"Terimakasih kelompok Bianca sekar Saraswati BK UMMgl"
DAFTAR ISI
Judul..................................................................................................................................
Kata Pengantar
..................................................................................................................
Daftar isi
............................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan...................................................................................................
B.
Keunikan
Pribadi Gordon Allport..................................................................
1.
Biografi
Gordon Allport...........................................................................
2.
Konsep
pendekatan Gordon Allport.........................................................
3.
Pendekatan
Allport bagi teori kepribadian...............................................
4.
Narasi
penulis...........................................................................................
5.
Analisis kasus
Jenny................................................................................
6.
Struktur
kepribadian................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
1. Keunikan
Individu Menurut “Gordon Allport”.............................................
2. Hubungan Keunikan Individu “Gordon Allport” Dalam
Bimbingan dan Konseling dan Nilai Islami............................................................................
3.
Kepribadian
Dalam Pandangan Islam...........................................................
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Manusia umumnya sadar dengan apa yang sedang mereka lakukan,
ataukah tingkah laku mereka merupakan hasil dari motif-motif tersembunyi yang
tidak disadari?apakah beberapa orang pada dasarnya baik, sementara yang lainya
jahat?ataukah semua orang berpotensi untuk menjadi baik sekaligus jahat?apakah
hubungan manusia sebagian besar merupakan produk alam, ataukah umumnya dibentuk
oleh pengaruh-pengaruh lingkungan? Dapatkah manusia memiliki secara bebas untuk
membentuk kepribadian mereka sendiri?, ataukah hidup mereka sudah ditentukan
oleh daya-daya yang jauh melampaui kontrol mereka?.
Para teoretisi mengandalkan cara-cara individual mereka sendiri
untuk mengamati segala sesuatu, membuat mereka sampai kepada konsepsi yang
berbeda-beda mengenai hakikat kemanusiaan. Sebaliknya, para teoretisi
kepribadian generasi berikutnya menggunakan studi-studi yang lebih empiris
untuk mempelajari perilaku manusia. Mereka mengembangkan model-model tentatif,
hipotesis-hipotesis yang terus diuji, baru kemudian merumuskan kembali
modek-model kepribadian tersebut. Dengan kata lain, mereka menerapkan
peranti-peranti penyelidikan ilmiah dan teori ilmiah ke arena kepribadian
manusia.
Para teoretisi kepribadian tidak pernah sepakat dengan satu
definisi tunggal kepribadian. Mereka mengenbangkan teori-teori yang unik dan
vital sendiri-sendiri justru karena tidak sepakat, dengan konsep hakikat
kemanusian teoretisi lain,dan karena masing-masing melihat kepribadian dari
sudut pandang individualnya. Para teoretisi kepribadian memiliki latar belakang
yang beragam. Salah satunya Gordon Allport. Gordon Allport menggunakan
pendekatan eklektis untuk membangun teorinya. Bagi Allport, teori yang luas dan
komprehensif lebih banyak disukai ketimbang teori yang sempit dan spesifik
meskipun teori yang luas tidak banyak membangkitkan hepotesis yang bisa diuji.
A.
Keunikan Pribadi dari Gordon Allport
1.
Biografi
Gordon
Willard Allport lahir pada 11 November 1897 di Mountezuma, Indiana, anak
keempat dan bungsu dari John E. Allport dan Nellie Wise Allport. Awalnya
ayahnya adalah seorang pengusaha, namun ketika Allport lahir beliau beralih
pekerjaan dibidang obat-obatan (medis). Ibunya seorang guru. Pada waktu Gordon
usia 6 tahun, keluarga mereka sudah berpindah tempat tiga kali, dan akhirnya
menetap di Cleveland, Ohio. Gordon menggambarkan dirinya “terisolasi” secara
sosial untuk menunjukan tingginya lingkaran aktivitasnya sendiri. Tahun 1915
Allport masuk Havard, mengikuti jejak kakanya, Floyd dan menerima gelar
sarjananya pada tahun 1919 denga topik tentang filsafat dan ekonomi. Dia
menghabiskan tahun akademis 1919-1920 di Eropa dengan mengajarkan bahasa
Inggris dan sosiologi di Robert College di Istambul.
Allport
bertemu pertama kali dengan Sigmund Freud di Wina. Pertemuan dengan Freud ini
sangat mempengaruhi pengembangan ide-ide Allport selanjutnya tentang
kepribadian. Pertemuan ini menjadi dasar hubungan seumur hidup keduanya.
Allport kembali ke Amerika Serikat dan memutuskan mengikuti program Ph.D. di
Harvard. Setelah menyelesaikan gelarnya, dia menghabiskan waktu dua tahun
berikutnya ke Eropa untuk belajar di bawah bimbingan psikolog besar Jerman Max
Wertheimer, Wolfgang Koehler, William Stern, Heinz Werner. Dua tahun beriktnya, Allport mengambil sebuah
posisi di Dartmouth College. Empat tahun kemudian, dia kembali lagi ke Havard
dan masi tetap tiinggal di sana selama sisa karier profesinya.
Pada
tahun 1925, Allport menikahi Lufkin Gould, yang ditemuinya ketika masih menjadi
mahasiswa pancasarjana. Allport memiliki seorang putra, Robert, yang menjadi
dokter anak, dan karenanya menjadi penghubung antara dua genersi dokter, sebuah
fakta yang tampak menyenangkan bagi ayahnya.
Allport
banyak menerima penghargaan selama hidupnya. Pada 1939, dia dipipih sebagai
presiden AmericaPsychological Association (APA). Pada 1963, dia menerima
Gold Medal Award dari APA. Di
tahun 1966 mendapat penghargaan Richard Clarke Cabot Professor of Social
Ethics yang pertama kali diadakan di Havard. Pada 9 Oktober 1967 Allport
meninggal karena paru-paru. Dia seorang perokok berat.
2.
Konsep Pendekatan Gordon Allport
Gordon Allport
adalah orang yang menekankan tentang keunikan individu. Dia yakin bahwa upaya untuk menjelaskan
manusia berdasarakn sifat-sifat umum sudah merampas keunikan indivualitas
mereka. Karena Alasan inilah, Allport
keberatan denga teori-teori tentang karakter dan faktor kepribadian yang
cenderung mereduksi perilaku individu kepada ciri umumnya. Dia menegaskan,
contonya, derajat kebebalan seorang berbeda dari orang lain, begitu pula cara
kebebalan berinteraksi dengan ekstraversi dan kreativitas tidak bisa ditiru
orang lain.
Allport
menyebut studi tentang individu ini ilmu morfogenis yang
dipertentangkanya dengan metode nomotetis yang digunaka kebanyakan
psikolog lain. Metode morfogenis lebih banyak mengumpulkan data dari satu
individu tunggal, sementara metode nomotetis mengumpulkanya dari sekelompok
orang.
Di sisi lain,
Allport juga menentang partikularisme atau teori-teori yang menekankan satu
aspek tunggal kepribadian saja. Psikolog harus selalu sadar kalau banyak
hakikat manusia yang tidak bisa tercakup dalam satu kerangka teori apapun. Bagi
Allport, sekali lagi, teori yang luas dan komprehensif lebih banyak disukai
ketimbang teori yang sempit dan spesifik meskipun tidak bisa membangkitkan
banyak hipotesis yang bisa diuji.
3.
Pendekatan Allport Bagi Teori Kepribadian Apakah
Kepribadian?
Pengejarannya
terhadap definisi kepribadian adalah kasus klasik. Dia melacak etimologi kata
pesona kembali ke akar bahasa Yunani, Latin Kuno, dan Etruska. Setelah melacak
sejarah istilah ini, Allport memetakan 49 definisi kepribadian yang digunakan
dalam teologi. Filsafat, hukum, sosiologi, dan psikologi.
Kemudian
dia menawarkan definisi ke-50 : “pengorganisasian dinamis dalam diri
individu dimana sistem psikofisiknya menentukan penyesuaian unik terhadap
lingkunganya”. Pada 1961dia mengubah frasa terakhir menjadi “menetukan
kareakteristik perilaku dan pikiranya”. Dia menyadari bahwa frasa “penyesuain
unik terhadap lingkungan” dapat diartikan bahwa manusia hanya sekedar
beradaptasi dengan lingkunganya saja. Dalam definisinya Allport menekankan gagasan
bahwa perilaku bersikap ekspresif sekaligus adaptif . manusia
tidak hanya menyesuaikan diri dengan lingkunganya, tetapi juga berkaca
kepadanya dan berinteraksi denganya dengan suatu cara, seperti menyebabkan
lingkungan menyesuaikan diri denganya.
Kepribadian
adalah sesuatu yang teroganisasikan dan terpolakan. Namun begitu,
pengorrganisasian selau berubah. Kepribadian bukanlah pengorganisasian yang
statis dia terus bertumbuh atau berubah.
Istilah lain dalam difinisi ini yang menunjukan tindakan adalah “menentukan”,yang
di artikan “kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu”. Dengan
kata lain, kepribadian bukan hanya topeng yang kita kenakan, tidak juga hanya
sekedar perilaku. Dia mengacu kepada individu dibelakang tampilan, pribadi
dibelakang tindakan.
Dengan
istilah “karakteristik” Allport berharao dapat menunjukan “individalitas”
atau “keunikan”. Semua pribadi memegang tanda unik meraka atau memeluk
kepribadian mereka, di mana perilaku dan pikiran mereka yang khas menjadikan
mereka berbeda dari orang lain. Kepribadian bersifat fisik sekaligus
psikologis, mencakup perilaku yang tampak dan pikiran yang terungkap.
Kepribadian bukan hanya sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu. Kepribadian adalah
substansi sekaligus perubahan, produk sekaligus proses, struktur sekaligus
pertumbuhan.
Apakah Peran
dari Motivasi yang Disadari?
Allport
menekankan pentingnya motivasi yang disadari. Orang dewasa yang sehat pada
umumnya sadar dengan apa yang meraka kerjakan dan alasan menerjakanya.
Penekananya terhadap motivasi yang disadari ini bermula dari pertemuanya dengan
Freud di Wina. Allport menekankan bahwa motivasinya cukup disadari. Dia hanya
ingin tahu gagasan Freud tentang fobia terhadap kekotoran pada anak kecil yang
di temuinya di trem. Dia menyadari fakta bahwa sejumlah motivasi didorong oleh
implus-implus yang tersembunyi dan dorongan-doronga yang tersublim. Dia yakin
contonya, bahwa kebanyakan perilaku kompulsif
adalah repetisi otomatis, biasanya mempecudangi diri sendiri, dan
termotivasi oleh kecenderungan-kecenderungan bawah sadar. Hal-hal ini sering
kali berakar pada masa kanak-kanak dan mempertahankan pengertian kanak-kanak
itu hingga dewasa.
Apakah Ciri Pribadi yang
Sehat?
Gordon Allport
membuat hipotesis tentang sifat-sifat kepribadian dewasa. Beberapa asumsi umum
dibutuhka agar kita bisa memahami konsepsi Allport tentang pribadi yang dewasa.
Pertama, pribadi yang dewasa secara psikologis dicirikan oleh sikap proaktif,
yaitu tidak hanya bereksi kepada stimuli eksternal, tetapi juga sanggup berindak
dengan sadar terhadap lingkunganya. Sehinga lingkungan pun bereksi kepada
mereka. Sikap proaktif tidak hanya langsung mereduksi tegangan, tetapi juga
menciptakan tegangan.
Kedua, kepribadian yang dewasa tampaknya lebih termotivasikan oleh
proses-proses sadar ketimbang kepribadian yang terdistorsi, menjadikan mereka
lebih fleksibel dan mandir ketimbang pribadi sehat yang masih terus didominasi
oleh motif-motif bawah sadar yang muncul
dari pengalaman kanak-kanak.
Apakah persyaratan yang lebih spesifik bagi kesehatan psikologis?
Allport mengidentifikasikan enam
kriteria bagi kepribadian dewasa.
1.
Perluasan
konsep diri. Mereka tidak berpusat pada diri sendiri, melainka sanggup
menyelami masalah dan aktivitas-aktivitas di luar dirinya. Kepedulian sosial, keluarga,
dan kehidupan spiritual dianggap oleh mereka penting karena aktivias-aktivitas
ini mejadi bagian dari ekstensialnya. Setiap orang memiliki kecintaan diri
namun, hanya pengembangan diri sajalah tanda kedewasaanya.
2.
Hubungan hangat
dirinya dengan orang lain. Hubungan hangat tentunya tergantung pada kemampuan
manusia meluaskan konsep diri. Individu yang sehat secara psikoligis
meperlakukan orang lain dengan penuh penghargaan, dan mereka menydari bahwa
kebutuhan, hasrat, dan harapan orang lain tidaklah berbeda dari yang mereka
miliki.
3.
Rasa aman
emosional atau penerimaan. Individu yang sehat menerima diri apa adanya, dan
memiliki apa yang disebut muatan emotif . pribadi yang sehat tidak begitu
jengkel jika terdapat hal-hal yang tidak berjalan sesuai rencana. Karena sadar
bahwa rasa frustasi dan tidak nyaman adalah bagian dari hidup itu sendiri.
4.
Persepsi yang
ralistis tentang lingkungan sekitarnya. Mereka lebih berorientasi kepada
masalah dari pada egoismenya, dan bersentuhan dengan dunia seperti yang dilihat
orang pada umumnya.
5.
Kedalaman
wawasan (insight) dan humor. Wawasan dan humor berkaitan erat dan menjadi aspek
dari satu hal yang sama, objektivikasi diri.
6.
Filsafat hidup
yang menyatukan. Pribadi yang sehat memiliki konsep yang jelas tentang tujuan hidup.
Tanpa ini, wawasan mereka akan terasa seperti kosong dan tandus, dan humor
mereka akan merosot menjadi sinis. Filsafat hidup yang menyatukan bisa berupa
agama. Pribadi dengan sikap religius yang dewasa dan filsafat hidup yang
menyatukan memiliki suara hati yang berkembang dengan baik.
4.
Narasi Penulis
Catatan Harian ( Marion Taylor)
Selama akhir
1930-an, Allport dan isterinya mulai berkenalan dengan sumber data personal
yang sangat kaya. Marion Taylor. Inti data terhampar dalam buku catatan harian
sepanjang hidupnya namun, informasi personal tentang Marion juga diperoleh dari
deskripsi ibunya, adik perempuanya, guru favoritnya, dua teman dekatnya catatan
sekolahnya, skor dalam tes-tes psikologisnya, dan dua pertemuan pribadinya
dengan Allport.
Marion Taylor
lahir tahun 1902 di Illionis, pindah ke California dengan orang tua dan adiknya
pada 1911, segera sesudah ulang tahun ke-13 entri catatan hariannya menjadi
lebih personal. Mencekup fantasi dan rahasia perasaanya. Akhirnya dia pun lulus dari kuliah, meraih gekar master
dan menjadi guru psikologi dan biologi. Menikah di usia 31 tahun namun tidak
dikaruniai anak.
Meskipun
kekayaan dokumen personal Marion sudah bisa ditangkap Ada dan Gordon Allport
namun, mereka memilih untuk menerbitkan tulisan tersendiri tentang biografi
ini, karena sudah trajdi perselisihan antara Marion Taylor dan Ada Allport,
sekarang mustahil untuk mengetahui dengan pasti mengapa Allport dan istrinya
tidak menerbitkan sejarah kasus ini. namun proyek dengan Marion ini mungkin
sudah membantu mereka mengorganisasikan dan menerbitkan kasus kedua.
Surat-surat dari Jenny
Surat-surat ini menyingkapi cerita tentang seorang perempuan
berusia senja dengan perasaan cinta/benci terhadap putranya, Ross. Jenny
menulis sekitar 301 surat kepada teman kuliah Ross, Glenn Winter, dan istrinya
Isabel. Allport awalnya menerbitkan bagian-bagian tertentu surat ini secara
anonim.
Lahir di Irlandia dari orangtua Protestan tahun1866, Jenny adalah
sulung dari keenam adiknya, lima perempuan satu laki-laki. Ketika Jenny berusia
5 tahun, keluarganya pindah ke Kanada, dan ketika dia berusia 18 tahun, ayahnya
meninggal, sehingga Jenny terpaksa menafkahi keluargnya. Sembilan tahun
kemudian adik-adiknya sudah bisa mandiri dan Jenny, yang selalu dianggap
pembangkang, membawa aib keluarga dengan menikahi seorang laki-laki yang sudah
bercerai., sebuah keputusan yang semakin menjauhkan dirinya dari keluarganya
yang sangat baik dalam agama.
Hanya dua tahun menikah, suami Jenny meninggal. Satu bulan lebih
Ross, lahir. Itu adalah tahun 1897 , tahun yang sama dengan kelahiran Gordon
Allport. Tujuh belas tahun kemudian dunia Jenny segera berputar, dia bekerja
keras agar bisa memenuhi kebutuhan anaknya. Ketika Ross mulai tertarik dengan
perempuan, hubungan intim antara ibu dan anak itu pun mulai berakhir perlahan. Jenny
mulai surat menyurat dengan Gleen dan Isabel (Gordon dan Ada) yang didalamnya
menyikapi banyak informasi tentang hidup dan kepribadiannya. Surat-surat yang
awal menunjukan bahwa dia sangat cemas dengan masalah keuangan, kematian dan
Ross. Dia merasa bahwa Ross tidak tahu berteima kasih, bahwa dia sudah
meninggalkan dirinya untuk perempuan lain dan melacur dengan perempuan itu! Dia
terus melontarkan kepahitannya itu hingga putranya bercerai.
Jenny kemudian berpindah ke sebuah apartemen disebelah apartemen
Ross dan untuk waktu yang singkat merasa bahagia. Tetapi tak lama kemudian Ross
terlihat bersama perempuan lagi dan Jenny mulai menemukan ada yang keliru
antara keduanya. Surat-suratnya dipenuhi kemarahan terhadap Ross, sikap curiga,
sinis terhadap orang lain, bahkan sampai ke pernyataan bahwa dia ingin bunuh
diri.
Tiga tahun setelah Jenny melakukan korespodensi dengan keluarga
Allport, tiba-tiba Ross meninggal. Jenny makin saja menyalahkanorang lain atas
penderitaanya dan mulai menigkatkan kecurigaan dan permusuhan terhadap
orang-orang yang merawatnya. Hingga akhirnya Jenny meninggal.
5.
Analisis kasus Jenny
Allport dan
para mahasiswanya menggunkan tiga teknik untuk melihat kepribadian Jenny
tersebut.
1.
Alfred Badwin
mengembangkan teknik yang disebut analisis struktur pribadi dengan
menganalisis minimal sepertiga dari surat-surat tersebut. Untuk menganalisis
kepribadian Jenny Alfred menggunakan dua prosedur morfogenik secara ketat,
yaitu frekuensi dan keterkaitan. Contohnya, seberapa sering Jenny menyebutkan
Ross, uang dan dirinya sendiri?seberapa sering kategori “Ross – tidak sayang”
muncul dalam korespodensi yang ketat dengan “dirinya sendiri – pengirbanan
diri?” . dengan menggunkan teknik analisi kepribadian, Badwin mengidentifikasi
tige kelompok besar dalam surat – surat Jenny. Pertama terkait dengan Ross,
perempuan, masa lalu, dan dirinya sendiri - sebuah pengorbanan diri. Yang kedua berkaitan
dengan pencarian Jenny terhadap pekerjaan, dan ketiga sikapnya terhadap uang dan kematian. Tiga kelompok ini
independen satu sama lain meskipun satu topik tunggal.
2.
Jeffrey Paige
menggunakan analisis faktor untuk menemukan disposisi sentral yang terungkap
diseluruh surat Jenny. Dalam kesemuanya itu, Paige mengeidentifikasi delapan
faktor : agresi, keposesifan, afiliasi, otonomi, penerimaan keluarga,
seksualitas, penuh gairag dalam hidup, dan kematian. Studi Paige menarik karena
dia berhasil mengidentifikasi delapan faktor, jumlah yang sesuai dengan
hipotesis Allport bahwa setiap manusia memiliki disposisi sentral antara 5
sampai 10.
3.
Teknik akal
sehat yang digunakan Allport. Allport meminta 36 penilai untuk mendaftar apa
yang mereka anggap sebagai karakteristik esensial Jenny. Mereka merekam 198
sifat, kebanyakan sinonim dan tumpang-tindih. Allport kemudian mengelompokan
semua sifat itu menjadi delapan : suka bertengkar-penuh kecurigaan, berpusat
pada diri sendiri, otonomi-independen, suka mendramatisasi, estetis-artistik,
agresif, sinis-nekat, dan sensimentil. Melalui surat-surat Jenny kita dapat
menemukan kalau dia memiliki sekitar delapan karakter sentral yang mencirikan
12 tahun terakhir hidupnya. Para psikolog bisa menganalisis seseorang dan
mengidentifikasi disposisi sentralnya dengan konsisten, meskipun dengan
prosedur yang berbeda-beda.
6.
Struktur Kepribadian
Struktur
kepribadian mengacu pada unit-unit dasarnya atau blok-blok bangunanya. Menurut
Allport struktur yang paling penting adalah deskripsi tentang pribadi
berdasarkan karakteristik individualnya, dan dia menyebut karakteristik
individual ini disposisi personal.
Disposisi
Personal
Allport
mendefinisakan disposisi personal sebagai “struktur neuropsikis umum (sekaligus
khas individu), yang sanggup mengubah stimuli yang ekuivalen secara fungsional,
sekaligus menginisiatifkan dan menuntut bentuk-bentuk (ekuivalen) perilaku
adaptif dan gaya pribadi secara konsisten”.
Seberapa banyak
disposisi personal yang dimiliki individu?setiap pribadi akan memiliki ratusan
disposisi pribadi.
Tingkatan disposisi
personal
1.
Disposisi
esensial. Karakteristik sangat mencolok atau hasrat sangat kuat sampai-sampai
mendominasi hidup mereka. Contohnya : idealis, penuh prasangka, narsis, sadis,
dan seterusnya.
2.
Disposisi
sentral. Hanya segelintir orang sajalah yang memiliki disposisi sentral,
biasanya orang mempunyai 5 sampai 10 karakteristik yang paling menonjol dan di
sekitarnya hidup seseorang difokuskan.
3.
Disposisi
sekunder. Jauh lebih bedar jumlahnya ketimbnag disposisi sentral adalah
disposisi sekunder. Setiap orang banyak memiliki disposisi sekunder yang tidak
sentral bagi kepribadian namun selalu muncul teratur dan bertanggung jawab bagi
kebanyakan perilaku spesifiknya.
Disposisi motivasi dan Disposisi Gaya
Semua disposisi personal bersifat dinamis dalam artian memiliki
kekuatan motivasi. Allport menyebut disposisi yang dirasakan sangat kuat ini
disebut sebagai disposisi motivasi, dan dengan disposisi gaya tidak begitu
kuat. Contoh disposisi gaya adalah dandanan dan penampilan rapi. Manusia
termotivasikan untuk berpakain karena kebutuhan dasar menghangatkan tubuh
namun, cara mengenakan pakaian ditentukan oleh disposisi gaya pribadi mereka.
Proprium
Proprium mengacu pada perilaku dan karakteristik yang dianggap
anggap, sentral, dan penting dalam hidup seseorang. Tetapi proprium bukan
keseluruhan pribadi, karena banyak karakteristik dan perilaku seseorang tidak
hangat atau sentral. Perilaku yang tidak sentral ini meliputu :
1.
Dorongan dan
kebutuhan dasar yang umum ditemui dan terpenuhi tanpa banyak kesulitan
2.
Kebiasaan
komunitas, seperti cara berpakaian, cara menyapa, dan cara mengemudi disebelah
kiri/kanan jalan,
3.
Kebiasaan
prilaku, seperti merokok atau menyikat gigi, yang dilakukan secara otomatis dan
tidak begitu krusial bagi konsep diri seseorang.
Sebagai pusat kehangatan pribadi, proprium mencakkup aspek-aspek
kehidupan yang dianggap seseorang penting bagi konsep identitas diri dan
pengembangan diri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Keunikan Individu Menurut “Gordon Allport”
Allport tadak setuju dengan teori
psikoanalisis. Menurutnya manusia normal adalah makhluk yang rasional yang
diatur terutama oleh tujuan kesadarannya yang berakar di masa kini dan masa
yang akan datang, bukan di masa lalu. Prinsip dasar tingkah laku adalah terus
menerus bergerak mengalir. Karena itu konsep utama teori kepribadiannya
menyangkut motivasi, yang membuat orang bergerak. Arus aktivitas itu memiliki
unsur yang tetap (trait) dan unsur yang berubah-ubah.
Kepribadian adalah organisasi
dinamik dalam sistem psikofisik individu yang menentukan penyesuaiannya yang
unik dengan ingkungannya. Definisi kepribadian ini memiliki 3 unsur pokok :
1.
Dynamic
organization
2.
Psychophysical
systems
3.
Determine
Allport juga
mempertimbangkan untuk tidak memakai istilah karakter dan temperamen sebagai
sinonim personaliti. Menurutnya, karakter bersebrangan dengan kepribadian yang
menggambarkan deskripsi tingkah laku yang bebas dari penelitian (karakter
adalah kepribadian yang menilai, dan kepribadian adalah karakter yang tidak
menilai). Tempramen mengacu ke disposisi yang berkait erat dengan determinan
biologi atau fisiologik. Sifat (trait) sebagai struktur neuropsikik membimbing
orang untuk bertingkah laku yang konsisten lintas waktu dan tempat, merespon
secara sama kelompok stimuli yang mirip. Sifat-sifat terpenting dari trait
sebagai berikut :
1.
Nyata
2.
Membuat banyak
stimuli berfungsi ekuivalen
3.
Mengubah/menentukan
tingkah laku
4.
Empirik
5.
Kemandirian
yang relatif
Allport membedakan antara
trait umum dengan trait individual :
1.
Trait umum
adalah sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang, dipakai untuk
membandingka orang dari latar budaya yang berbeda. Sekelompok orang lebih suka terbuka atau
lebih sopan dibanding kelompok lain. Asumsi yang mendasari trait ini adalah
persamaan evolusi dan pengaruh sosial.
2.
Trait
individual merupakan manifestasi trait umum pada diri seseorang, sehingga
selalu unik bagi orang itu, konstruk neuropsikik yang membimbing, mengarahkan
dan memotivasi tingkah laku penyesuaian yang khas. Sifat unik itu merupakan
gambaran yang tepat dari struktur kepribadian seseorang.
Menurut Allport pentingnya membedakan dua jenis trait ini lebih
kepada perbedaan pendapatan riset. Pendekatan nomotetik mempelajari manifestasi
sifat yang sama pada orang yang berbeda, dan pendekatan idiografik mempelajari
satu orang untuk menentukan apa yang disebut Allport : “pola unik individual.”
B.
Hubungan Keunikan Individu
“Gordon Allport” Dalam Bimbingan dan Konseling dan Nilai Islami
Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang/sekelompok orang secara terus
menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu/sekelompok individu
menjadi pribadi yang mandiri. Menurut pendapat Prayitno, Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada seseorang individu/sekelompok orang agar mereka
dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Rohman Natawidjaja
berpendapat Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya sendiri, sehingga is sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara
wajar, sesuai dengan tuntutan keadaan sekolah,keluarga,masyarakat dan kehidupan
pada umumnya.
Konseling adalah suatu aktivitas
pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam
bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan klien dengan
menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang
kepribadian manusia dalanm upaya meningkatkan kesehatan mental klien. Edwin C.
Elwis (1970) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses dimana orang yang
bermasalah dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih
memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor)
yang menyediakan informasi dan reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan
perilaku yang memungkinkannya berhubungan secara efektif dengan dirinya dan
linhkungannya.
Sedangkan definisi Bimbingan dan
Konseling dalam pendidikan islam ialah suatu aktivitas memberikan bimbingan,
pengajaran dan pedoman kepada peserta didik yang dapat mengambangkan potensi
akal pikiran, kejiwaan, keimanan dan keyakinannya serta dapat menanggulangi
problematika dalam keluarga, sekolah dan masyarakat dengan baik dan benar
secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dengan menggunakan
teknik-teknik tertentu baik yang bersifat lahir ataupun batin yang dilakukan
oleh guru BK dalam lingkungan sekolah ataupun madrasah.
C.
Kepribadian Dalam Pandangan Islam
1.
Manusia adalah
makhluk Allah
Manusia dalam hidupnya mempunyai ketergantungan kepadanya. Manusia
tidak bisa lepas dari ketentuannya. Sebagai makhluk, manusia berada dalam
posisi lemah dalam arti tidak bisa menolak, menentang yang sudah dipastikannya.
2.
Manusia adalah
khalifah di muka bumi
Berdasarkan fitrahnya manusia merupakan makhluk sosial, memiliki
potensi untuk bersosialisasi dan berinteraksi sosial secara positif dengan
orang lain
3.
Manusia adalah
makhluk yang mempunyai fitrah beragama
Manusia mempunyai kemampuan untuk menerima nilai-nilai kebenaran
yang bersumber dari agama dan sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai
tolak ukurnya.
4.
Manusia
memiliki kebebasan memilih
Menusia diberi kebebasan untuk memilih kehidupannya apakah mau
beriman atau khufur kepasa Allah.
Tidak
satupun definisi yang subtantif kepribadian dapat diberlakukan secara umum,
sebab masing-masing definisi dilatar belakangi oleh konsep-konsep empiris dan
filosofis yang berbeda-beda. Dengan begitu tidak berkelebihan jika Allport
dalam studinya menemukan sejumlah 50 definisi mengenai kepribadian. Makusdnya,
manusia sebagai sunah atau kodratnya yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Manusia memiliki tiga daya :
1.
Kolbu yang
memiliki fitrah ke-Tuhanan
2.
Akal yang
memiliki fitrah kemanusiaan, sebagai aspek kesadaran manusia yang berfungi
sebagai daya kognisi
3.
Nafsu yang
memiliki fitrah kehewanan sebagai aspek bawah kesadaran manusia yang berfungsi
sebagai daya karsa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Allport adalah
orang yang eklektis, membenarkan dan menerima ide-ide dari berbagai
sumber. Dia mendifinisikan kepribadian sebagai pengorganisasian dinamis
dalam diri individu dimana sistem psikofisiknya menentukan perilaku dan
pikirannya. Allport menggunakan prosedur-prosedur morfogenik seperti
catatan harian dan surat-surat untuk mencari pola-pola perilaku dalam diri
individu tunggal. Allport optimis dalam memandang kemanusiaan namun tetap
realistik bahwa manusia memiliki kebebasan yang terbatas. Manusia selalu
berorientasi kepada tujuan, proaktif, dan dimotivasikan oleh beragam kekuatan,
yang sebagian besar muncul dari wilayah bawah sadarnya. Pengalaman masa
kanak-kanak awal tidak begitu penting, signifikan hanya jika terus bercokol
ketika manusia sudah dewasa. Baik perbedaan maupun kemiripan diantara individu
penting namun, perbedaan individual dan keunikannya menerima fokus yang
lebih besar dalam psikologi Allport.
Daftar Pustaka
Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus
(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002)
Alwisol. 2008. Psikologi kepribadian. Umm Pres : Magelang
Aunur Rohim Faqih, 2001, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,(Fajar
Pustaka: Yogyakarta) hlm. 2
Bakari, Hamdani. 2002. Konseling dan Psikoterapi Islam. Fajar
Pustaka. Yogyakarta
Direktorat jenderal peningkatan mutu pendidikan dan tenaga
kependidikandepaartemen pendidikan nasional, rambu-rambu penyelenggaraan
bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. 2007 Hal. 15
Feist Jess. 2007. Theories of personlity. Pustaka pelajar :
Yogyakarta
Hamdani Bakran, 2002, Konseling & Psikoterapi Islam,(Rajawali
Pers:Yogyakarta) hlm. 179
Hasan Aliah Purwakania. 2006. Raja grafindo persada : Jakarta
Hidayat Dede Rahmat. 2011. Psikologi Kepribadian dalam Konseling.
Penerbit galih : Bogor
Wade Carole. 2007. Psikologi. Penerbit erlangga : Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar