Kamis, 03 November 2016

Makalah Teori Psokologi Kepribadian "Albert Bandura" dan Hubungan Dengan Islam

" Terimakasih kelompok Ana Rizky Ramadhani BK UMMgl"

A.    Pendahuluan
Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan penamaan baru dari Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) ide pokok dari pemikiran Bandura juga merupakan pengembangan dari ide Miller dan Dollard tentang belajar meniru (imitative learning). Pada beberapa publikasinya, Bandura telah mengkolaborasi proses belajar sosial dengan faktor-faktor kognitif dan behavioral yang memengaruhi seseorang dalam proses belajar sosial.
Konsep utama dari teori kognitif sosial adalah pengertian tentang observational learning atau proses belajar dengan mengamati. Jika ada seorang model di dalam lingkungan seorang individu, misalnya saja teman atau anggota keluarga di dalam lingkungan internal, atau di lingkungan publik seperti para tokoh publik di bidang berita dan hiburan, proses belajar dari individu ini akan terjadi melalui cara memperhatikan model tersebut.
Terkadang perilaku seseorang bisa timbul hanya karena proses modeling. Modeling atau peniruan merupakan the direct mechanical reproduction of behavior, reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis. Sebagai contoh, ketika seorang ibu mengajarkan anaknya bagaimana cara mengikat sepatu dengan memeragakannya berulang kali sehingga si anak bisa mengikat tali sepatunya, maka proses ini disebut proses modeling. Sebagai tambahan bagi proses peniruan interpersonal, proses modeling dapat juga terlihat pada narasumber yang ditampilkan oleh media. Misalnya orang bisa meniru bagaimana cara memasak kue dalam sebuah acara kuliner di televisi. Meski demikian tidak semua narasumber dapat memengaruhi khalayak, meski contoh yang ditampilkan lebih mudah dari bagaimana cara membuat kue. Di dalam kasus ini, teori kognitif sosial kembali ke konsep dasar rewards and punishments (imbalan dan hukuman) tetapi menempatkannya dalam konteks belajar sosial.
Baranowski, Perry, dan Parcel menyatakan bahwa "reinforcement is the primary construct in the operant form of learning" proses penguatan merupakan bentuk utama dari cara belajar seseorang. Proses penguatan juga merupakan konsep sentral dari proses belajar sosial. Di dalam teori kognitif sosial, penguatan bekerja melalui proses efek menghalangi (inhibitory effects) dan efek membiarkan (disinhibitory effects). Inhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat seorang model yang diberi hukuman karena perilaku tertentu, misalnya penangkapan dan vonis hukuman terhadap seorang pejabat terkenal yang terkena kasus korupsi. Dengan mengamati apa yang dialami model tadi, akan mengurangi kemungkinan orang tersebut mengikuti apa yang dilakukan sang pejabat terkenal itu. Sebaliknya, Disinhibitory effects terjadi ketika seseorang melihat seorang model yang diberi penghargaan atau imbalan untuk suatu perilaku tertentu. Misalnya disebuah tayangan kontes adu bakat di sebuah televisi ditampilkan sekelompok pengamen jalanan yang bisa memenangi hadiah ratusan juta rupiah, serta ditawari menjadi model iklan dan bermain dalam sinetron karena mengkuti lomba tersebut. Menurut teori ini, orang juga akan mencoba mengikuti jejak sang pengamen jalanan.
Efek-efek yang dikemukakan di atas tidak tergantung pada imbalan dan hukuman yang sebenarnya, tetapi dari penguatan atas apa yang dialami orang lain tapi dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri (vicarious reinforcement).
 Menurut Bandura, vicarious reinforcement terjadi karena adanya konsep pengharapan hasil (outcome expectations ) dan harapan hasil (outcome expectancies ). Outcome expectations menunjukkan bahwa ketika kita melihat seorang model diberi penghargaan dan dihukum, kita akan berharap mendapatkan hasil yang sama jika kita melakukan perilaku yang sama dengan model. Seperti dikatakan oleh Baranowski dkk, "People develop expectations about a situation and expectations for outcomes of their behavior before they actually encounter the situation" orang akan mengembangkan pengharapannya tentang suatu situasi dan pengharapannya untuk mendapatkan suatu hasil dari perilakunya sebelum ia benar-benar mengalamai situasi tersebut. Selanjutnya, seseorang mengikat nilai dari pengharapan tersebut dalam bentuk harapan akan hasil.
Konsep-konsep yang telah dikemukakan merupakan proses dasar dari pembelajaran dalam teori kognitif sosial. Meskipun demikian, terdapat beberapa konsep lain yang dikemukakan teori ini yang akan memengaruhi sejauh mana belajar sosial berperan. Salah satu tambahan yang penting bagi teori ini adalah konsep identifikasi (indentification) dengan model di dalam media. Secara khusus teori kognitif sosial menyatakan bahwa jika seseorang merasakan hubungan psikologis yang kuat dengan sang model, proses belajar sosial akan lebih terjadi. Menurut White identifikasi muncul mulai dari ingin menjadi hingga berusaha menjadi seperti sang model dengan beberapa kualitas yang lebih besar. Misalnya seorang anak yang mengidolakan seorang atlit sepakbola, mungkin akan meniru atlit tersebut dengan cara menggunakan kostum yang sama dengan atlit tersebut atau mengonsumsi makanan yang dikonsumsi atlit tersebut.
Teori kognitif sosial juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang "pengamat" untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku tersebut. Kepercayaan ini disebut dengan self-efficacy atau efikasi diri dan hal ini dipandang sebagai sebuah prasayarat kritis dari perubahan perilaku. Misalnya dalam kasus tayangan tentang cara pembuatan kue di televisi yang telah disebutkan di atas. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa tak semua orang akan belajar membuat kue, khususnya bagi mereka yang terbiasa membeli kue siap saji dan mempunyai keyakinan bahwa membuat kue sendiri merupakan hal yang sia-sia dan tak perlu karena membelinya pun tidak mahal harganya. Dalam hal ini orang tersebut dianggap tidak mempunyai tingkat efikasi diri yang cukup untuk belajar memasak kue dari televisi.

B.     Teori Social Learning Dari Albert Bandura

1.      Biografi
Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mundare, kota kecil di Alberta, Canada. Dia mendapat gelar B.A dari University of British Columbia, kemudian M.A. pada 1951, dan Ph.D. pada 1952 dari University of lowa. Dia mengikuti magang pascadoktoral di Wichita Guidance Center pada 1953 dan kemudian bergabung di Stanford University. Pada 1969-1970 dia sempat di Center for the Advanced Study in the Behavioral Sciences. Bandura kini menjabat sebagai David Starr Jordan Professor of Social Science di Fakultas Psikologi di Universitas Stanford.
Diantara penghargaan yang pernah diterimanya adalah Guggenheim Fellowship, 1972; Distinguished Scientist Awarsd dari Divisi 12 American Pschological Association, 1972; Distinguished Scientific Achievement Award fsti California Psycological Association, 1973; Presidency of the American Psycological Association, 1974; James McKeen Cattel Award, 1977; dan James McKeen Catell Fellow Award dari American Psychological Society, 2003-2004. Selain itu, Bandura menjabat berbagai posisi di beberapa masyarakat ilmiah dan menjadi anggota dewan editor untuk sekitar 17 buah jurnal ilmiah.
Saat di University of lowa, Bandura dipengaruhi oleh Kenneth Spence, seorang teoretisi Hullian terkemuka, tetapi minat utama Bandura adalah psikologi klinis. Pada saat itu, Bandura ingin menjelaskan gagasan yang dianggap efektif dalam psikoterapi dan kemudian menguji dan memperbaiki gagasan itu. Pada periode ini pula Bandura membaca buku Social Learning and Imitation karya Miller dan Dollard (1941). Buku ini amat memengaruhi dirinya. Miller dan Dollard menggunakan teori belajar Hullian sebagai basis penjelasan mereka. Penjelasan tentang belajar sosial dan imitatif Miller dan Dollard mendominasi literatur psikologi selama lebih dari dua dekade. Baru pada 1960-an Bnadura mulai menulis serangkaian artikel dan buku yang menentang penjelasan lama tentang belajar imitatif dan memperluas topik itu ke apa yang kini dinamakan belajar observasional. Bandura kini dianggap sebagai teoretisi dan periset utama di area belajar observasional, topik yang kini sangat populer.

2.      Konsep
Teori belajar sosial (social learning) dari Bandura, didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan dari/ berfikir (self-regulation/cognition).

1.Determinis resiprokal
Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan lingkungan, tetapi orang tersebut juga dikontrol oleh lingkungan. Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.

2.Tanpa reinforsemen
Menurut Bandura reinforsemen penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada reinforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh aspirasi konsekuensi, hal tersebut merupakan pokok teori belajar sosial.
3.Kognisi dan Regulasi diri
Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kemampuan kecerdasan untuk berfikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani lingkungan, misalnya dengan menyimpan pengalaman dalam wujud verbal dan gambaran imaginasi untuk kepentingan tingkah laku pada masa yang akan datang. Kemampuan untuk menggambarkan secara imaginatif hasil yang akan diinginkan pada masa yang akan datang mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing ke arah tujuan jangka panjang.








3.Jenis dan lain-lain


·         Pembelajaran
Salah satu asumsi yang paling awal dan mendasar teori kognitif sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam kecakapan bersikap maupun berperilaku, dan bahwa titik pembelajaran terbaik dari sini semua adalah pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious experience). Meskipun manusia sudah banyak belajar dari pengalaman langsung namun, lebih banyak yang mereka pelajari dari aktifitas mengamati perilaku orang lain. Seperti ysng dikatakan Bandura(1986, hlm 47), “ jika pengetahuan diperoleh hanyya melalui efek-efek dari tindakannya sendiri, maka proses kognitif dan perkembangan sosial akan banyak tetahan meski tidak akan pernah hilang”.

·         Pembelajaran dengan Mengamati (Observation Learning)
Bandura yakin bahwa tindakan mengamati memberikan ruang bagi manusia untuk belajar tanpa berbuat apa pun. Manusia mengamati fenomena alam, seperti hewan, air terjun dan lain-lain, tetapi yang lebiih penting bagi teori kognitif sosial adalah manusia belajar dengan mengamati perilaku orang. Dalam hal ini Bandura berbeda pendapat engan Skinner karena Bandura percaya penguatan bukanesensi pembelajaran. Meski penguatan memfasilitasi pembelajaran, namun itu bukan syarat utamanya. Pembelajaran manusia yang utama adalah mengamati model-model dan pengamatan inilah yang terus-menerus diperkuat.
Bandura yakin bahwa pembelajaran dengan mengamati jauh lebih efisien daripada pembelajaran dengan mengalami langsung. Dengan mengamati orang lain, manusia mempelajari respon mtana yang diikuti penghukuman atau mana yangg tidak mendapat penguatan. Anak-anak mengamati karakter-karakter di televisi contohnya, dan mengulangi apa yang didengar atau dilihat, jadi mereka tidak perlu melakukan sendiri beragam perilaku secara acak dan berharap mengetahui mna yang akan dihargai mana yang tidak.

·         Pemodelan
Inti belajar mengamati adalah pemodelan(modeling). Belajar melalu pemodelan mencakup penambahan dan pencarian perilaku yang diamati, untuk kemudian melakukan generalisasi dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Maksdnya, pemodelan melibatkan proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru, tetapi lebih dari sekedar menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain karena sudah melibatkan perepresentasian informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan (Bandura,1986,1994).
Beberapa faktor yang menentukan apakan seseoran akan belajar dari suatu model atau tidak. Pertama, karakteristik model sangat penting. Manusia lebih menyukai model yang statusnya lebih tinggi daripada sebaliknya, pribadi yang kompeten daripada yang tidak kompeten, dan pribadi yang kuat daripada yang lemah.
Kedua, konsekuensi perilaku yang dimodelkan dapat memberikan efek bagi pengamatnya. Semakin besar nilai yang diberikan pengamat, semakin besar kemungkinan perilaku diserap. Selain itu, pembelajaran dapat difasilitasi ketika pengamat melihat model menerima penghukuman yang kejam ; contohnya, melihat orang mendapat kejutan besar saat menerima kabel lisrik mengajarkan pengamat sebuah pelajaran berharga tentang pengalaman kesetrum.

·         Proses-proses yang Mengatur Pembelajaran dengan Mengamati
Bandura menemukan empat proses yang mengatur pembelajaran dengan mengamati: perhatian, representassi, produksi perilaku dan motivasi.

Perhatian. Sebelum mampu menjadikan seseorang sebagai model kita harus mampu memerhatikan orang tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mengatur perhatian :
v  Memiliki kesempatan untuk mengamati
v  Model-model yang atraktif lebih banyak diamati daripada yang tidak
v  Hakikat perilaku yang memengaruhi diri kita , artintya, kita sering mengamati sesuatu yang penting atau yag bernilai bagi diri kita

Representasi. Agar pengamatan dapat membawa kita pada pola-pola respon yang baru, pola-pola tersebut harus direpresentasikan secara simbolis di dalam memori. Representasi simbolik tidak mesti harus verbal karena ada pengamatan yang bisa dilakukan di dalam khayalan bahkan bisa dihadirkan kendati tanpa kehadiran fisik modelnya. Proses ini sangat penting bagi bayi sewaktu kemampuan verbal mereka masih belum berkembang.
            Namun pengkodean verbal juga dapat mempercepat proses pembelajaran dengan mengamati. Melalui bahasa, kita dapat mengevaluasi secara verbal perilaku kita dan memutuskan perilaku mana yang ingin diupayakan. Pengodean verbal ini membantu kita untuk mengujicobakan perilaku secara simbolis : contoh dengan mengatakan pada diri sendiri berulang kali bagaimana cara mewujudkan perilaku tersebut saat kesempatan terbuka. Uji coba ini juga dapat juga meniru performa aktual respon yang dujadikan model, sehingga padagilirannya uji coba ini membantu proses perhatian berjalan kuat.

Produk perilaku. Setelah memberikan perhatian kepada model dan mempertahankan apa yang sudah diamati, kita akan menghasilkan perilaku, untuk mengubah representasi kognitif menjadi tindakan yang tepat. Setelah mempersiapkan secara simbolis respon-respon yang relevan kita baru mencoba perilaku yang baru, ketika mencoba perilaku baru itu kita mencermati diri sendiri, contohnya : saati kita beljar mengemudi ataupun belajar menari balet, karena kita tidak dapat sunguh-sungguh mengamati diri kita sendiri maka para atlit menggunakan kamera video untuk membantu mereka metaih atau memperbaiki kemampuan motorik mereka.

Motivasi. Pembelajaran dengan mengamati paling efektif ketika subjek yang belajar termotivasi untuk melakukan perilakuyang dimodelkan. Perhatian dan perepresentasian memang dapat memimpin kita pada ketepatan pembelajaran namun, performa harus difasilitasi oleh motivasi agar mampu mewujudkan perilaku yang diinginkan. Meskipun pengamatan terhadap orang lain dapat mengajarkan kita bagaimana melakukan sesuatu, tapi mungkin kita tidak memiliki keinginan untuk melakukan tindakan yang dibutuhkan. Seseorang dapat mengamati orang lain menggunakan gergaji listrik atau penyedot debu namun tidak termotivasi untuk mengupayakan aktivitas tersebut.

·         Pembelajaran dengan Bertindak (Enactive Learning)

Setiap respon yang dibuat seseorang selalu diikuti oleh sejumlah konsekuensi. Beberapa dari konsekuensi ini memuaskan, beberapa tidak, dan yang lain tidak begitu diperhatikan secara kognitif sehingga memberikan efek yang kecil saja. Bandura yakin bahwa perilaku yang kompleks dapat dipelajari ketika manusia memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut.
Konsekunsi-konsekunsi sebuah respom sekurang-kurangnya memiliki tiga fungsi. Pertama, konsekuensi respon menginformasikan efek-efek tindakan. Kita dapat mempertahankan informasi tersebut dan menggunakannya sebagai penuntun bagi tindakan di masa depan. Kedua, konsekuensi respon memotivasi perilaku antisipatif; artinya, kita sanggup merepresentasikan secara simbolis keluaran-keluaran perilaku di masa depan dan bertindak berdasarkan hal tersebut. Ketiga, konsekuensi respon memperkuat perilaku, sebuah fungsi yang sudah didokumentasikan dengan baik oleh Skinner (Bab 15) dan para teoritisi penguatan lainnya. Namun demikian, Bandura(1986) yakin bahwa meskipun penguatan sering kali tidak disadari dan bekerja otomatis namun, campur tangan kognitif juga mempengaruhi pola-pola perilaku yang kompleks. Bandura yakin bahwa pembelajaran jauh lebih efisien ketika pembelajaran secara kognitif terlibat di dalam situasi pembelajaran dan memahami perilaku mana yang dapat menghasilkan respon-respon yang tepat.

·         Analisi

Intinya, Bandura percaya bahwa perilaku baru dapat dicapai lewat dua jenis pembelajaran utama: pembelajaran dengan mengamati dan pembelajaran dengan bertindak. Elemen inti pembelajaran dengan mengamati adalah pemodelan, yang mencakup pengamatan terhadap aktivitas-aktivitas yang benar, mengodekan secara tepat kejadian-kejadian untuk direpresentadikan di dalam memori, melakukan performa aktual perilaku, dan menjadi cukup termotivasi. Pembelajaran dengan bertindak mengizinkan seseorang untuk mencapai pola-pola baru perilaku kompleks lewat pengalaman langsung dengan memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi perilaku tersebut.

ü  Kelemahan dari teori Albert Bandura
Jika teori Albert Bandura ditekankan pada observasi pemodelan maka jika individu yang memiliki pemahaman kognitif rendah, jika disuguhkan pemodelan yang negatif maka individu tersebut akn berpotensi untuk meniru karena individu tersebut tidak dapat menganalisi suatu tindakan model.

ü  Kelebihan dari teori Albert Bandura
Teori ini menekankan bahwa lingkungan dan perilaku individu dihubungkan melalui sistem kognitif individu tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata - mata refleks atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.


C.Pembahasan

 Setelah mengetahui tentang teori belajar sosial dari Albert Bandura kita dapat memahami bahwa setiap individu dapatt dengan cepat melakukan imitasi tingkah laku seorang model yang dianggapnya melebihi dirinya sendiri. Oleh karena itu kita harus membentengi diri kita ataupun orang terdekat kita agar tidak mengimitasi kelakuan yang negativ dari model, bukan karena keinginan ataupun rencana karena dizaman sekarang ini terdapat banyak pemodelan baik melalui media masa cetak ataupun non cetak, seperti iklan dan sebagainya. Sebagai seorang muslim tentunya kita harus cerdas memilah kelakuan yang terdapat di sekitar kita, terlebih jika individu tersebut masih kecil ataupun belum dewasa. Dalam sebuat hadist, rasullulah bersabda:
“Anak adalah sebagai tuan selama tujuh tahun(pertama), sebagai pembantu selama tujuh tahun(kedua) dan sebagai wazir(menteri) selama tujuh tahun(ketiga). Jika kamu masih mampu membantu di saat umur dua puluh tahun, bantulah dia. Jika tidak mampu, lepaskanlah dia, maka selesailah sudah tanggung jawabmu di hadadapan Allah.” Tujuh tahun pertama orang tua membantu perkembangan anaknya dengan kasih sayang dan cinta. Tujuh tahun kedua hendaknya orangt tua banyak memberikan motivasi agar anak terampil melakukan berbagai pekerjaan orang tua yang bisa dibantunya. Orang tua perlu sering memberikan hadiah dan pujian jika anak melakukan perbuatan baik seperti membantu pekerjaan rumah. Tujuh tahun ketiga, hendaknya berlangsung hubungan berdasarkan prinsip penghormatan dan musyawarah( seperti seorang raja dengan menterinya). Pada usia seperti ini, orang tua memanfaatkan kemampuan anaknya untuk melakukan beberapa pekerjaan. Selain itu orang tua juga berperan sebagai model pertama yang anak tiru sebelum ia mengenal lingkungannya. Sehingga orang tua dituntun untuk menjadi model yang akan berdampak positif bagi proses imitasi anak tersebut.
            Selain orang tua, sekolah, lingkungan masyarakat juga berpengaruh pada pertumbuhan perilaku anak. Misalnya seseorang yang tinggal di pegunungan atau sungai yang suara airnya cukup keras, biasanya cenderung berbicara dengan suara keras. Tetapi pengaruh ini tidak menetap, saat orang itu pindah ke kota atau tempat yang tenang lalu ia melihat model orang di tempat tersebut maka lambat laun ia akan berbicara seperti model yang ia tiru. Besarnya pengaruh lingkungan terhadap kepribadian seseorang juga digambarkan Rasullulah SAW dalam sebuah hadist:
“ sahabat yang shaleh itu bagaikan penjual minyak kasturi (wangi), karena kamu membeli atau tidak, kamu akan mencium bau haarumnya. Sedangkan teman yang buruk bagaikan bersahabat dengan pandai besi, kalau kamu tidak mendapatkan serpihan apinya kamu mencium bau besinya” jika kita hubungkan dengan teori Albert Bandura maka jika kita salah memilih model yang akan kita tiru maka kita akan merugi dengan sendirinya. Dalam Islam keteladanan tertinggi ada pada Nabi Muhammad SAW dialah yang menjadi panutan dan suri teladan bagi kaum muslimin. Segala sikap dan tingkah laku kaum muslimin harus mengikuti sikap dan perilaku beliau, maka meniru perilaku beliau adalah ibadah dan mengandung pahala. Hal ini tidak lain karena Allah telah menetapkan agar Rasul-Nya selalu menjadi contoh yang baik. Jika teori Albert Bandura ini dilihat dari sudet pandang Bimbingan dan Konseling, maka sebagai konselor sebaiknya menjadi pembimbing atau pun model yang baik dengan memberikan layanan-layanan positif bagi konseli.


3.      Penutup

Sebagai seorang calon guru bk atau pun konselor kita harus selalu membimbing peserta didik untuk dapat memilih ataupun menyaring sesuatu yang baik atau yang buruk, karena dalam proses observasi setiap individu berpotensi untuk meniru apa saja yang dilakukan oleh model, sekalipun bersifat negatif. Oleh karena itu dengan adanya pertahanan ataupun benteng yang kuat dari dalam diri individu maka seorang individu dapat memilih mana yang baik untuk ditiru dan mana yang tidak baik.

4.      Referensi
·         B.R Hergenhahn dan Mattehew H Olson.2009.Theories of learning (Ed.7, Cet. 1; xii, 542 hlm; 26 cm).Jakarta: Kencana
·         Erhamwilda.2009.Konseling Islami.Yogyakarta: Graha Ilmu
·         Jess Feist dan Gregor J. Feist.2008.Theories of Personality.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
·         Ki Fudyartanta.2012.Psikologi Kepribadian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
·         Bell Gredler, E.Margaret.1991.Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV.Rajawali
·         John W. Satrock.2007.Psikologi Pendidikan, edisi kedua..Jakarta: PT. Kencana Media Group
·         Social Cognitive Theory of Organizational Management. http://www.annualreviews.org diakses pada 11 febuari 2016
·         Alwisol.2008.Psikologi Kepribadian.Malang: UMM Press
·         Margaret E. Gredle.2011.Learning and Instruction.Jakart:: Prenada Media Grup
·         Mukminan.1997. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP
·         Yanto, Budi. 2012. Teori Pembelajaran Sosial dan Implikasinya Dalam Pendidikan. http://www.budhii.web.id/2012/12/teori-pembelajaran-sosial-dan.html diakses 12 Februari 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar