:
a) Berubah
dalam arahnya
b) Berubah
dalam kekuatannya
c) Berubah
dalam arah dan kekuatannya
Lewin
berpendapata bahwa inti belajar dan pemecahan suatu asalah itu terletak didalam
perubahan struktur itu.
ü Tujuan proses psikologis
Dalam hal ini Lewin menganggap bahwa tujuan semua
proses psikologis itu
adalah kembali ke
keseimbangan jiwa, yaitu keadaan tanpa tegangan.
c.
Perkembangan
Kepribadian
Hakikat perkembangan menurut Lewin adalah
perubahan-perubahan tingkah laku
1. Perkembangan
berarti perubahan didalam variasi tingkah laku.
Semakin bertambah umur seseorang,
maka variasi kegiatan, keinginan, perasaan, kebutuhan, hubungan sosialnya pun
akan terus bertambah.
2. Perkembangan
berarti perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku.
Semakin bertambah umur seseorang juga
akan menimbulkan perubahan organisasi dan struktur tingkah laku menjadi lebih
kompleks.
(a) Struktur
relasi bertambah.
Apabila umur anak bertambah maka pada
suatu saat ia akan dapat sekaligus berhubungan dengan beberapa orang anak.
Misalnya dalam hal bermain.
(b) Hirarki
bertambah kompleks
Apabila umur anak bertambah maka ia
dapat mempunyai tujuan diluar perbuatan yang dilakukan. Semakin dewasa mereka
memakai permainan sebagai instrument untuk memacu diri berguna mencapai tujuan.
(c) Struktur
tingkah laku menjadi lebih kompleks
Anak kecil pada suatu saat hanya
dapat mengerjakan sesuatu perbuatan tertentu. Apabila ia mengalami interupsi
pada umumnya tidak akan kembali kepada apa yang dikerjakan semula. Anak yang
lebih dewasadapat sekaligus mengerjakan beberapa hal, mengalami interupsi dan
kembali kepada yang dikerjakan semula/
3. Perkembangan
berarti bertambah luasnya arena aktivitas.
Semakin bertambah dewasa seseorang
maka arena aktivitasnya semakin luas. Anak kecil masih terikat pada masa kini,
namun anak yang sudah lebih dewasa dapat memikirkan masa lampau dan
merencanakan masa depan sambil memikirkan hal yang dihadapi pada masa kini.
4. Perkembangan
berarti perubahan dalam taraf realitas.
Semakin bertambah dewasa seseorang
maka dimensi realitas-irrealitasnya pun ikut berubah. Biasanya bertambah dewasa
seseorang maka orientasinya akan semakin realistis dapat membedakan yang nyata
dan yang khayal.
5. Perkembangan
berarti semakin terdiferensiasinyatingkah laku.
Semakin bertambah dewasa seseorang
maka tingkah lakunya akan semakin terdiferensiasi. Integrasi dan koordinasi
antara bagian-bagian menjadi lebih baik.
6. Perkembangan
berarti diferensiasi dan stratifikasi.
Semakin bertambah umur orang maka
akan semakin bertambah pula daerah-daerah didalam pribadinya dan didalam
lingkungan psikologisnya (proses ini yang disebut diferensiasi). Diferensiasi
juga terjadi dalam dimensi waktu dan dimensi realitas-irrealitas, kecakapan
membedakan bermacam-macam kemungkinan (proses ini yang disebut stratifikasi).
Semakin besar diferensiasi ruang hidup berarti bertambah pula jumlah
batas-batas antara daerah-daerah dalam ruang hidup. Batas-batas itu tidak sama
kuatnya. Secara umum, batas-batas pada anak-anak lebih lembek daripada orang
dewasa. Ini berarti anak akan lebih mudah dipengaruhi daripada orang dewasa.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Kepribadian dalam SudutPandang BK
Dalam Bimbingan dan
Konseling kita akan mempelajari mengenai kepribadian manusia melalui mata
kuliah Psikologi Kepribadian. Psikologi Kepribadian adalah ilmu yang
mempelajari tentang psikis individu yang akan mempengaruhi kepribadiannya.
Kepribadian yang dimaksud disini adalah tingkah laku, perilaku, dan kebiasaan
individu.
Dunia kepribadian dari
Kurt Lewin menjelaskan tentang struktur-struktur kepribadian dari manusia. Baik
buruknya pribadi manusia berkaitan dengan keadaan psikis mereka. Bimbingan dan
Konseling memiliki tujuan yaitu untuk menemukan pribadi, mengenal lingkungan,
dan merencanakan masa depan. Dengan Teori Kurt Lewin, individu akan mampu
menemukan pribadinya melalui proses konseling.
B. Kepribadian dalam
Sudut Pandang Nilai Islami
Dalam Psikologi Islam, kepribadian adalah integrasi
sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku. Struktur
kepribadian dalam Islam sebagai aspek atau elemen-elemen yang terdapat dalam
diri manusia yang karenanya kepribadian terbentuk. Struktur kepribadian dalam
Islam bersumber pada Al Qur’an. Ada tiga aspek dalam Al Qur’an yaitu jasmaniyah
(fisik,biologis), nasfiyah (psikis,psikologis), dan ruhaniyah (spiritual,
transcendental).
Jasad (jisim) adalah substansi manusia yang terdiri atas
struktur organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna disbanding
dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain. Setiap makhluk biotik-lahiriyah
memiliki unsur unsur material yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah, api,
air, dan udara. Keempat unsur diatas merupakan materi yang abiotic (mati). Ia
akan hidup jika diberi energy kehidupan yang bersifat fisik (thaqah al-jismiyah). Energy kehidupan
ini lazimnya disebut dengan nyawa, karena dengan adanya nyawa manusia dapat
hidup. Ibnu Maskawaih Abu al-Hasan al-Asy’ary menyebut energy tersebut dengan al-hayah (daya hidup), sedangkan
al-Ghazali menyebutnya dengan al-ruh
jasmaniyah (ruh material). Dengan daya ini, jasad manusia dapat bernafas,
merasakan sakit, panas-dingin, pahit-manis, haus-lapar, seks dan sebagainya. Al-hayatberbeda dengan ar-ruh, sebab ia ada sejak adanya sel
kelamin, sedang ar-ruh menyatu dalam
tubuh manusia setelah embrio berusia empat bulan dalam kandungan. Ruh bersifat
substansi yang hanya dimiliki manusia, sedang nyawa merupakan sesuatu yang
baru. Ruh merupakan substansi psikis manusia yang menjadi esensi
kehidupannya.Ruh yang menjadi pembeda antara esensi manusia dengan esensi
makhluk lain. Ruh adalah aspek psikis manusia yang bersifat
spiritual dan transcendental. Yang dimaksud dengan transcendental tersebut
adalah sesuatu yang dirasa amat jauh dan melampaui pemahaman manusia karena
berhubungan dengan Tuhan.
Dalam pandangan islam, kepribadian merupakan interaksi
dari nafs, qalbu, akal dan bashirah, interaksi antara jiwa, hati, dan akal.
Kualitas kepribadian muslim setiap muslim sudah pasti berbeda-beda. Kualitas
kepribadiannya tidak mesti, terkadang kuat, utuh dan prima, tetapi juga bisa
terdistorsi oleh pengaruh luar keyakinan agamanya.
Konseling agama adalah untuk menghidupkan getaran
batin iman dari orang yang sedang terganggu kejiwaannya hingga kepribadiannya
tidak utuh agar dengan getaran batin iman itusistem nafsainnya bekerja kembali
membentuk sinergi yang melahirkan perilaku positif.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kurt
Lewin dilahirkan di Prusia pada tanggal 9 September 1890. Lewin menyelesaikan sekolah
menengahnya di Berlin tahun 1905.Kemudian ia melanjutkan studinya
di Universitas Freinberg, Munich, Berlin, untuk belajar biologi dan mendapat
gelar doctor di Universitas Berlin pada tahun 1914. Setelah meraih gelar doktornya pada
tahun 1914, Lewin bertugas di ketentaraan Jerman selama empat tahun.
Pada akhir Perang Dunia I, dia kembali ke Berlin bekerja sebagai instruktur dan
asisten research pada “Lembaga Psikologi”, bekerja sama dengan Wertheimer dan
Kohler. Pada tahun 1926 diangkat menjadi guru besar dalam ilmu filsafat dan
psikologi. Ia meninggal secara mendadak karena serangan jantung di Newton
Ville, Massachussetts, pada tanggal 9 Februari 1947 pada usia 56 tahun.Ciri ciri
utama dari teori Lewin, yaitu : tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada
waktu tingkah laku itu terjadi, analisis mulai dengan situasi sebagai
keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan, dan orang yang
kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis.
Struktur kepribadian menurut Lewin
yaitu daerah pribadi, daerah lingkungan psikologis, ruang hidup, dan daerah
lingkungan non-psikologis. Dinamika kepribadian dari Kurt Lewin yakni: energy,
tegangan, kebutuhan, tindakan, valensi, vector, lokomodasi, event, konflik,
tingkat realita, menstruktur lingkungan, dan mempertahankan keseimbangan.
B.
SARAN
Dengan demikian makalah tentang Dunia Kepribadian dari
Kurt Lewin ini yang dapat kami uraikan. Semoga makalah ini dapat memberikan
tambahan wacana, ilmu, dan pengetahuan bagi kita semua. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya.
REFERENSI
Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang
Gibson, R.L., &
Mitchell, M.H. (2010). Bimbingan dan
Konseling. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, hal 458-468
Hall, C.S., & Gardner
Lindzey. (1993). Teori-teori Psikodinamik
(Klinis). Jakarta:
Kanisius
Hill, W.F. (2010). Theories of Learning. Bandung: Nusa
Media, hal 147-156
Mujib, A., & Jusuf
Mudzakir. (2001). Nuansa-nuansa Psikologi
Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, hal 37-67
Sarwono Sarlito, W.
(2009).Pengantar Psikologi Umum.Jakarta:
PT Raja Grafindo
Persada, hal 210
Sujanto, A., Halem, L.,
& Taufik, H. (2006). Psikologi
Kepribadian. Jakarta: PT Bumi
Aksara, hal 79-89
Suryabrata Sumadi.
(2003). Psikologi Kepribadian.
Jakarta: PT Raja Grafindon Persada,
hal 227-224
Syamsu Yusuf, C.N., &
Juntika, N. (2007). Teori Kepribadian.
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hal 207-235
Walgito Bimo. (2010). Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier).
Jakarta: CV Andi
Offset
minta izin share ya kak ?
BalasHapus